1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Asal kata meunasah berasal dari kata madrasah pada tempo dulu, madrasah sendiri dalam bahasa Arab berarti lembaga pendidikan atau sekolah
http:Acehpedia.orgMeunasah. Saat kemajuan pendidikan di Aceh semakin pesat, dan bangunan pendidikan telah didirikan, maka namanya berubah menjadi
meunasah. Tripa www.serambinews.com mengatakan, meunasah dapat dilihat dalam tiga dimensi: yaitu hubungan manusia dengan Tuhan-Nya
Hablumminallah, hubungan manusia dengan manusia lainnya Hablumminannas, dan interaksi manusia dengan lingkungan.
Secara fisik meunasah dapat diartikan sebagai rumah ibadah bagi umat Islam yang dapat disamakan dengan dengan musholla. Secara arsitektur meunasah
harus membujur dari Utara ke Selatan sekaligus, agar masyarakat mengetahui ke mana arah kiblat shalat sesuai dengan fungsinya sebagai rumah ibadah, sehingga
para tamu yang berdatangan ke suatu kampunggampong langsung dapat membedakan rumah dengan meunasah http:Acehpedia.orgMeunasah. Pada
meunasah-meunasah tradisional biasanya berbentuk rumah panggung seperti rumah adat masyarakat Aceh. Sebagai rumah ibadah meunasah memiliki fungsi-
fungsi keagamaan antara lain: sebagai tempat dakwah dan diskusi mengenai Islam, serta tempat pendidikan agama Islam, khususnya mengaji. Fungsi lain
meunasah merupakan tempat sosialisasi masyarakat, khususnya bagi laki-laki
2 yang sudah baligh dewasa dan tidak memiliki tempat tinggal tetap. Hal yang
sama juga ditemukan pada masyarakat Minangkabau, dimana surau dalam ketentuan adat juga berfungsi sebagai tempat menginap bagi laki-laki yang telah
baligh dan duda. Pada saat ini meunasah merupakan tempat pendidikan masyarakat,
pembinaan, dan mengembangkan diri dalam hal keterampilan, seni dan olahraga khususnya pada generasi muda mereka. Meunasah menjadi tempat para pemuda
berlatih kegiatan seni seperti tari dan musik, sedangkan lantai bawah meunasah atau halaman meunasah yang cukup luas digunakan sebagai tempat berlatih olah
raga. Dalam percakapan sehari-hari meunasah juga dapat diartikan sama dengan
gampong kampungdesa. Meunasah sebagai sebuah gampong atau desa merupakan sebuah kesatuan administratif terkecil dalam masyarakat Aceh.
Dalam bidang politik dan hukum bangunan meunasah sendiri merupakan pusat administratif pemerintahan dari sebuah gampong desa. Umumnya tiap-tiap
gampong atau kampung di Aceh memiliki satu meunasah, hal ini sesuai dengan Qanun al Asyi UUD Kerajaan Aceh.
Hasjmy 1995 menjelaskan bahwa: “disyaratkan pada tiap-tiap kampung didirikan satu meunasah
dalam sistem masyarakat Aceh. Untuk mengelola meunasah diangkat seorang keuchik dan seorang wakilnya, empat tuha peut,
dan satu orang imuem rawatib, maka pekerjaan sekalian mereka itu yang tersebut, yaitu mengerjakan amar makruf nahi mungkar,
dan mengurus hal rakyat dengan adil pada tempatnya masing masing atas pekerjaan yang kebajikan”.
3 Meunasah biasanya juga merupakan tempat diadakannya segala kegiatan
kemasyarakatan seperti musyawarah dan mufakat yang diadakan para pemangku kekuasaan di gampong. Kegiatan-kegiatan seperti Posyandu, dan PKK, juga
biasanya diadakan di meunasah. Meunasah merupakan tempat masyarakat dalam menyelesaikan masalah sengketadamai dan permasalahan hukum-hukum adat.
Meunasah terkadang juga menjadi tempat masyarakat menjalankan kegiatan ekonomi masyarakat. Pada meunasah-meunasah yang memiliki halaman yang
cukup luas, masyarakat menggunakan halaman tersebut sebagai tempat menjemur hasil-hasil pertanian seperti kakao coklat, padi dan kopi sehingga terkadang
transaksi antara petani dan muge pengumpulagen, sedangkan pada daerah yang merupakan daerah tujuan wisata meunasah juga menjadi tempat menginap bagi
tamu. Pada saat ini fungsi-fungsi tersebut beberapa telah mulai berubah.
Pendidikan agama dan mengaji khususnya pada anak usia dini tidak lagi dilakukan di meunasah, tetapi telah diserahkan ke balee balai-balai pengajian,
dayah, pesantren dan sekolah umum. Pendidikan pada anak masih dilakukan tetapi dalam bentuk PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Para pemuda khususnya
laki-laki yang telah baligh-pun untuk menginap dan bersosialisasi mulai jarang terlihat di meunasah. Mereka kini lebih menggunakan meunasah sebagai tempat
kegiatan seni dan pengembangan diri. Walaupun demikian meunasah masih menjadi pusat dari segala kegiatan dalam sebuah gampong khususnya di bidang-
bidang pemerintahan. Meunasah masih menjadi tempat berkumpulnya masyarakat gampong dalam melaksanakan banyak kegiatan sosial mereka.
4
1.2. Rumusan Masalah