Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, KPK tentunya harus berdasarkan asas keterbukaan atau asas transparansi yang merupakan salah satu asas yang harus
dipenuhi. Secara terbuka atau transparan artinya KPK dalam menyelesaikan kasus ini harus memberikan informasi yang jelas dan terang benderang kepada masyarakat
Riau pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Sehingga masyarakat bisa mengetahui dengan jelas proses yang sedang berlangsung terhadap
pihak–pihak terkait dalam kasus ini. Hal yang perlu dihindari ketika kasus ini hanya menjadi konsumsi elit pejabat atau elit politik saja. Dengan informasi yang akurat
maka masyarakat juga akan bisa mengawal dan memantau serta mendorong agar kasus ini bisa diselesaikan dengan seadil–adilnya yang pada akhir kita berharap
bahwa prilaku suap bisa diubah dan dihentikan oleh oknum–oknum pejabat dan pemimpin kita.
3.2. Pencekalan Mahfud Suroso Terkait Kasus Hambalang.
KPK mulai menyelidiki proyek Hambalang sejak Agustus tahun 2011. Jumlah anggaran proyek Hambalang tersebut senilai Rp 2,5 triliun yakni terdiri dari sekitar
Rp 1,4 triliun untuk pengadaan barang dan Rp 1,1 triliun biaya pembangunan gedung. KPK mendalami tindak pidana korupsi di proyek Hambalang terindikasi
pada dua peristiwa. Pertama, pada proses penerbitan sertifikat tanah Hambalang di Jawa Barat. Kedua, pelaksanaan proyek Hambalang yang dilakukan secara tahun
jamak. KPK menyelidiki kasus Hambalang setelah mengembangkan penyidikan kasus suap proyek wisma atlet SEA Games.
Proyek Hambalang dimulai sekitar tahun 2003. Proyek yang dikabarkan ada dugaan korupsi seperti ‘nyanyian’ M. Nazaruddin ini ditargetkan selesai akhir tahun
2012. Proyek pusat olahraga di Hambalang Bogor Jawa Barat menjadi sorotan publik, apalagi dua bangunan telah ambruk dikarenakan tanahnya ambles. Secara
kronologi, proyek ini bermula pada Oktober Tahun 2009. Saat itu Kemenpora Kementerian Pemuda dan Olah Raga menilai perlu ada Pusat Pendidikan Latihan
dan Sekolah Olah Raga pada tingkat nasional. Maka, Kemenpora memandang perlu untuk melanjutkan dan menyempurnakan pembangunan proyek pusat pendidikan
pelatihan dan sekolah olahraga nasional di Hambalang, Bogor. Selain untuk meningkatkan dan menyempurnakan pembangunan proyek pusat pendidikan
pelatihan dan sekolah olahraga nasional, hal ini juga dilakukan dalam rangka untuk mengimplementasikan UU Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.
Pada 20 Januari 2010, sertifikat hak pakai nomor 60 terbit atas nama Kemenpora dengan luas tanah 312.448 meter persegi. Pada 30 Desember 2010, terbit
Keputusan Bupati Bogor nomor 641003.2100910BPT 2010 yang berisi Izin Mendirikan Bangunan untuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga
Nasional atas nama Kemenpora di desa Hambalang, Kecamatan Citeureup Bogor. Pembangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional
mulai dilanjutkan pada tahun 2010 dan direncanakan selesai tahun 2012. Untuk membangun semua fasilitas dan prasarana sesuai dengan master plan yang telah
disempurnakan, anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp 1,75 triliun. Berdasarkan hasil perhitungan konsultan perencana Anggaran Rp 1,75 triliun ini sudah termasuk
bangunan sport science, asrama atlet senior, lapangan menembak, extreme sport, panggung terbuka, dan voli pasir. Sejak tahun 2009-2010 Kementerian Keuangan
dan DPR menyetujui alokasi anggaran sebagai berikut :
