Dokumen Resmi Gereja Daftar Singkat Lain LATAR BELAKANG

xviii DAFTAR SINGKATAN A. Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Deuterokanonika, Lembaga Biblika Indonesia, 2008.

B. Dokumen Resmi Gereja

DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965. KGK : Katekismus Gereja Katolik. KHK : Kitab Hukum Kanonik Codex luris Canonici, diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983. LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964. SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963.

C. Daftar Singkat Lain

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia OMK : Orang Muda Katolik PIA : Pendampingan Iman Anak PMKRI : Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia WK : Wanita Katolik 1

BAB I USULAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG MAKNA

SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA ALTAR KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

A. LATAR BELAKANG

Remaja merupakan generasi sekarang dan yang akan datang. Mereka adalah generasi masa depan bangsa dan Gereja, disamping itu remaja harus menghadapi berbagai masalah dan kesulitan pada masa remajanya. Kesulitan itu dapat berupa bagaimana mereka mengalami kesulitan mengatasi masalah yang sering mereka hadapi, dan mengambil keputusan yang benar. Selain itu remaja sering terjebak pada situasi yang ada di sekitar mereka dan lingkungan yang membuat mereka labil dalam menentukan pilihan untuk bertindak. Remaja bukan lagi anak kecil, tetapi mereka juga belum dapat dikatakan orang dewasa. Remaja senang dan ingin dianggap dewasa, namun seringkali mereka belum mampu bertindak dewasa. Remaja belum bertindak dewasa itu dapat dilihat dari bagaimana mereka bertindak dan berperilaku dengan tidak berfikir panjang, mereka hanya melakukan tindakan yang mereka anggap benar tanpa memikirkan akibatnya bagi sesama. Menurut observasi di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung,Gunung Kidul, Yogyakarta mengatakan bahwa remaja senang mencoba-coba untuk bisa diakui jati dirinya, namun sering kali mereka menemukan kesulitan karena sebenarnya mereka 2 belum siap. Penemuan jati diri itu membutuhkan proses dan tidak dapat berlangsung dalam waktu yang singkat. Pengalaman hidup dan kedalaman iman dalam menyikapi kehidupan itu dapat membantu remaja untuk menemukan jati diri mereka. Remaja masih labil dalam menentukan sikap yang harus mereka ambil. Remaja memiliki kecemasan dalam menghadapi masa depan mereka ataupun usaha menemukan jati diri mereka. Mengingat besarnya persoalan pribadi yang harus dihadapi sebagai remaja, maka menjadi sangat sulit bagi mereka untuk dapat memikul tanggung jawab mereka sebagai generasi penerus bangsa dan Gereja. Gereja secara khusus harus terlibat membantu remaja dalam penemuan jati diri mereka, Gereja secara penuh mempunyai tanggung jawab untuk membimbing kaum remaja untuk senantiasa menemukan jati diri yang selaras dengan nilai-nilai Injili. Kitab Hukum Kanonik KHK kanon 229 menyebutkan kaum awam, agar mampu hidup menurut ajaran kristiani, dan mewartakan sendiri dan jika perlu, dapat membelanya dan agar dapat menjalankan peranannya dalam merasul, terikat kewajiban dan mempunyai hak untuk memperoleh pengetahuan tentang ajaran itu yang disesuaikan dengan kemampuan dan kedudukan masing-masing. Maka, berdasarkan kanon tersebut Gereja harus melakukan pembinaan terhadap kaum awam yang di dalamnya terdapat remaja dan nantinya dapat menemukan makna dalam pelayanan mereka. Gereja senantiasa harus terus membantu kaum awam untuk terus menemukan peranannya dalam tugas perutusan mereka. Gereja hendaknya kembali merangkul remaja dalam masa pencarian jati diri mereka melalui sakramen atau tanda 3 keselamatan Allah yang ada di dalam Gereja. Salah satu Sakramen yang sering diikuti oleh remaja adalah sakramen Ekaristi, ini dapat dijadikan sarana untuk semakin membuat remaja menemukan jati diri mereka dan memperdalam iman mereka untuk memaknai tugas perutusan yang mereka emban sebagai pengikut Kristus. Sakramen Ekaristi, mengingatkan seluruh umat bahwa Yesus Kristus telah mengorbankan dirinya demi menebus dosa manusia dengan wafat di kayu Salib. Hal ini sebagai jaminan hidup bagi umat yang percaya bahwa kelak kita diundang untuk masuk ke dalam kemuliaan bersama Kristus zaman eskatologis. Melalui sakramen Ekaristi umat termasuk para remaja dapat menimba kekuatan untuk bersatu dan bertindak sebagai murid-murid Yesus Kristus. Konsili Vatikan II menegaskan bahwa: Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan cara sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari Tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara mengagumkan LG, 11. Melalui Ekaristi umat dapat memperoleh kekuatan, kesegaran hidup, serta kepenuhan rahmat yang berlimpah dari Allah. Umat