Viskositas Uji Sifat dan Stabilitas Fisik Krim Ekstrak Batang Jarak Cina 1. Uji organoleptis dan pH

krim ekstrak batang jarak cina menunjukkan bahwa krim yang dihasilkan kurang stabil pada penyimpanan dengan rentang waktu yang cukup lama. Gliserin bersifat higroskopis yang akan menyerap kelembaban selama penyimpanan dan pengujian sehingga dimungkinkan akan menurunkan viskositas krim dan menaikkan daya sebar krim. E. Pengaruh Penambahan Tween 80 dan Gliserin dalam Menentukan Sifat Fisik Krim Ekstrak Batang Jarak Cina

1. Viskositas

Viskositas merupakan tahanan sediaan untuk mengalir. Viskositas memiliki peranan penting dalam stabilitas dari suatu sediaan. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan program R 3.1.1. Pada penelitian ini uji normalitas data yang digunakan adalah uji Shapiro Wilk. Uji Shapiro wilk menunjukan apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan terdistribusi normal apabila memiliki nilai p 0,05 Istyastono, 2012. Hasil perhitungan statistik didapat bahwa data tidak normal karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05 lampiran 4, maka dilanjutkan dengan uji Kruskal- Wallis dengan post hoc Wilcoxon. Uji Kruskal-Wallis bertujuan untuk melihat pengaruh dari variasi Tween 80 dan gliserin terhadap empat formula. Hasil uji Kruskal-Wallis didapat p-value sebesar 0,3359 lebih besar dari 0,05 yang berarti data tidak berbeda signifikan. Tabel X. Hasil uji Wilcoxon untuk melihat pengaruh variasi Tween 80 dan gliserin terhadap respon viskositas Formula p-value kesimpulan F 1 : Fb 0,6531 Tidak berbeda signifikan Fa : Fab 0,2683 Tidak berbeda signifikan F 1 : Fa 0,1157 Tidak berbeda signifikan Fb : Fab 0,6428 Tidak berbeda signifikan Formula F 1 dibandingkan dengan formula Fb untuk melihat pengaruh gliserin pada level rendah Tween 80. Jumlah Tween 80 pada formula F 1 dan Fb sama yaitu sebanyak 2 gram. Hasil uji wilcoxon menunjukan bahwa formula F 1 yang dibandingkan dengan formula Fb tidak berbeda signifikan. Hasil tersebut dapat dilihat dari p-value F 1 : Fb lebih besar daripada 0,05. Pada uji wilcoxon, data dikatakan berbeda bermakna ketika hasil p-value kurang dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada level rendah Tween 80, gliserin tidak memberikan pengaruh terhadap viskositas sediaan krim ekstrak batang jarak cina. Pengaruh gliserin pada level tinggi Tween 80 dilihat dengan membandingkan formula Fa dan formula Fab. Jumlah Tween 80 pada kedua formula sama yaitu 4 gram. Hasil menunjukan bahwa formula Fa : Fab tidak berbeda signifikan, karena p-value lebih dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa pada level tinggi Tween 80, gliserin tidak memberikan pengaruh terhadap viskositas krim ekstrak batang jarak cina. Formula F 1 dibandingkan dengan formula Fa untuk melihat pengaruh dari Tween 80 pada level rendah gliserin. Sedangkan, formula Fb dibandingkan dengan formula Fab untuk melihat pengaruh dari Tween 80 pada level tinggi gliserin. Hasil uji wilcoxon menunjukan bahwa F 1 : Fa dan Fb : Fab memiliki nilai p-value lebih besar dari 0,05. Level rendah gliserin, Tween 80 tidak memberikan pengaruh pada viskositas krim ekstrak batang jarak cina dan pada level tinggi gliserin, Tween 80 juga tidak memberikan pengaruh terhadap viskositas krim ekstrak batang jarak cina. Tabel XI. Efek faktor terhadap respon viskositas krim ekstrak batang jarak cina Faktor Viskositas Tween 80 -4,5 Gliserin 7,5 Interaksi 19,5 Perhitungan efek dari kedua faktor yaitu Tween 80 dan gliserin terhadap viskositas menunjukkan bahwa gliserin dan interaksi keduanya menghasilkan nilai positif yang menunjukkan bahwa penambahan gliserin dan interaksinya dapat meningkatkan viskositas, sedangkan nilai negatif dari efek yang diperoleh Tween 80 menunjukkan bahwa penambahan Tween 80 dapat menurunkan