Pencekalan Gubernur Riau terkait PON XVIII di Provinsi Riau

96

BAB III KASUS PENCEKALAN SAKSI YANG DILAKUKAN KPK

DALAM TAHAP PENYELIDIKAN

3.1. Pencekalan Gubernur Riau terkait PON XVIII di Provinsi Riau

Korupsi proyek PON ini tercium oleh KPK sejak April lalu. Kasus Tindak Pidana Korupsi Pekan Olahraga Nasional PON Riau bermula dari penangkapan sejumlah anggota DPRD Riau , dua pegawai Dinas Pemuda dan Olahraga Riau dan empat pegawai swasta yang terjadi pada tanggal 13 April 2012. Saat penangkapan, KPK menyita uang senilai Rp 900 juta yang diduga sebagai uang suap proyek PON Riau. Dari hasil pemeriksaan KPK terkait penangkapan tersebut kemudian KPK menetapkan status tersangka kepada anggota DPRD Riau yakni Muhammad Faisal Aswan dan Muhammad Dunhir, Staf PT Pembangunan Perumahan PP Persero yakni Rahmat Syahputra dan Kepala Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Dispora Riau bernama Eka Dharma Putra. Mereka diduga melakukan korupsi pada pembahasan revisi Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang penambahan anggaran untuk venue menembak pada PON Riau senilai Rp19,4 miliar. Namun, belakangan KPK juga mencium adanya praktek korupsi pada pembahasan Perda Nomor 5 Tahun 2008 tentang pembangunan stadion utama PON Riau. Juru Bicara KPK Johan Budi menyatakan KPK mulai menyelidiki kasus suap korupsi pengadaan PON Riau. Menurutnya, pengadaan proyek venue menembak sudah dikembangkan penyelidikan terkait dengan pembangunannya. Terkait kasus yang melibatkan pemerintah pusat yaitu beberapa anggota DPR dan Pemerintah daerah, KPK akan terus melakukan upaya pemeriksaan terkait Perda Nomor 6 tahun 2010 terkait pembangunan Pekan Olahraga Nasional tersebut. 93 Pada tanggal 10 April 2012, KPK telah mengajukan permohonan pencekalan terhadap Gubernur Riau H.M Rusli Zainal dengan alasan pencekalan dilakukan untuk membantu KPK dalam kelancaran proses penyelidikan kasus dugaan korupsi pembangunan venue PON dan jika sewaktu-waktu yang bersangkutan dimintai keterangan tidak sedang berada di luar negeri. Informasi pencekalan ini disampaikan oleh Wamenkum HAM Denny Indrayana, Pencegahan diminta melalui surat KPK nomor R-138001-23042012, tertanggal 10 April 2012. Pencegahan sudah efektif dan dilakukan untuk 6 bulan hingga 10 Oktober 2012. 94 Sehubungan dengan dicekalnya Gubernur Riau H.M. Rusli Zainal dan Kadispora Lukman Abbas secara otomatis, akses keduanya ke luar negeri tidak diizinkan lagi. KPK juga mencegah ajudan Said Faisal, ajudan Gubernur Riau ke luar negeri. Kemudian ketua DPRD Riau Johar Firdaus diperiksa KPK terkait kasus suap PON ini bersama 5 anggota DPRD lainnya di Sekolah Polisi Negara SPN Polda Riau di Jl. Pattimura Pekanbaru. Mereka yang diperiksa KPK adalah Johar Firdaus Ketua DPRD Riau, Zulfan Heri Ketua Baleg, Iwa Bibra anggota tim pansus. Ketiganya ini berasal dari Fraksi Golkar. Tiga anggota dewan lainnya, Adrian Ali PAN, Ramli Sanur PAN, Ramli FE partai PBR. 93 Website GOOGLE, http www.haluankepri.com › News › Andalas terakhir kali dikunjungi tanggal 22 September 2012 Pukul 14.00. 94 WebsiteGOOGLE,httpm.skalanews.com...gubernur-riau-dicekal-terkait-kasus- suappon.ht. terakhir kali dikunjungi tanggal 22 September 2012 Pukul 13.45. Pada tanggal 8 Mei 2012, KPK lalu menetapkan status tersangka kepada mantan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Riau bernama Lukman Abbas dan Wakil Ketua DPRD Riau yakni Taufan Andoso Yakin. Masing-masing diduga telah melakukan transaksi suap terkait PON Riau. Kasus PON Riau ternyata menyeret banyak pihak, hal ini terbukti bahwa tujuh anggota DPRD Riau kemudian menyusul menjadi tersangka. Komisi Pemberantasan Korupsi memeriksa tujuh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Riau non aktif sebagai tersangka kasus dugaan penerimaan suap pembahasan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Dana Pengikatan Tahun Jamak Pembangunan Venue Pekan Olahraga Nasional PON Riau 2012, Selasa 1512013. 