Meunasah sebagai Tempat Mengaji

64 maka imeum diganti oleh imeum lain yang telah dianggap mampu oleh masyarakat setempat untuk menjadi pemimpin dalam mlaksanakan ibadah sholat. Pada bulan Ramadhan biasa dilaksanakan ibadah shalat Tarawih setelah shalat Isya. Pada waktu sholat Tarawih ini peneliti hanya beberapa kali melihat Tengku Imeum meunasah memimpin sholat. Imeum manjadi panitia pada mesjid di Mukim. Pada bulan Ramadhan sholat dipimpin oleh panitia Ramadhan yang bertugas yang telah ditetapkan melalui musyawarah penyambutan bulan Ramadhan yang ditentukan oleh Keuchik dan para pemuka desa. panitia yang memimpin ibadah sholat Tarawih ini bergantian setiap hari, sedangkan di waktu lain kegiatan sholat dilaksanakan seperti biasa. Meunasah biasanya sama dengan musholla, begitu juga dengan meunasah Tanjong Beurunyong, oleh karena itu untuk sholat Jum’at yang khusus diperuntukkan untuk laki-laki tidak dilakukan di meunasah karena umumnya meunasah di Kecamatan Paya Bakong berukuran lebih kecil dari pada mesjid. Tetapi menurut Syahriani dalam seminar proposal skripsi yang peneliti, untuk wilayah atau kampung-kampung yang sangat ramai, meunasah juga digunakan untuk ibadah sholat Jumat.

4.3.2. Meunasah sebagai Tempat Mengaji

Mengaji menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti, membaca Alquran, selain itu mengaji yang berasal dari kata “kaji” juga dapat diartikan menganalisis secara menyuluruh. Kegiatan mengaji yang dilakukan tidak hanya merupakan kegiatan membaca alquran, tetapi juga menganalisis isi yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Aceh mengaji disebut Jak Beut pergi mengaji. 65 Sejak kecil anak-anak Aceh di ajarkan untuk mengaji, bahkan sejak dalam kandungan ataupun bayi, dibiasakan untuk mendengar ayat-ayat Alquran. Seorang ibu yang hamil atau baru melahirkan pada masyarakat ini dengan membaca ayat- ayat terentu mengharapkan sesuatu untuk anaknya di kemudian hari. Salah satu surat yang umum dibaca saat anak dalam kandungan ialah, surat Yusuf. Membaca surat ini pada saat ibu hamil, umumnya si ibu beharap bahwa anaknya akan lahir berwajah menarik dan disenangi orang. Saat anak-anak Aceh telah berusia yang cukup untuk menerima pendidikan dasar, mereka biasanya juga mulai diberikan pendidikan agama secara serius. Banyak dari anak-anak ini yang dibawa balee-balee pengajian atau ke tempat tengku-tengku yang mengajarkan tentang membaca Alquran dan agama Islam, bahkan ada cukup banyak yang untuk pendidikan formal anak-anak ini orang tua lebih memilih memasukkan anak-anak mereka ke Madrasah Ibtidaiah ,atau dayah daripada sekolah dasar biasa, karena dianggap sekolah jenis ini lebih mampu member ilmu agama daripada sekolah dasar biasa. Untuk orang-orang yang lebih dewasa, mengaji tetap dilakukan dalam bentuk pengajian-pengajian rutin yang dilaksanakan setiap minggu ataupun setiap bulan. Pengajian ini biasa dilakukan di meunasah atau mesjid yang ada di setiap gampong maupun mukim. Di Gampong Tanjong Beureunyong sendiri pengajian ini dilaksanakan setiap selasa malam, dan juga terdapat pengajian di mesjid yang dilaksanakan setiap kamis malam. Pengajian rutin yang dilaksanakan setiap minggu di Meunasah Tanjong beurunyong dilaksanakan setelah sholat Magrib sampai tiba waktu Isya. Pengajian 66 ini dipimpin oleh Imuem Meunasah yang membaca, dan mengkaji tentang hukum- hukum, adab, dan segala permasalahan tentang Islam. Buku atau kitab yang dibaca adalah kitab Beurukunan kitab ini ditulis dengan huruf Arab berbahasa Melayu atau Indonesia. Imeum meunasah biasa membaca dahulu isi buku tersebut, kemudian setiap kalimat di jelaskan tentang penjelasan lengkapnya. Biasanya dari setiap kalimat yang dijelaskan para makmum, atau jamaah yang mendengarkan akan bertanya lebih lanjut tentang masalah yang dibahas di sela- sela setiap pembahasan tentang.permasalahan tersebut.sehingga pengajian ini lebih seperti diskusi. Gambar 5. Suasana pengajian mingguan di Gampong Tanjong Beurunyong Bentuk pengajian lain yang dilakukan di meunasah ialah tadarus. Tadarus ialah sebuah kegiatan mengaji membaca Alquran secara bergiliran, dimana peserta yang membaca Al-Quran bergiliran membaca beberapa ayat atau surat yang dilaksanakan dari selesai Tarawih dan Witir sampai waktu Sahur tiba. Selain itu juga terdapat pengajian rutin di mesjid yang biasa dihadiri masyarakat yang 67 tinggal satu mukim di Gampong Keude Chik Payabakong. Pengajian ini dilaksanakan setelah Isya, dan biasanya lebih ramai karena dihadiri oleh masyarakat satu mukim. Berbeda dengan pengajian di meunasah, pengajian di mesjid ini lebih seperti khutbah, karena tidak disertai dengan tanya jawab antara tengku dengan jamaahnya.

4.3.3. Khauri Kenduri