1. APBN murni 2010 sebesar Rp 125 miliar yang telah diajukan pada tahun 2009.
2. APBNP 2010 sebesar Rp 150 miliar. 3. Pagu definitif APBN murni 2011 sebesar Rp 400 miliar
Pada 6 Desember 2010 keluar surat persetujuan kontrak tahun jamak dari Kemenkeu RI nomor S-553MK.22010. Pekerjaan pembangunan direncanakan
selesai pada akhir tahun yakni 31 Desember 2012. Penerimaan siswa baru
diharapkan akan dilaksanakan tahun 2013-2014. Pada tahun 2003-2004 masih di
Direktorat Jenderal Ditjen Olahraga Depdikbud, Proyek ini digelontorkan pada tahun itu sesuai dengan kebutuhan akan pusat pendidikan dan pelatihan olahraga
yang bertaraf internasional. Selain itu untuk menambah fasilitas olahraga. Pada tahun itu direkomendasikan 3 wilayah yaitu Hambalang Bogor, Desa Karang Pawitan, dan
Cariuk Bogor. Akhirnya yang dipilih Hambalang. Pada Tahun 2004, Dilakukan
pembayaran para penggarap lahan di lokasi tersebut dan sudah dibangun mesjid,
asrama, lapangan sepakbola dan pagar. Tahun 2004-2009, Proyek di Ditjen Olahraga
Kemendikbud dipindahkan di Kemenpora. Lalu dilaksanakan pengurusan sertifikat tanah Hambalang tapi tidak selesai. Penganggaran pembuatan maket dan masterplan
dilakukan pada tahun 2006. Dari rencana awalnya pusat peningkatan olahraga
nasional menjadi pusat untuk atlet nasional dan atlet elite. Pada tahun 2007,
Diusulkan perubahan nama dari Pusat Pendidikan Pelatihan Olahraga Nasional menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional.
Pengajuan anggaran pembangunan dan mendapat alokasi sebesar Rp 125 miliar dilakukan pada tahun 2009, tapi tidak dapat dicairkan dibintangi karena surat
tanah Hambalang belum selesai. Pada tanggal 6 Januari 2010 diterbitkan surat Keputusan Kepala BPN RI Nomor 1 HP BPN RI2010 tentang Pemberian Hak
Pakai atas nama Kemenpora atas tanah di Kabupaten Bogor- Jawa Barat dan berdasarkan Surat Keputusan tersebut kemudian pada tanggal 20 Januari diterbitkan
sertifikat hak pakai nomor 60 atas nama Kemenpora dengan luas tanah 312.448 m2. Kemudian pada tanggal 30 Desember 2010 keluar IMB.
Pada tahun 2010 juga ada perubahan kembali yakni penambahan fasilitas sarana dan prasarana antara lain bangunan sport sains, asrama atlet senior, lapangan
menembak, ekstrem sport, panggung terbuka dan voli pasir dengan dibutuhkan anggaran Rp 1,75 triliun. Kemudian sejak 2009-2010 sudah dikeluarkan anggaran
total Rp 675 miliar. Pada tanggal 6 Desember 2010 keluar surat kontrak tahun jamak dari Kemenkeu untuk pembangunan proyek sebesar Rp 1,75 triliun dan pengajuan
pembelian alat- alat membengkak menjadi Rp 2,5 Triliun.
Menurut penelusuran tim investigasi dari seputarnusantara.com, Pada awal Desember tahun 2009 Ketua Fraksi Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan
Bendahara Fraksi Partai Demokrat M. Nazaruddin meminta tolong kepada Ignatius Mulyono selaku anggota Komisi II DPR yang juga menjabat sebagai Ketua Baleg
DPR RI agar Ignatius Mulyono menanyakan kepada BPN Badan Pertanahan
Nasional lewat telepon perihal surat tanah Kemenpora yang belum kunjung selesai. BPN merupakan mitra kerja Komisi II DPR RI, oleh karena itu Ignatius Mulyono
bersedia membantu menanyakan kepada BPN perihal sertifikat tanah Hambalang tersebut. Kemudian pada tanggal 6 Januari 2010, Surat Keputusan atas nama
Kemenpora terbit dari BPN. Ignatius Mulyono ditelepon oleh Sestama BPN bahwa Surat Keputusan sudah selesai dan agar diambil ke BPN. Selanjutnya Ignatius
Mulyono mengambil Surat Keputusan tanah tersebut dan langsung menyerahkan kepada Ketua Fraksi Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Pada tanggal 6 Januari
2010, ternyata yang diterima oleh Ignatius Mulyono dari Sestama BPN bukanlah berupa Sertifikat tetapi hanya berupa Surat Keputusan Kepala BPN RI.
99
Awal mula proyek Hambalang menjadi kasus publik adalah setelah keluarnya Sertifikat Hambalang Nomor 60 tanggal 20 Januari 2010. Pada Rapat Kerja Menpora
dengan Komisi X DPR RI, Menpora mengajukan pencabutan bintang anggaran Rp 125 Miliar dan mengusulkan peningkatan program penambahan sarana dan
prasarana sport centre dll, sehingga mengajukan anggaran menjadi Rp 1,75 Triliun. Bahkan usulan tambahan pembelian alat- alat menjadi proyek Hambalang
membutuhkan dana sampai Rp 2,5 triliun. Kemudian yang menjadi tanda tanya besar adalah ketika proses perubahan besarnya anggaran dari Rp 125 Miliar menjadi Rp
1,175 Triliun bahkan berkembang untuk alokasi anggaran pengadaan alat olahraga senilai Rp 1,4 triliun sehingga total proyek menjadi Rp 2,57 Triliun tidak melalui
tahapan- tahapan yang semestinya, dimana dalam pembahasannya seharusnya mengikutsertakan seluruh anggota Komisi X DPR RI. Masalah ini perlu terus
99
Website GOOGLE, www.