95 Ketujuhnya adalah Adrian Ali Partai Amanat Nasional, Abu Bakar Siddik Partai Golkar, Zulfan Heri Partai Golkar, Syarif Hidayat Partai Persatuan Pembangunan, Tengku Muazza Partai Demokrat, Mohammad Roem Zein Partai Persatuan Pembangunan, dan Turoechman Asyari PDI-Perjuangan. KPK telah menetapkan 14 tersangka kasus suap proyek Pekan Olahraga Nasional PON XVIII di Pekanbaru, Riau. Enam di antara tersangka itu sudah menjalani persidangan yakni Eka Dharma Putra selaku Anggota Staf Dinas Pemuda dan Olahraga Riau serta Rahmat Syahputra selaku Anggota Staf Kerjasama Operasi tiga BUMN, yakni: PT Adhi Karya, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Wijaya Karya yang menjalankan perintah suap dan telah divonis 2 tahun 6 bulan penjara. 95 WebsiteGOOGLE, http Kompas.comKPK periksa 7 tersangka kasus PON Riauterakhir kali dikunjungi tanggal 10 Februari 2013 Pukul 21.35. Adapun dua anggota DPRD Riau yakni Faisal Aswan Partai Golkar dan Muhammad Dunir Partai Kebangkitan Bangsa dihukum masing-masing 4 tahun. Taufan Andoso Yakin adalah terdakwa kelima yang divonis dalam kasus suap Rp 900 juta untuk memuluskan revisi Perda No 6 tahun 2010 tentang penambahan anggaran gedung menembak PON Riau. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pengadilan Negeri Pekanbaru masih dalam tahap akhir persidangan terhadap mantan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Riau bernama Lukman Abbas. Korupsi proyek PON ini terendus KPK sejak April lalu. KPK kini mengembangkan kasus suap senilai Rp 900 juta itu ke penyidikan pengembangan venue PON. Uang tunai senilai Rp 900 juta dijadikan bukti. Dalam empat bulan proses penyidikan KPK sudah menetapkan 13 tersangka kasus dugaan suap pembahasan revisi Perda Nomor 6 Tahun 2010. Gubernur Riau Rusli Zainal dipanggil KPK. Rusli Zainal menjalani dua kali pemeriksaan untuk melengkapi berkas tersangka Lukman Abbas. Rusli Zainal diperiksa sebagai saksi. 96 KPK juga membidik keterlibatan Gubernur Riau H.M Rusli Zainal dalam kasus dugaan suap Revisi Peraturan Daerah Perda Nomor 6 Tahun 2010 tentang Penambahan Biaya Arena Menembak PON Riau. Dalam kasus dugaan suap PON Riau ini, nama Rusli kerap disebut sebagai aktor yang juga diduga melakukan tindak pidana korupsi. Pada tanggal 8 Februari tahun 2013 Gubernur Riau H.M Rusli Zainal secara resmi ditetapkan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Juru Bicara KPK, Johan Budi mengatakan Rusli melakukan tindak pidana 96 WebsiteGOOGLE,httpwww.sindonews.com...13...dua-tersangka-kasus-pon-riau- segera-d.. terakhir kali dikunjungi tanggal 22 September 2012 Pukul 14.00. korupsi dalam dugaan suap dan korupsi perubahan peraturan daerah Perda terkait penyelenggaran Pekan Olah Raga Nasional PON Riau tahun 2012. Gubernur Riau H.M Rusli Zainal diduga melakukan suap dan melanggar Pasal 12 A dan B, Pasal 5 ayat 2, Pasal 11 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 yang telah diubah menjadi UU Nomor 20 tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP. 97 Dalam surat dakwaan mantan Kepala Seksi Kasi Pengembangan Sarana dan Prasarana Olahraga Dinas Pemuda dan Olahraga Dispora Riau bernama Eka Dharma Putra, Rusli Zainal selaku Gubernur Riau disebut sebagai pihak yang diduga ikut menyuap. Eka Darma Putra baik sendiri-sendiri atau secara bersama-sama dengan Lukman Abbas selaku Kepala Dispora Riau, Rusli Zainal selaku Gubernur Riau dan Rahmat Syahputra selaku Site Administrasi Manajer dalam Kerjasama Operasi KSO PT Pembangunan Perumahan, PT Adhi Karya, dan PT Wijaya Karya memberi uang Rp 900 juta dari yang dijanjikan Rp1,8 miliar kepada anggota DPRD Riau 2009-2014. Pemberian sejumlah uang tersebut dilakukan agar anggota DPRD Riau membahas dan menyetujui Rancangan Peraturan Daerah Raperda tentang Revisi Perda Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pengikatan Dana Anggaran Kegiatan Tahun Jamak untuk Pembangunan Stadion Utama pada Kegiatan PON XVIII Riau dan Raperda tentang Perubahan Perda Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pengikatan Dana Anggaran Kegiatan Tahun Jamak untuk Pembangunan Venues pada Kegiatan PON XVIII Riau. 97 WebsiteGOOGLE, http metrotvnews.commetronewsvi...0725Gubernur-Riau-Tersangka - Kasus-Pon. terakhir kali dikunjungi tanggal 10 Februari 2013 Pukul 11.35. Surat dakwaan juga menyebutkan bahwa H.M Rusli Zainal menelepon Lukman Abbas dan menginstruksikan agar Lukman memenuhi permintaan anggota DPRD Riau untuk memberi uang lelah terkait pembahasan ranperda. Adapun Lukman sudah ditetapkan KPK sebagai tersangka. Saat bersaksi dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Riau, Rusli Zainal mengaku mengetahui ada permintaan uang lelah untuk anggota DPRD Riau terkait pembahasan ranperda. Namun Gubernur Provinsi Riau H.M Rusli Zainal ini mengaku meminta Lukman membatalkan revisi peraturan daerah jika anggota Dewan meminta uang. Sebelum ditetapkan sebagai tersangka, KPK memeriksa Rusli Zainal sebagai saksi. KPK juga membuka penyelidikan baru soal pengadaan barang dan jasa PON Riau, proses pengadaan tersebut melibatkan pemerintah daerah. Persidangan beberapa tersangka kasus PON Riau di Pengadilan Tipikor Riau juga mengungkapkan adanya aliran dana ke DPR. Lukman Abbas saat bersaksi beberapa waktu lalu mengaku menyerahkan uang sebesar 1.050.000 dollar AS sekitar Rp9 miliar kepada Kahar Muzakir, anggota Komisi X DPR dari Partai Golkar. Penyerahan uang merupakan langkah permintaan bantuan PON dari dana APBN Rp 290 miliar. Lukman mengatakan menemani Gubernur Riau Rusli Zainal untuk mengajukan proposal bantuan dana APBN untuk keperluan PON melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga senilai Rp 290 miliar. Proposal itu disampaikan Rusli kepada Setya Novanto dari Fraksi Partai Golkar. Untuk memuluskan langkah itu harus disediakan dana 1.050.000 dollar AS. Setya mengaku bertemu dengan Gubernur Riau Rusli Zainal namun membantah pertemuan itu membicarakan soal PON Riau. Lukman juga mengatakan, ada 12 anggota Komisi X DPR menerima bingkisan kain sarung dan uang 5.000 dollar AS dalam amplop tertutup saat mengunjungi venue PON. Sejak KPK mengusut kasus dugaan suap revisi perda PON XVIII Riau. Pihak Imigrasi telah mengeluarkan surat pencekalan terhadap 9 orang tersangka, pihak yang dicekal tersebut antara lain : Gubernur Riau H.M Rusli Zainal, Said Faisal selaku Ajudan Gubernur Riau dan tujuh anggota DPRD juga telah dilakukan pencekalan yakni Abu Bakar Siddik Golkar, Zulfan Heri Golkar, Adrian Ali PAN, Syarif Hidayat PPP, M Roem Zein PPP, Tengku Muhazza Demokrat dan Tourechan Ans’ari PDIP. KPK telah mengajukan permohonan pencekalan terhadap Gubernur Riau H.M Rusli Zainal sejak tanggal 10 April 2012 dengan alasan pencekalan untuk membantu KPK dalam kelancaran proses penyelidikan kasus dugaan korupsi pembangunan venue PON. Sedangkan Said Faisal dicekal pada tanggal 22 juni 2012 yang mana sebelumnya Said Faisal telah menjalani pemeriksaan KPK pada tanggal 5 juni 2012. Selain itu, tujuh anggota DPRD juga yakni Abu Bakar Siddik Golkar, Zulfan Heri Golkar, Adrian Ali PAN, Syarif Hidayat PPP, M Roem Zein PPP, Tengku Muhazza Demokrat dan Tourechan Ans’ari PDIP juga telah dicekal pada tanggal 23 Oktober hingga enam bulan kedepan yakni pada April 2012 mendatang. 