KESIMPULAN Usulan meningkatkan pemahaman tentang makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta.

113

BAB V PENUTUP

Pada bagian penutup penulis mengemukakan beberapa hal sebagai kesimpulan dari keseluruhan isi skripsi. Selain itu penulis juga menyampaikan saran yang diharapkan dapat berguna bagi perkembangan iman Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta.

A. KESIMPULAN

Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta perlu memaknai Sakramen Ekaristi yang dekat dengan tugas pelayanan mereka demi pengembangan iman mereka khususnya pada usia remaja. Maka dari itu, Putera Altar perlu menemukan makna sakramen Ekaristi melalui Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga menurut pandangan dari para ahli demi perkembangan iman mereka. Perkembangan iman pada usia remaja dalam hal ini adalah putera altar tentu sangat dipengaruhi pada orang yang lebih dewasa yang mendampingi mereka, selain itu dipengaruhi pula oleh perkumpulan atau organisasi Gereja yang mereka ikuti. Maka dari itu, pendamping putera altar diharapkan dapat membantu putera altar dalam menemukan makna Sakramen Ekaristi diantaranya Ekaristi sebagai ungkapan cinta kasih Yesus sehabis-habisnya, Ekaristi sebagai perjamuan umat dengan Allah, Ekaristi sebagai perayaan seruan karunia Roh Kudus dan Ekaristi sebagai sumber kekuatan hidup. Dengan demikian putera altar dapat memaknai Sakramen Ekaristi 114 dalam kehidupan mereka sehari-hari sehingga semakin berkembang dalam iman terutama untuk menghadapi tantangan dan godaan zaman yang semakin komplek. Putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta sebagian besar sudah dapat memaknai Sakramen Ekaristi, namun perlu pendampingan lebih lanjut mengenai pemaknaan tersebut. Ini dapat dibuktikan dengan kurang mantapnya mereka memaknai Sakramen Ekaristi dalam kehidupan mereka. Putera altar masih ragu-ragu akan makna kehadiran mereka dalam mengikuti perayaan Ekaristi. Ada putera altar yang berpendapat bahwa menghadiri perayaan Ekaristi merupakan suatu kewajiban orang Katolik saja. Ini perlu menjadi perhatian bagi para pendamping, karena hadir dalam perayaan Ekaristi ini merupakan suatu kebutuhan dan kerinduan dari manusia untuk bersatu dan memuliakan Allah, bukan hanya sebagai suatu kewajiban. Selain itu, putera altar juga masih belum memaknai sikap liturgi yang biasa mereka lakukan dalam mengikuti perayaan Ekaristi. Banyak yang masih kebingungan jika ditanya tentang makna sikap liturgi. Ini terbukti, dalam kenyataannya ada beberapa putera altar yang masih berbicara dengan temannya saat bertugas dalam suatu perayaan Ekaristi. Sebagian dari putera altar ada yang melakukan sikap liturgi sebagai suatu rutinitas belaka sehingga berakibat tidak ada pemaknaan yang mendalam dan sikap liturgi seperti berlutut di depan Altar hanya rutinitas sehingga terkesan cepat dan tanpa pemaknaan. Untuk menganggapi realitas yang ada, penulis mengusulkan kegiatan Rekoleksi Remaja khususnya remaja yang tergabung dalam putera altar. Rekoleksi dikemas secara menarik dan mendalam. Dengan dinamika kelompok akan menarik 115 minat para remaja yang tergabung dalam putera altar untuk mengikuti acara Rekoleksi. Inti dari Rekoleksi ini memuat tentang pengetahuan dan pemaknaan tentang alat Liturgi serta sikap Liturgi, begitu juga pemaknaan Ekaristi yang dikemas dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh putera altar. Melalui Rekoleksi remaja ini diharapkan para putera altar dapat terbantu untuk memaknai Sakramen Ekaristi dalam kehidupan mereka sehari-hari sehingga mereka dapat membangun niat-niat yang baru dan nyata untuk semakin memaknai Sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka. Iman yang berkembang membutuhkan suatu perbuatan konkret. Maka dari itu melalui Rekoleksi ini diharapkan tumbuh suatu perbuatan konkret yang akan dilakukan untuk memperkembangkan iman menuju iman yang semakin dewasa.

B. SARAN