seputarnusantara.com?p=13559 terakhir kali dikunjungi
tanggal 11 Februari 2013 Pukul 17.55
ditelusuri untuk membuka secara jelas dan gamblang siapa sebenarnya yang terlibat kasus Hambalang ini, termasuk membongkar siapa aktor intelektual yang
mengendalikan serta pembongkaran terhadap pelaksanaan tender dan siapa yang menerima pembagian “penghargaan jasa” melicinkan kenaikan anggaran dan
pemenangan kontraktor pada proses tender.
Terkait kasus Hambalang, aktivis Indonesia Corruption Watch yakni Tama S Langkun menyatakan KPK belum jeli melakukan pemeriksaan. Aktivis muda ini
merinci, ada tiga poin pemeriksaan yang belum didalami oleh penyidik KPK secara maksimal. Pertama, mengenai dampak kebijakan pengguna anggaran dalam proyek
tersebut. Kedua, mengenai aturan main proses tender. Ketiga, pengubahan rentang waktu pengerjaan dari single years ke multi years yang diduga ilegal. Berkenaan
dengan kebijakan pejabat pengguna anggaran dalam kasus ini adalah Menpora, Andi Mallarangeng sudah semestinya KPK dapat mengambil kesimpulan. Kebijakan apa
saja yang telah dikeluarkan yang bersangkutan dalam proyek tersebut. Sehingga, ada upaya mensubkan ke kontraktor atau pihak lain. “Apakah memang Menteri yang
meminta ke kontraktor pemenang tender untuk mensubkan atau tidak ”. Kedua, dalam proyek senilai Rp 2,5 trilun itu menjadi penting diselidiki mengenai
mekanisme tender apakah sesuai dengan Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Tentunya, proyek
Hambalang ini wajib menempuh proses tender. Perlu untuk diselidiki alasan PT. Wijaya Karya Wika menjadi pemenang, alasan Wika mensubkan sebagian
pekerjaannya ke PT. Dutasari Ciptalaras dan apakah sudah sesuai prosedur. Ketiga yang tak kalah penting yakni mengenai rentang waktu pengerjaan dari single years
menjadi multi years. “Apakah ini juga atas persetujuan Andi Mallarangeng? Karena seluruh perubahan tentang proyek instansi pemerintah harus dengan persetujuan
pejabat kuasa anggaran di departemen yang bersangkutan.”.
100
Dalam kasus korupsi proyek Hambalang, KPK telah menetapkan Deddy Kusdinar selaku mantan Kepala Biro Perencanaan dan Rumah Tangga Kementerian
Pemuda dan Olahraga, Andi Mallarangeng selaku mantan Menteri Pemuda dan Olahraga serta Anas Urbaningrum sebagai tersangka. Pada tanggal 3 Desember 2012
KPK sudah mengirim surat pencekalan terhadap Andi Malarangeng , Adik kandung dari menpora bernama Andi Zulkarnain Mallarangeng, dan M. Arief Taufiqurahman
selaku Kepala divisi Konstruksi PT. Adhi Karya kepada Direktur Jendral Imigrasi Kementrian Hukum dan HAM dengan surat bernomor 456901-23-12-2012. Dalam
surat pencekalan KPK tersebut diketahui bahwa Andi malarangeng di cekal dalam statusnya sebagai tersangka. Pencekalan Menpora Andi Mallarangeng ke luar negeri
terkait pengembangan penyelidikan kasus dugaan korupsi proyek pembangunan sarana olahraga nasional di Hambalang, Jawa Barat.
Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM Kemenkum HAM juga telah melakukan cekal terhadap Direktur PT. Dutasari Citralaras yang
bernama Mahfud Suroso agar yang bersangkutan tidak bepergian ke luar negeri. Pencekalan terhadap Mahfud Suroso ini dilakukan atas permintaan KPK untuk
membantu proses penyelidikan kasus Hambalang. Permintaan cekal tersebut diajukan KPK sejak tanggal 27 April dan berakhir setelah enam bulan kedepan yakni
100
Website GOOGLE, www.beritawmc.com201206...soal-hambalang-kpk-dinilai-tidak-
jelas terakhir kali dikunjungi tanggal 11 Februari 2013 Pukul 17.35
pada bulan Oktober. Selain itu, KPK juga mencekal tiga Direktur terkait kasus pembangunan sport center di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat pada tanggal 25
Januari 2013. Mereka adalah Mandiri Santoso selaku Direktur PT. Ciriajasa Cipta, Yudi Wahyono selaku Direktur PT. Yodya Karya, serta Direktur CV. Rifa Medika
bernama Lisa Lukitawati.
