BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai naluri untuk selalu berhubungan dengan sesamanya semenjak ia dilahirkan. Hubungan ini juga merupakan suatu
kebutuhan bagi setiap manusia, oleh karena itu dengan berhubungan dengan sesamanya maka ia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Selain itu
berhubungan dengan sesamanya juga menunjukkan bahwa manusia itu merupakan makhluk sosial di samping kedudukannya sebagai makhluk individu. Segala
keterbatasan, kekurangan serta kelemahan yang ada pada manusia juga menghendaki ia untuk selalu berhubungan dengan orang lain.
Keadaan sakit merupakan contoh bahwa manusia penderita dalam keadaan lemah, kekurangan sakit sehingga pada saat itu ia membutuhkan
seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang utama bagi orang itu adalah kebutuhan akan adanya orang lain yang dapat
membantu menyembuhkan penyakitnya. Orang yang dimaksud itu adalah dokter. Menurut Prof Dr. H.J.J Leenen, hukum kesehatan adalah suatu bidang hukum
yang mencakup seluruh aturan hukum yang berhubungan langsung dengan bidang pemeliharaan kesehatan pelayanan kesehatan dan penetapan dari hukum perdata,
hukum administrasi dan hukum pidana dalam hubungan tersebut. Sedangkan Hukum Kedokteran dalam arti luas yakni medical law yaitu ketentuan-ketentuan
hukum yang menyangkut bidang medis baik profesi medis dokter maupun tenaga
Universitas Sumatera Utara
medis dan para medis lainnya. Hukum Kedokteran dalam arti sempit yaitu ketentuan-ketentuan hukum yang hanya berkaitan dengan profesi dokter saja, dan
biasa disebut dengan Hukum Profesi Dokter
1
1
Husein Kerbala,SH, Segi Etis dan Yuridis Informed Consent, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1993, hlm.24.
. Pada zaman sekarang ini hampir tidak ada satu pun bidang kehidupan
masyarakat yang tidak terjamah oleh hukum, baik sebagai keadaan maupun sebagai perilaku yang tidak terjamah oleh hukum, baik sebagai keadaan maupun
sebagai perilaku yang unik dan teratur. Hal ini disebabkan manusia mempunyai hasrat untuk hidup teratur. Hukum juga kini telah menjamah bidang pelayanan
kesehatan dalam bentuk spesialisasinya yaitu hukum kesehatan maupun hukum kedokteran. Masuknya disiplin hukum dalam bidang kesehatan terutama dalam
menyelesaikan pesoalan-persolan hukum yang timbul dari praktek profesi tenaga kesehatan, khususnya profesi dokter, yang telah menimbulkan dua pandangan
yang saling bertentangan. Pandangan pertama berpendapat bahwa profesi kedokteran harus dibiarkan
bebas untuk mengatur dirinya. Tidak ada kewenangan dari luar kalangan profesi kedokteran untuk turut campur menangani profesi kedokteran ini.
Profesi kedokteran telah mempunyai kode etik kedokteran sendiri yang berisi aturan-aturan perilaku yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh seorang
dokter dalam hubungan dengan dirinya sendiri, hubungan dengan teman sejawat, hubungan dengan pasien, sehingga tidak diperlukan lagi campur tangan dari luar
kalangan profesi kedokteran.
Universitas Sumatera Utara
Kelompok ini juga berpendapat bahwa apabila hukum mengharuskan dokter bertindak berdasarkan kaedah-kaedah hukum maka dikhawatirkan bahwa dokter
menjalankan kewajiban-kewajibannya karena takut akan sanksi hukum belaka bukan karena kesadaran dan tanggung jawab moralnya. Dan suatu sikap saling
percaya antara dokter dan pasien akan lebih besar kemungkinan berkembang berdasarkan moralitas daripada hubungan yang hanya diatur oleh ketentuan-
ketentuan hukum saja
2
Sebaliknya pandangan kedua berpendapat bahwa dokter tidak dapat dibiarkan bebas mengatur dan menentukan yang terbaik dalam hubungannya
dengan pasien. Harus dibuat suatu ketentuan-ketentuan hukum yang dapat mengatur hak-hak dan kewajiban pasien maupun dokter. Sehingga diharapkan
adanya keserasian antara dua kepentingan yang berbeda antara dokter dan pasien .
3
2
Ibid, hlm.22.
3
Ibid, hlm. 23.
