disadari  betul  sebagai  sebuah  proses  ungkapan  nasionalisme  anak  bangsa. Tindakan pertama yang dilakukan oleh Soekarno yang berkaitan dengan jalur
kereta api adalah penghapusan seluruh jalur trem yang ada ibukota Jakarta.
2. Perubahan Nama Perusahaan
Setelah pengambil alihan kereta api dari Jepang pengelolaan kereta api di  Indonesia  dipegang  oleh  Djawatan  Kereta  Api  Republik  Indonesia
DKARI  berdasarkan  maklumat  Kementrian  Perhubungan  Indonesia  nomor 1KA tanggal 23 Oktober 1946.
19
Pada  masa  Kedatangan  Sekutu  yang  diboncengi  Netherlands  Indies Civil  Administratin  NICA  yang  bermasksud  mengembalikan  tawanan
perang  serta  melucuti  senjata  tentara  Jepang  pada  29  September  1945.
20
Pengelolaan  kereta  api  di  Jawa  terbagi  menjadi  dua.  Daerah  yang  dikuasai oleh  Republiken  kereta  api  dikelola  oleh  DKARI,  sedangkan  di  daerah  yang
berhasil dikuasai kembali Belanda pengelolaan dibawah SS dan VS. Setelah  terjadi  kembali  pengakuan  kedaulatan  terhadap  pemerintah
Indonesia  kekuasaan  kereta  api  kembali  dikuasai  pemerintah  Indonesia. berdasarkan  Surat  Keputusan  Menteri  Perhubungan  Tenaga  dan  Pekerjaan
Umum  Republik  Indonesia  tanggal  6  Januari  1950,  DKARI,  SS  dan  VS digabung dalam satu jawatan baru yang benama Djawatan Kereta Api DKA.
yang berkedudukan di Bandung.
19
Ibid, hlm.16
20
A.K.  Wiharyanto,Sejarah  Indonesia  Dari  Proklamasi  Sampai  Pemilu  2009,  Yogyakarta,  Penerbit USD,2011,hlm.42
Pada  tahun  1963  berdasarkan  Peraturan  Pemerintah  Repub;lik Indonesia  nomor  22 Tahun  1963  DKA  diubah  namanya  menjadi  Perusahaan
Negara  Kereta  Api  PNKA.  Kemudian  Peraturan  Pemerintah  Republik Indonesia  nomor  61  Tahun  1971  PNKA  kembali  diubah  namanya  menjadi
Perusahaan  Jawatan Kereta Api PJKA. Seiring  berjalannya  waktu  PJKA  kemudian  membagi  wilayah  kerja
kereta  api  di  Indonesia  termasuk  bekas  perusahaan  bekas  perusahaan  kereta api NV. SDS ini masuk dalam wilayah-wilayah Inspeksi 5 dibawah Ekploitasi
jalur tengah yang berpusat di Semarang. Eksploitasi jalur tengah ini menaungi beberapa  wilayah  inspeksi  antara  lain  inspeksi  6  Yogyakarta,  dan  inspeksi  4
Semarang. Pada kemudian hari nama inspeksi diganti dengan Daerah Operasi DAOP.  Daerah  operasi  pada  perkembangan  selanjutnya  bersifat  lebih
otonom,  dengan  diberi  kewenangan  mengurusi  wilayah  operasional  yang menjadi tanggung jawab masing-masing DAOP.
Untuk  wilayah  kerja  eksploitasi  tengah  jalur  yang  menghubungkan seluruh  daerah  di  karesidenan  Banyumas-Wonosobo  merupakan  jalur  yang
keramaiannya  masih  kalah  dengan  daerah  lain  seperti  DAOP  6  Yogyakarta, dan  DAOP  4  Semarang  dikarenakan  ketidakadaan  jalan  melingkar,  dengan
kata lain rangkaian panjang kereta api  berhenti sampai di  Wonosobo sebagai tempat  terakhir  singgah  di  pedalaman  sungai  Serayu.    Sebab  lain  dari  kedua
DAOP 4 dan 6 aneka barang yang dikirim menggunakan jasa kereta api lebih kompleks dibandingkan dengan DAOP 4 yang hanya mengandalkan angkutan
penupang,  dan  alat  angkutan  pengriman  tembakau,  gula  aren  gula  Jawa, kulit pohon akasia, dan beberapa macam sayuran.
“Kereta  api  SDS  ini  selain  digunakan  untuk  mengangkut  barang-barang kebutuhan  masyarakat  yang  dibawa  dari  wilayah  Banyumas  atau
sebaliknya.  Tahun  1970-an  ada  beberapa  anak  sekolah  memakai  jasa kereta  api  ini  naik  dari  stasiun  Klampok  dan  turun  di  Banjarnegara.
Selain itu banyak anak-anak dari Klampok bersekolah di Purbalingga”.
21
Sepanjang Tahun 1970-an Stasiun sepanjang jalur yang dilalui oleh bekas SDS yang diturunkan tingkatannnya
22
Stasiun Dari kelas
Menjadi Purwokerto Timur
2 4
Purworejo Banjarnegera 3
4 Wonosobo
4 5
Purbalingga 4
5
Penuruanan  kelas  stasiun  ini  didasarkan  pada  tingkat  keramaian  penggunaan kereta  api  dan  jumlah  pemberangkatan  kereta  api  dalam  sehari.  Penurunan  ini
disebabkan  oleh  pembangunan  jalan  raya  dari  Wonosobo  sampai  Purwokerto  yang melalui Banjarnegara, dan Purbalingga semakin pesat menjelang tahun 1970.Dengan
berkembangnya  jaringan  jalan  raya  diikuti  dengan  bertambahnya  jumlah  kendaraan darat  yang  ada  sebagian  masyarakat  yang  ada  beralih  menggunakan  bus  maupun
transportasi darat lainnya.
21
Soedjono, op. cit. Wawancara tanggal 6 Desember 2013
22
Laporan Evaluasi Kerja PJKA Eksploitasi Tengah Tahun 1977, Buku I