Pergeseran viskositas Daya sebar

2. Pergeseran viskositas

Pergeseran viskositas merupakan parameter untuk menentukan stabilitas fisik krim ekstrak batang jarak cina. Pergeseran viskositas diukur dengan cara membandingkan viskositas sediaan penyimpanan 1 bulan dengan viskositas sediaan penyimpanan 48 jam. Hasil perhitungan statistik didapat bahwa data tidak normal karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05, maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis dengan post hoc Wilcoxon. Hasil uji Kruskal-Wallis didapat p- value sebesar 0,07491 lebih besar dari 0,05 yang berarti data tidak berbeda signifikan. Tabel XII. Hasil uji Wilcoxon untuk melihat pengaruh variasi Tween 80 dan gliserin terhadap pergeseran viskositas Formula p-value kesimpulan F 1 : Fa 0,07652 Tidak berbeda signifikan Fb : Fab 0,7 Tidak berbeda signifikan F 1 : Fb 0,6579 Tidak berbeda signifikan Fa: Fab 0,5066 Tidak berbeda signifikan Tabel XII pada uji Wilcoxon didapat p-value lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa data tidak berbeda signifikan. Hasil uji statistik yang didapat menunjukkan bahwa variasi Tween 80 dan gliserin tidak memberikan pengaruh pada pergeseran viskositas.

3. Daya sebar

Daya sebar menunjukan kemampuan sediaan untuk menyebar pada saat diaplikasikan pada permukaan kulit. Data yang diperoleh kemudian diolah secara dengan menggunakan program R 3.1.1. Pada penelitian ini uji normalitas data yang digunakan adalah uji Shapiro Wilk. Uji Shapiro Wilk menunjukan apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan terdistribusi normal apabila memiliki nilai p 0,05 Istyastono, 2012. Hasil perhitungan statistik data daya sebar normal karena memiliki nilai p-value yang lebih besar dari 0,05 lampiran 4. Apabila data normal, maka dilanjutkan dengan uji statistik berikutnya yaitu levene test. Uji levene test digunakan untuk melihat kesamaan varians data pada suatu populasi homogen atau tidak. Hasil uji menunjukan bahwa p-value lebih besar dari 0,05, artinya bahwa data memiliki kesamaan varian. Uji statistik kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji ANAVA. Uji anava menunjukan bahwa variansi data apakah berbeda bermakna atau berbeda tidak bermakna. Uji ANAVA memberikan hasil Pr F sebesar 0,00183 kurang dari 0,05 lampiran 4, yang berarti bahwa data berbeda bermakna. Hasil uji statistik yang didapat menunjukkan bahwa variasi Tween 80 dan gliserin memberikan pengaruh pada respon daya sebar. Tabel XIII. Efek faktor terhadap respon daya sebar krim ekstrak batang jarak cina Faktor Daya sebar Tween 80 Gliserin 0,2 Interaksi 0,2 Perhitungan efek dari kedua faktor yaitu Tween 80 dan gliserin terhadap daya sebar menunjukkan bahwa gliserin dan interaksi antara Tween 80 dan gliserin menghasilkan nilai positif yang berarti penambahan gliserin dan interaksi antara Tween 80 dan gliserin dapat meningkatkan daya sebar, sedangkan nilai yang diperoleh Tween 80 adalah 0 yang menunjukkan bahwa penambahan Tween 80 tidak memberikan pengaruh pada daya sebar. Faktor dominan yang berpengaruh pada daya sebar adalah gliserin dan interaksi antara Tween 80 dan gliserin karena menghasilkan nilai efek yang paling besar. Pengukuran daya sebar yang dilakukan selama 48 jam tabel IX menunjukkan bahwa formula Fb yang terdiri dari komposisi level tinggi gliserin 12 gram memiliki daya sebar yang lebih besar dibandingkan dengan formula Fa. Formula Fab yang terdiri dari komposisi level tinggi Tween 80 4 gram dan level tinggi gliserin 12 gram memiliki daya sebar yang lebih besar apabila dibandingkan dengan F 1 , Fa. Hal ini sesuai dengan perhitungan efek yang menunjukkan bahwa penambahan gliserin dan interaksi antara Tween 80 dan gliserin dapat meningkatkan daya sebar. Tabel XIV. Nilai probabilitas uji ANAVA efek faktor terhadap respon daya sebar Faktor Nilai probabilitas p Tween 80 0,6322 gliserin 0,1739 Interaksi 0,2319 Tabel XIV didapatkan hasil bahwa nilai probabilitas dari Tween 80, gliserin dan interaksi keduanya lebih dari 0,05. Hasil menunjukkan bahwa Tween 80, gliserin dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap respon daya sebar. Persamaan desain faktorial pada respon daya sebar dihitung dengan menggunakan software Design Expert 9.0.4 menghasilkan persamaan Y = 9,2 – 1,23 X A – 0,2 X B + 0,108 X A X B . Gambar 19. Grafik interaksi Tween 80 level tinggi, level rendah dan gliserin terhadap respon daya sebar Interaksi yang terjadi antara Tween 80 level rendah dan level tinggi dan gliserin didapatkan hasil seperti yang terkaji pada gambar 19. Garis berwarna hitam menunjukkan Tween 80 pada level rendah, sedangkan garis berwarna merah menunjukkan Tween 80 pada level tinggi. Pada level rendah Tween 80, semakin tinggi jumlah gliserin yang ditambahkan tidak menyebabkan terjadinya perubahan pada daya sebar. Pengujian daya sebar yang dilakukan menghasilkan daya sebar yang diperoleh formula F 1 sama dengan formula Fb. Pada level tinggi Tween 80, seiring dengan penambahan gliserin menyebabkan terjadinya peningkatan daya sebar sehingga daya sebar yang diperoleh dari formula Fa lebih rendah daripada formula Fab. Gambar 20. Grafik interaksi gliserin level tinggi, level rendah dan Tween 80 terhadap respon daya sebar Interaksi yang terjadi antara gliserin level rendah dan tinggi dan Tween 80 didapatkan hasil seperti yang terkaji pada gambar 20. Garis berwarna hitam menunjukkan gliserin level rendah, sedangkan garis berwarna merah menunjukkan gliserin level tinggi. Pada level rendah gliserin, semakin tinggi jumlah Tween 80 yang ditambahkan menyebabkan terjadinya penurunan daya sebar. Pengujian daya sebar yang dilakukan menghasilkan daya sebar yang diperoleh formula F 1 lebih besar daripada formula Fa. Pada level tinggi gliserin, seiring dengan penambahan Tween 80 menyebabkan peningkatan daya sebar sehingga daya sebar yang diperoleh dari formula Fb lebih rendah daripada formula Fab.

4. Pergeseran daya sebar

Dokumen yang terkait

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

0 4 117

Optimasi tween 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya (aloe barbadensis Mill.) dengan metode desain faktorial.

0 11 108

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) dengan aplikasi desain faktorial.

1 7 100

Pengaruh tween 80 sebagai emulsifying agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak batang Jarak Cina (Jatropha.

3 5 121

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan sorbitol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) dengan aplikasi desain faktoria.

3 23 118

Pengaruh TWEEN 80 sebagai emulsifying agent dan sorbitol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak etanol batang Jarak Cina (Jatropha multifida L.) dengan aplikasi desain faktorial.

7 26 109

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial.

0 2 132

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 130

Optimasi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent serta carbopol sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel photoprotector ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L.) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

2 4 132

Optimasi komposisi cetyl alcohol sebagai emulsifying agent dan gliserin sebagai humectant dalam krim sunscreen ekstrak kental apel merah (Pyrus malus L.) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 118