. Bahwa tidaklah adil dan tidak tepat bila dokter diberikan hak sepenuhnya untuk
menentukan atau memutuskan masalah yang berhubungan dengan hidup atau matinya orang lain yaitu pasien tanpa adanya campur tangan dari yang
berkepentingan yaitu pasien dan atau keluarga pasien. Ada juga dokter junior yang menggunakan izin praktek dokter senior dalam memberikan tindakan medis
kepada pasien. Ini jelas melakukan praktek tanpa izin. Dalam praktek kedokteran, mungkin saja terjadi adanya suatu pelanggaran
disiplin. Jadi ada penilaian khusus, yang dilakukan oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Disiplin artinya ilmu, Majelis Kehormatan
Universitas Sumatera Utara
Disiplin artinya, majelis yang melakukan suatu penelitian apakah suatu ilmu dilakukan dengan betul oleh para dokter . Jika ada penyimpangan dari
penggunaan ilmu tersebut disengaja atau tidak, atau berada di luar garis-garis standar yang sudah di gariskan, mungkin terjadi suatu penyimpangan yang
kemudian bisa dinilai sebagai suatu pelanggaran disiplin. Walaupun pelanggaran disiplin sendiri definisnya lebih dari sekedar penyimpangan dari standar.
Pelanggaran disiplin bisa saja terjadi pada pekerjaan apapun, apakah dokter, akuntan, insinyur, bisa saja terjadi kesalahan yang namanya human error
kesalahan karena kesalahan manusia. Tapi seberapa besar kesalahan manusia, itu harus jelas pembuktian dan sanksinya. Pelanggaran disiplin tersebut karena
adanya suatu kesenjangan dalam pemberian informasi kepada pasien, sehingga pasien tidak mendapatkan informasi yang sebenarnya tentang sakitnya, serta
upaya-upaya apa yang dilakukan terhadap dirinya dan kemungkinan berhasil atau tidak upaya-upaya itu. Kesenjangan ini jika tidak dijembatani, akan terjadi
ketidakpuasan dan menuju ke suatu penuntutan pelanggaran kedisiplinan. Tidak ada standar pelayanan kedokteran yang legal. Standar prosedur operasi yang
adapun tidak seragam. Banyak rumah sakit di Indonesia menerbitkan standar berbeda dengan rumah sakit lainnya. Sehingga, pembuktian malapraktek tentu
saja semakin sulit jika pasien berpindah-pindah rumah sakit. Padahal dugaan malapraktek bisa saja timbul karena dokter tidak sepenuhnya menerapkan
informed consent, yaitu suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat
informasi. Artinya, dokter tidak menceritakan secara panjang lebar mengenai penyakit, pemeriksaan, serta terapi yang akan dijalani. Akibatnya, pasien tidak
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan haknya. Jangankan tahu prosedur bedah dan pengobatan banyak pasien keluar dari ruang dokter tidak tahu diagnosisnya. Pasien pun terpaksa
menandatangani surat persetujuan karena ingin cepat sembuh. Seharusnya dokter menemui pasien dan menceritakan semua informasi tersebut.
Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran. Dalam kasus malapraktek, dokter bisa diajukan ke meja hijau. Tetapi di Indonesia, Undang-Undang Praktek Kedokteran justru diarahkan untuk
membuat profesi dokter jadi lebih spesial di depan hukum. Mengenai kasus malapraktek yang sering terjadi di Indonesia, banyak mengakibatkan pasien tewas
di tangan dokter. Karena di Indonesia belum ada standarisasi .Sehingga sulit membedakan malapraktek dengan kelalaian, kecelakaan dan kegagalan.
Pemahaman malapraktek pun belum seragam. Sehingga kerap pasien menuding terjadi malapraktek, tapi dokter membantahnya. Untuk Kasus-kasus malapraktek
di Indonesia, korban haknya sering tidak diperhatikan. Kesalahan dokter seringkali dibela, karena dalam pembuktian, saksi ahlinya adalah seorang dokter
juga. Saat ini banyak terjadi kasus kedokteran yang disalahgunakan oleh profesi
seorang Dokter. Banyak pasien yang mengalami kasus malapraktek. Hari demi hari, pengaduan kasus malapraktek di berbagai rumah sakit bermunculan . Ini
dipicu oleh kualitas pelayanan kesehatan yang dirasa semakin merugikan pasien. Permasalahan malapraktek di Indonesia kini sudah sangat mengkhawatirkan dan
harus ditanggapi dengan serius. Maraknya kasus malapraktek tersebut,
Universitas Sumatera Utara
disinyalirkan adanya dokter yang melakukan praktek tanpa memiliki izin. Dengan kasus malapraktek yang menyebabkan berjatuhan korban-korban yang tidak
berdosa. Untuk itu penulis berusaha mengangkat dan melakukan penelitian hukum dalam penulisan hukum ini, yang berjudul tinjauan hukum pidana terhadap
kejahatan malapraktek dalam undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran di Indonesia.
B. Perumusan Masalah