viskositas. Faktor dominan yang berpengaruh pada viskositas adalah interaksi antara Tween 80 dan gliserin karena menghasilkan nilai efek yang paling besar. Pengukuran viskositas yang dilakukan selama 48 jam tabel VIII menunjukkan bahwa formula Fab yang terdiri dari level tinggi Tween 80 dan gliserin memiliki viskositas yang paling tinggi 100 d.Pa.s diantara formula yang lain. Hal ini sesuai dengan nilai efek yang diperoleh yaitu interaksi antara Tween 80 dan gliserin menjadi faktor yang dominan terhadap viskositas yaitu dengan meningkatkan viskositas. Persamaan desain faktorial pada respon viskositas dihitung dengan menggunakan software Design Expert 9.0.4 menghasilkan persamaan Y = 370 – 107,5 X A – 25 X B + 9,583 X A X B . Gambar 17. Grafik interaksi Tween 80 level tinggi, level rendah dan gliserin terhadap respon viskositas Interaksi yang terjadi antara Tween 80 level rendah dan level tinggi dan gliserin didapatkan hasil seperti yang terkaji pada gambar 17. Garis berwarna hitam menunjukkan Tween 80 pada level rendah, sedangkan garis berwarna merah menunjukkan Tween 80 pada level tinggi. Pada level rendah Tween 80, semakin tinggi jumlah gliserin yang ditambahkan menyebabkan terjadinya penurunan viskositas. Pengujian viskositas yang dilakukan menghasilkan viskositas yang diperoleh formula F 1 lebih besar daripada formula Fb. Pada level tinggi Tween 80, seiring dengan penambahan gliserin menyebabkan terjadinya peningkatan viskositas sehingga viskositas yang diperoleh dari formula Fa lebih rendah daripada formula Fab. Gambar 18. Grafik interaksi gliserin level tinggi, level rendah dan Tween 80 terhadap respon viskositas Interaksi yang terjadi antara gliserin level rendah dan tinggi dan Tween 80 didapatkan hasil seperti yang terkaji pada gambar 18. Garis berwarna hitam menunjukkan gliserin level rendah, sedangkan garis berwarna merah menunjukkan gliserin level tinggi. Pada level rendah gliserin, semakin tinggi jumlah Tween 80 yang ditambahkan menyebabkan terjadinya penurunan viskositas. Pengujian viskositas yang dilakukan menghasilkan viskositas yang diperoleh formula F 1 lebih besar daripada formula Fa. Pada level tinggi gliserin, seiring dengan penambahan Tween 80 menyebabkan peningkatan viskositas sehingga viskositas yang diperoleh dari formula Fb lebih rendah daripada formula Fab.

2. Pergeseran viskositas

Dokumen yang terkait

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

0 4 117

Optimasi tween 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya (aloe barbadensis Mill.) dengan metode desain faktorial.

0 11 108

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) dengan aplikasi desain faktorial.

1 7 100

Pengaruh tween 80 sebagai emulsifying agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak batang Jarak Cina (Jatropha.

3 5 121

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan sorbitol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) dengan aplikasi desain faktoria.

3 23 118

Pengaruh TWEEN 80 sebagai emulsifying agent dan sorbitol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak etanol batang Jarak Cina (Jatropha multifida L.) dengan aplikasi desain faktorial.

7 26 109

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial.

0 2 132

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 130

Optimasi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent serta carbopol sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel photoprotector ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L.) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

2 4 132

Optimasi komposisi cetyl alcohol sebagai emulsifying agent dan gliserin sebagai humectant dalam krim sunscreen ekstrak kental apel merah (Pyrus malus L.) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 118