yang sungguh memaknai Ekaristi memiliki relasi yang erat dengan Allah dan memiliki keberanian untuk bersaksi mewartakan kabar gembira dalam kehidupan sehari-hari. Sakramen Ekaristi menjadi pusat dan puncak hidup Gereja karena semua kegiatan Gereja baik bersifat duniawi maupun rohani berhubungan erat dengan 4 Kristus yang hadir dalam Ekaristi, yang memberi kekuatan sekaligus menguduskan tindakan Gereja dalam rangka karya keselamatan Allah di dunia. Ekaristi memberikan penghidupan rohani, dan menjadikan kita taat dalam iman kepercayaan kepada Allah, sekaligus memiliki perhatian khusus dalam menjalankan hidup di dunia Martasudjita, 2003: 297. Ini dapat menjadi sarana yang tepat untuk membuat umat khususnya para remaja untuk semakin menimba penghidupan rohani yang semakin mendalam dan menjawab semua permasalahan dalam pencarian jati diri. Gereja mengajarkan kepada kita bagaimana memaknai perjamuan Ekaristi setiap kali kita merayakannya. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus bersama dengan para murid. Yesus menghendaki agar wafat dan kebangkitannya selalu dikenang dan perjamuan malam terakhir selalu dilakukan oleh umat-Nya melalui perayaan suci yakni Ekaristi. Gereja setiap kali merayakan Ekaristi sebagai bentuk kenangan akan Paska Kristus dalam Doa Syukur Agung. Yesus mengambil roti dan mengucap syukur dan membagikan kepada para murid sambil berkata “Terimalah dan makanlah Inilah tubuhKu yang dikurbankan bagimu”. Setelah perjamuan Yesus mengambil Piala yang berisi anggur dan mengucap syukur sambil mengedarkannya dan berkata “Terimalah dan minumlah Inilah piala darahKu, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Kenangkanlah Aku dengan merayakan peristiwa ini” Doa Syukur Agung. Apa yang telah dilakukan Yesus dilanjutkan oleh Gereja yang didoakan oleh imam pada waktu konsekrasi. Ekaristi sebagai tindakan pengudusan yang paling istimewa oleh Allah terhadap umat beriman. Ekaristi sebagai pusat perjumpaan antara umat beriman dengan Sang Ilahi, 5 mengulang kembali peristiwa pemecahan roti, pengucapan syukur, pembagian roti seperti yang dilakukan Yesus dalam perjamuan malam terakhir bersama dengan para murid-Nya. Remaja kurang mendapatkan kesempatan yang cukup untuk memperoleh pengetahuan tentang iman mereka terutama mengenai sakramen Ekaristi. Remaja hanya memperoleh pengetahuan dari Pendidikan Agama Katolik di bangku sekolah. Mereka kurang mendapatkan waktu untuk mendalami iman mereka apalagi untuk mendalami makna Ekaristi. Dalam kenyataannya muncullah semboyan Jesus Yes, but the Church No di kalangan para remaja bahkan umat secara umum. Semboyan ini haruslah menjadi pertimbangan bagi Gereja untuk memperbaharui diri dan menjadi tanggung jawab bersama untuk membina remaja sejak dini. Gereja sudah cukup melakukan pembinaan melalui berbagai paguyuban yang ada. PIA Pendampingan Iman Anak bagi anak-anak, OMK Orang Muda Katolik bagi kaum muda Katolik, lewat PMKRI Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia atau KMK bagi para mahasiswa, lewat WK Wanita Katolik bagi para ibu rumah tangga dan sebagainya. Bagi remaja, terdapat putera altar yang melakukan pelayanan pada setiap perayaan Ekaristi. Putera altar merupakan salah satu bentuk pembinaan iman yang diprogramkan oleh Gereja dengan harapan bahwa remaja yang menjadi putera altar itu akan mendapatkan pengetahuan dan sekaligus pembinaan dalam iman mereka dan membantu mereka menemukan jati diri yang sesuai nilai- nilai Injili dan semakin menemukan makna Ekaristi. Akan tetapi dalam kenyataannya remaja yang tergabung dalam pelayanan putera altar di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta kerap 6 kali kurang dapat menghayati iman mereka dan mereka melayani sebagai rutinitas belaka. Remaja memilih mengikuti kegiatan putera altar karena ada temannya yang mengikuti kegiatan tersebut, ini menjadi keprihatinan Gereja. Putera altar melakukan tugas pelayanan dengan kurangnya penghayatan iman mereka, putera altar sering berbicara dengan anggota putera altar lainnya saat melakukan tugas pelayanan di Gereja. Putera altar pun sering tidak rapi dalam memakai jubah, mereka melakukan perbuatan yang mengurangi kesakralan dari Ekaristi. Ini akan mengakibatkan dampak kemerosotan iman dan semakin banyak yang mengikuti semboyan Jesus Yes, but the Church No, seperti yang disharingkan oleh umat setempat. Oleh sebab itu, melalui skripsi ini penulis bermaksud ingin memberikan sumbangan pemikiran berupa usulan meningkatkan pemahaman tentang makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman remaja khususnya yang tergabung dalam putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta. Penulis mengangkat judul skripsi: “USULAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA ALTAR KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH