USULAN PROGRAM PEMBINAAN IMAN REMAJA DALAM

90 karena akan membuat mereka semakin beriman dengan bantuan pihak-pihak yang bergabung dengan putera altar. Beriman kepada Yesus diwarnai oleh pengetahuan dan pengalaman pribadi manusia yang konkret. Seberapa jauh pengetahuan orang tentang Yesus tergantung dari usahanya membaca dan mendalami Kitab Suci, tradisi Gereja, dan ajaran Gereja Kila, 1996: 5. Maka dari itu remaja perlu lebih didorong untuk semakin mengenal dan mendalami Kitab Suci, tradisi Gereja maupun ajaran Gereja dengan pendampingan penuh.

B. USULAN PROGRAM PEMBINAAN IMAN REMAJA DALAM

BENTUK REKOLEKSI REMAJA YANG TERGABUNG DALAM PUTERA ALTAR KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA Rekoleksi ini merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta. Pendampingan remaja dalam bentuk Rekoleksi ini dibuat sebagai usaha pendampingan putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta dalam meningkatkan penghayatan mereka akan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka. Sakramen Ekaristi sungguh sangat dekat dengan kehidupan putera altar terutama dalam tugas pelayanan mereka. Dalam tugas pelayanan yang mereka jalani tentunya banyak makna dari setiap sikap liturgi yang mereka lakukan dan makna dari 91 Sakramen Ekaristi yang mereka rayakan bersama umat bagi kehidupan dan perkembangan iman mereka.

1. Latar Belakang

Sakramen Ekaristi memang harus digali dan ditemukan maknanya demi pengembangan iman Gereja. Gereja sungguh mengharapkan umatnya mampu menghayati makna Sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu menghayati makna Sakramen Ekaristi sejak usia remaja sangatlah baik dan dapat membantu remaja berkembang dalam iman dan nantinya dapat menjadi pribadi yang tangguh dalam iman dalam menghadapi tantangan zaman. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung sebagian ada yang masih belum menyadari atau dapat dikatakan mengalami kesulitan di dalam menghayati makna sakramen Ekaristi. Putera altar dalam menghayati makna sakramen Ekaristi masih pada sebatas kewajiban dan ritus bukan sebuah kebutuhan rohani yang selalu ingin dipenuhi. Hal ini mengakibatkan kurang berkembangnya iman mereka. Banyak remaja yang semakin terombang-ambing dalam menghadapi tantangan zaman sehingga mengakibatkan kegoyahan iman dalam usia dewasa. Banyak yang meninggalkan iman mereka dan begitu mudahnya meninggalkan Yesus Kristus karena salah satu faktornya adalah iman mereka kurang dikembangkan sejak usia remaja. Remaja yang tergabung dalam kegiatan putera altar sungguh menghayati makna Sakramen Ekaristi akan dengan yakin mendapatkan pengharapan baru dalam hidupnya. Mereka akan percaya bahwa Roh Kudus selalu hadir dan menyemangati 92 dengan semakin memaknai Sakramen Ekaristi. Putera altar yang memaknai Sakramen Ekaristi akan senantiasa membangun persaudaraan sejati satu sama lain dan semakin bersatu untuk aktif dalam kehidupan menggereja dan memasyarakat. Membangun kepedulian yang sungguh tulus kepada sesama dan semakin giat membangun persekutuan dengan umat Katolik lainnya dengan cara aktif dalam kegiatan menggereja yang memperkembangkan iman seperti paduan suara gereja, lektor kecil, penggalangan dana korban bencana alam, dsb. Untuk mewujudkan itu semua mereka sungguh berharap diadakan kegiatan putera altar yang menarik dan dapat mengembangkan iman terutama berkaitan dengan makna Sakramen Ekaristi yang dekat dengan tugas pelayanan mereka. Melalui usulan program ini diharapkan putera altar sungguh memperdalam iman mereka dan semakin berani terlibat untuk bersaksi ditengah masyarakat. Dengan memaknai Sakramen Ekaristi merupakan suatu pengalaman iman. Dalam iman orang dipersatukan dengan Kristus dan dengan sesama. Ekaristi berarti suatu pertemuan pribadi dalam iman dengan Kristus. Pertemuan pribadi dengan Yesus ini akan membentuk suatu persekutuan iman. Persekutuan iman berarti persekutuan jemaat sebab semua bersama-sama menghayati iman Gereja KWI, 1996: 412. Penulis mengusulkan Rekoleksi sebagai usulan program untuk putera altar karena kegiatan Rekoleksi yang menarik akan membangun niat dan kesenangan untuk mengikuti dan pada akhirnya membentuk niat-niat konkret sebagai buah dari rekoleksi yang akan memperkembangkan iman mereka baik demi kegiatan pelayanan di dalam gereja maupun kegiatan pelayanan di masyarakat. Melalui rekoleksi ini, putera altar akan dikenalkan pada Sakramen Ekaristi yang selama ini dekat dengan 93 kegiatan pelayanan mereka. Pemaknaan Sakramen Ekaristi akan dikemas dengan bahasa yang ringan dan cukup mudah dipahami oleh putera altar dimana mereka adalah umat pada usia remaja. Kegiatan rekoleksi tentu akan dikemas dengan dinamika kelompok yang menarik yang akan membangun persekutuan yang solid dalam organisasi putera altar ini sehingga akan semakin mudah untuk bersama-sama melayani di masyarakat.

2. Tema dan Tujuan Program Rekoleksi

Penulis memberikan sumbangan pemikiran yakni berupa kegiatan pendampingan iman dalam bentuk Rekoleksi. Rekoleksi merupakan kegiatan yang cocok untuk remaja karena waktu yang diperlukan cukup efektif dan akan sangat menarik jika dikemas dengan dinamika yang menarik. Dengan adanya rekoleksi ini remaja yang tergabung dalam putera altar diharapkan mampu semakin meningkatkan makna Sakramen Ekaristi dan diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memaknai Sakramen Ekaristi diharapkan putera altar akan semakin dekat dengan Tuhan, dan semakin giat bergabung dalam paguyuban umat beriman Katolik, dan akhirnya mewujudkan iman dengan berbagi terhadap sesama. Maka dari itu Judul Rekoleksi akan dikemas dengan Melalui Ekaristi: 3 B Berdoa, Bersekutu, Berbagi. Rekoleksi ini akan dimulai dengan pengetahuan dan pengalaman mereka tentang alat Liturgi dan sikap-sikap Liturgi sebagai awal untuk mengenalkan mereka akan Makna Sakramen Ekaristi. Pada sesi selanjutnya adalah makna Sakramen Ekaristi, dalam sesi ini akan dipaparkan berbagai makna Ekaristi dari berbagai 94 sumber pustaka, tentunya dikemas dengan bahasa yang mudah untuk dipahami putera altar. Dari pemaknaan Ekaristi tersebut akan berlanjut pada sesi berikutnya tentang makna Sakramen Ekaristi bagi kehidupan mereka secara konkret. Setelah putera altar mengetahui makna Sakramen Ekaristi bagi kehidupan mereka, maka akan diarahkan pada niat sebagai perwujudan iman yang nyata dari pemaknaan Sakramen Ekaristi bagi diri sendiri maupu untuk sesama yang salah satunya dengan berbagi. Berbagi ini dapat menjadi alternatif bagi putera altar, dapat berbagi apapun yang mereka miliki. Berbagi bukan hanya dalam materi namun dapat berupa apapun yang mereka miliki untuk sesama yang membutuhkan. Mereka akan mempersembahkan niat-niat mereka dalam perayaan Ekaristi sebagai penutupan acara Rekoleksi. Niat inilah yang akan digunakan sebagai langkah awal pengembangan iman mereka yang semakin peduli pada sesama. Materi rekoleksi lebih lanjut akan dipaparkan sebagai berikut: Materi Rekoleksi ini disusun sesuai dengan hasil penelitian pada putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup, Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta. Adapun tema, tujuan, subtema, serta tujuan subtema dalam usulan program Rekoleksi yakni sebagai berikut: Tema umum : Usaha meningkatkan penghayatan putera altar akan makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan umum : Para remaja khususnya yang tergabung dalam putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta semakin menyadari dan menghayati makna sakramen Ekaristi demi 95 mempererat persekutuan yang sudah terjalin dan meningkatkan semangat berbagi terhadap sesama. Judul Rekoleksi : Melalui Ekaristi: 3 B Berdoa, Bersekutu, dan Berbagi Sesi I : Pengantar tema rekoleksi dan “Kenal Alat Liturgi dan Sikap Liturgi yuk” Penulis memilih judul sesi untuk mengenal alat liturgi dan sikap liturgi sebagai awal rekoleksi karena sebagian besar putera altar memang sudah mengenal nama-nama alat liturgi namun ada juga yang masih ragu-ragu, itu terbukti masih ada yang menanyakan jawaban kepada penulis saat pengisian kuesioner. Selain itu banyak yang mengalami kebingungan saat menghadapi pernyataan mengenai sikap- sikap Liturgi. Ini akan menjadi awal yang menarik untuk suatu rekoleksi. Sebelum sesi ini tentu diadakan dinamika kelompok yang menarik untuk semakin mengenal satu sama lain dalam sesi pengantar Rekoleksi. Tujuan : Remaja yang tergabung dalam putera altar semakin bersemangat membangun persekutuan dan semakin mengenal dan memaknai alat- alat litugi maupun sikap liturgi dalam tugas pelayanan mereka dalam perayaan Ekaristi sehingga semakin berkembang dalam iman dan bukan hanya menjadi sebuah rutinitas belaka. Sesi II : “Apa sih Ekaristi itu?” Penulis memilih judul untuk sesi kedua ini tentang Ekaristi karena sebagian besar putera altar merasa kurang yakin akan pemaknaan Ekaristi yang tertulis dalam setiap pernyataan yang penulis berikan. Dari jawaban yang ada terlihat bahwa 96 mereka menyetujui berbagai makna sakramen Ekaristi namun merasa kurang mantap dalam menjawab pernyataan yang ada. Maka dari itu dalam sesi ini, penulis berusaha menampilkan pemaknaan Ekaristi sebagai ungkapan cinta kasih Yesus sehabis-habisnya, Ekaristi sebagai perjamuan umat dengan Allah, Ekaristi sebagai perayaan seruan Roh Kudus, dan juga Ekaristi sebagai sumber kekuatan hidup sehingga putera altar semakin terbantu dalam menemukan makna Ekaristi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tujuan : Putera altar semakin mantap dalam memaknai Sakramen Ekaristi demi perkembangan iman dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pemaknaan Sakramen Ekaristi itu adalah Ekaristi sebagai ungkapan cinta kasih Yesus sehabis-habisnya, Ekaristi sebagai perjamuan umat dengan Allah, Ekaristi sebagai perayaan seruan Roh Kudus, dan juga Ekaristi sebagai sumber kekuatan hidup. Sesi III : “Apa ya Makna Ekaristi untukku?” Penulis menyadari bahwa putera altar tentu mempunyai pemaknaan tersendiri tentang Ekaristi dalam kehidupannya. Setelah pada sesi sebelumnya putera altar dibimbing untuk memahami tentang makna Sakramen Ekaristi, pada sesi ini putera altar diajak untuk menggali dari pengalaman hidup mereka dan mencoba merumuskan makna Sakramen Ekaristi bagi mereka secara pribadi. Pada sesi ini, penulis berencana untuk menggunakan metode simbolic way yaitu mereka membuat simbol tentang Ekaristi menurut mereka dan apa maknanya untuk kehidupan mereka sehari-hari. 97 Tujuan : Putera altar dapat menemukan makna Sakramen Ekaristi menurut permenungan mereka dan mampu membuat suatu niat pribadi untuk semakin berkembang dalam iman. Sesi IV : “Ini niatku, niatmu, dan niat bersama” dilanjutkan dengan sesi Penutup Penulis menyadari bahwa putera altar kurang termotivasi untuk melakukan tindakan nyata sebagai niat akan iman mereka yang semakin berkembang. Maka dari itu disini penulis berusaha memberikan sarana untuk mewujudnyatakan penghayatan mereka akan makna Ekaristi bagi perkembangan iman mereka. “Iman tanpa perbuatan adalah mati”, semangat inilah yang mencoba digalakkan sebagai perwujudan nyata perkembangan iman baik dalam lingkup intern Gereja maupun dalam masyarakat. Tujuan : Putera Altar dapat mewujudkan perkembangan iman mereka setelah semakin menghayati makna Sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari terutama menanggapi keadaan sesama yang membutuhkan.

C. GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM