Kesimpulan Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Malapraktek Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran Di Indonesia

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang penulis ambil, setelah merangkum keseluruhan pembahasan terhadap pokok-pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini, adalah sebagai berikut : 1. Batasan pengertian malapraktek kedokteran belum seragam atau belum terdapat suatu pengertian yang baku, sehingga terciptalah beberapa pandangan yang berbeda terhadap batasan pengertian malapraktek kedokteran itu sendiri. Tidak adanya pengaturan secara khusus tentang malapraktek dalam praktek kedokteran menurut hukum pidana Indonesia yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jadi terkadang masih dirasakan sulit bagi aparat penegak hukum untuk menegakkan payung hukum yang kuat sebagai landasan dasarnya. Di dalam hukum pidana diatur pada Pasal 184 KUHAP keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa. Berdasarkan ketentuan tersebut tidak cukup memadai untuk menjerat pelaku. Karena ‘alat- alat bukti’ yang berkaitan dengan tindakan malapraktek yaitu keterangan ahli, didapat dari seorang dokter, yang merupakan anggota Ikatan Dokter Indonesia, menyebabkan mereka akan membela sesama dokter dan menghasilkan kesaksian yang memberatkan si korban. Untuk petunjuk, didapatkan dari alat-alat kedokteran yang masih sangat asing bagi pasien dan korban. Universitas Sumatera Utara 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran tidak dapat mengakomodir berbagai hal tentang malapraktek serta belum efektif dalam menyelesaikan kasus malapraktek kedokteran. Dapat kita lihat dari data statistik LBH Kesehatan dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2006 bahwa dari kasus yang dilaporkan ke kepolisian Republik Indonesia terhadap kasus malapraktek, hanya beberapa kasus yang sampai ke pengadilan. Selain itu pula UU tersebut tidak memuat sama sekali tentang ketentuan malapraktek kedokteran. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran belum dapat mengakomodasi hak-hak pasien, karena pada Undang-Undang tersebut hak dan kewajiban pasien yang diatur masih bersifat umum. Selain itupun, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran masih memberikan ruang-ruang yang eksesif terhadap kepentingan dari kalangan medis. 3. Permasalahan tindakan malapraktek ini merupakan masalah yang penting dan mendesak, karena semakin banyaknya gugatan-gugatan malapraktek tersebut dan semuanya berangkat dari kerugian psikis dan fisik korban. Penanggulangan kasus malapraktek pada saat ini dititikberatkan pada kebijakan hukum pidana yang bersifat aplikatif yaitu mengoperasionalkan ketentuan yang terdapat dalam hukum positif dan berbagai undang-undang lainnya yang memuat ketentuan hukum pidana. Berbagai laporan yang datang dari masyarakat mengenai dugaan malapraktek kedokteran seringkali ditangani dengan kurang optimal dan sering terhenti pada tahap penyidikan. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menganggulangi kasus-kasus Universitas Sumatera Utara malapraktek di Indonesia adalah dengan membentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia yang bersifat independen.

B. Saran-saran