98 98 Website GOOGLE,www.riau terkini.comhukumphp?arr=53414 terakhir kali dikunjungi tanggal 13 Februari 2013 Pukul 13.25. Berkenaan dengan kasus PON Riau yang telah penulis paparkan diatas, hal yang menjadi sentral penelitian tesis ini adalah mengenai pencekalan KPK terhadap Gubernur Riau H.M Rusli Zainal. KPK telah mengajukan permohonan pencekalan terhadap Gubernur Riau H.M Rusli Zainal sejak tanggal 10 April 2012 dengan alasan pencekalan untuk membantu KPK dalam kelancaran proses penyelidikan kasus dugaan korupsi pembangunan venue PON. KPK dapat melakukan tindakan pencegahan ketika proses penyelidikan telah dimulai. Tidak ada batasan siapa saja yang tidak boleh dicegah pada tahap ini. Artinya, sepanjang seseorang berstatus saksi maka orang tersebut dapat dicegah keluar negeri. Sebagai contoh, dapat dilihat pada kasus pencekalan Gubernur Provinsi Riau M Rusli Zainal yang menjadi saksi dalam perkara dugaan suap pembangunan venue PON 2012 yang terjadi di daerahnya. Tanpa penjelasan yang dapat dipahami oleh publik, Gubernur Provinsi Riau M Rusli Zainal telah dicegah keluar negeri oleh KPK. Penjelasan itu penting agar kemudian publik dapat memahami limitasi atau batasan yang dijadikan pegangan oleh KPK dalam mencegah seseorang keluar negeri. Walaupun kini diketahui bahwa Gubernur Riau H.M Rusli Zainal telah ditetapkan sebagai tersangka, namun pencegahan terhadap dirinya telah dilakukan pada statusnya sebagai saksi pada tahap penyelidikan. Tanpa batasan atau kriteria yang dijadikan rujukan perihal alasan pencegahan ke luar negeri, maka publik dapat pula mempertanyakan mengapa semua pihak yang menjadi saksi dalam perkara dugaan suap pembangunan venue PON 2012 itu tidak dicegah keluar negeri. Mengapa kemudian KPK tidak melakukan tindakan pencegahan yang sama terhadap para saksi seperti Johar Firdaus selaku Ketua DPRD dari Fraksi Golkar dan anggota dewan lainnya yakni AB Purba PDIP, Iwa Bibra Golkar, Ramli FE, Ramli Sanur, Riky Hariansyah, Indra Isnaini, serta Ketua Bapedda Ramli Walid dan Wan syamsir selaku Sekda Provinsi Riau ? Salah satu contoh bahwa dalam persidangan Taufan Andoso Yakin pada tanggal 11 Desember 201, adanya dugaan keterlibatan Johar Firdaus dalam mengkondisikan uang lelah untuk sejumlah anggota Pansus Revisi Perda lapangan tembak PON Riau. Taufan juga menyebutkan bahwa Johar Firdaus pernah menelpon Zulfan Heri sebagai Ketua Badan Legislasi DPRD Riau untuk memasukan Revisi Perda No 5 Tahun 2006 dalam agenda rapat paripurna tanggal 3 April 2012 bersamaan dengan pengesahan Revisi Perda No 6 Tahun 2010. Hingga kini ketua DPRD Riau ini masih berstatus saksi dan tidak pernah dicekal, lain hal nya dengan Gubernur Riau yang dicekal dalam status nya sebagai saksi. Kekhawatiran apabila tidak ada batasan, aturan dan atau tolok ukur yang dapat dijadikan rujukan perihal alasan pencegahan ke luar negeri, hal tersebut tentunya akan membuka peluang terjadinya diskriminasi yang pada akhirnya melanggar asas equality before the law dan kepastian hukum yang adil dan juga berujung pada pelanggaran HAM yang diatur dalam Konstitusi, Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP dan Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Hak Asasi Manusia. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, KPK tentunya harus berdasarkan asas keterbukaan atau asas transparansi yang merupakan salah satu asas yang harus dipenuhi. Secara terbuka atau transparan artinya KPK dalam menyelesaikan kasus ini harus memberikan informasi yang jelas dan terang benderang kepada masyarakat Riau pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Sehingga masyarakat bisa mengetahui dengan jelas proses yang sedang berlangsung terhadap pihak–pihak terkait dalam kasus ini. Hal yang perlu dihindari ketika kasus ini hanya menjadi konsumsi elit pejabat atau elit politik saja. Dengan informasi yang akurat maka masyarakat juga akan bisa mengawal dan memantau serta mendorong agar kasus ini bisa diselesaikan dengan seadil–adilnya yang pada akhir kita berharap bahwa prilaku suap bisa diubah dan dihentikan oleh oknum–oknum pejabat dan pemimpin kita.

3.2. Pencekalan Mahfud Suroso Terkait Kasus Hambalang.