PT. Ciriajasa Cipta merupakan perusahaan konsultan yang menawarkan jasa konsultasi di bidang manajemen proyek konstruksi. PT. Yodya Karya merupakan
Badan Usaha Milik Negara BUMN yang bergerak di jasa konstruksi dan CV. Rifa Medika adalah perusahaan konsultasi penyedia jasa perlengkapan kesehatan serta
pelatihan simulasi pendidikan kesehatan.
PT. Dutasari Citralaras merupakan perusahaan sub kontrak dari dua BUMN yakni PT. Adhi Karya dan PT Wijaya Karya yang melakukan join operation untuk
menggarap proyek sarana olahraga di Hambalang, Jawa Barat. Menurut Wakil Ketua KPK lainnya Bambang Widjojanto, PT. Dutasari Citralaras mendapatkan pekerjaan
sub kontraktor dari PT. Adhi Karya sebesar Rp 300 miliar. PT. Dutasari mengerjakan proyek Hambalang di bidang konstruksi. Nilai pekerjaan di bidang
konstruksi proyek Hambalang sendiri menurut Bambang sebesar Rp 1,1 triliun. Kecurigaan KPK terhadap PT. Dutasari Citralaras ini terbukti dengan adanya
sejumlah pemeriksaan terhadap petinggi dan mantan petinggi perusahaan ini.
101
101
Website GOOGLE,www.konstruksi-stel.blogspot.com › hukum
terakhir kali dikunjungi tanggal 15 Februari 2013 Pukul 17.35
Mahfud Suroso diduga berperan besar dalam proyek Hambalang, hal ini dikarenakan Mahfud Suroso juga terlibat mengurus sertifikat tanah di lokasi proyek
seluas 31 hektare. Muhammad Nazaruddin selaku Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat yang membeberkan peran Mahfud Suroso tersebut. Menurut Nazar,
Mahfud Suroso memberi uang pelicin kepada Joyo Winoto selaku Kepala Badan Pertanahan Nasional agar pengurusan sertifikat Hambalang mulus. Mahfud Suroso
juga memberi pelicin kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Komisi X DPR agar PT. Adhi Karya menjadi rekanan proyek berbiaya Rp 1,07 triliun itu.
Pengurusan sertifikat Hambalang dilakukan sejak 2004, namun baru berhasil pada 2009. Diduga kuat, sertifikat tanah Hambalang dapat terbit karena peran Mahfud
Suroso selaku Direktur PT. Dutasari Citralaras , Anas Urbaningrum selaku Ketua Umum Partai Demokrat, Ignatius Mulyono selaku anggota DPR dari Partai
Demokrat dan Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat bernama M. Nazaruddin.
102
Berkenaan dengan penyelidikan dalam kasus Hambalang ini, lebih dari 70 orang diperiksa telah KPK. Pihak-pihak yang telah diperiksa terkait penyelidikan
kasus Hambalang ini antara lain : Menteri Pemuda dan Olahraga yakni Andi Mallarangeng, Mahfud Suroso selaku pengurus PT. Dutasari Citralaras, istri Anas
Urbaningrum bernama Athiyyah Laila, Munadi Herlambang selaku pejabat Partai Demokrat, Joyo Winoto selaku mantan Kepala Badan Pertanahan Nasional, anggota
102
Website GOOGLE, www.tempo.co...Terlibat-Kasus-Hambalang-Mahfud-Suroso Dicekal
terakhir kali dikunjungi tanggal 11 Februari 2013 Pukul 16.35.
Komisi II DPR bernama Ignatius Mulyono dan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat yakni Muhammad Nazaruddin.
103
Dalam mengembangkan penyelidikan kasus ini KPK juga telah memeriksa sejumlah pihak terkait selain yang telah penulis sebutkan di atas seperti Anas
Urbaningrum. Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum telah dua kali diminta keterangan dalam kasus ini. Mantan anggota Komisi X DPR ini dicecar soal
pengurusan sertifikat Hambalang pada pemeriksaan perdana. Adapun dalam pemeriksaan kedua, Anas Urbaningrum dicecar mulai dari hubungannya dengan PT.
Adhi Karya hingga kepemilikan mobil yang selama ini disebut Muhammad Nazaruddin diperoleh terkait proyek Hambalang. Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK pada Jumat lalu telah menetapkan mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum sebagai tersangka pada kasus dugaan pemberian hadiah dan janji
terkait proyek pembangunan pusat sarana dan prasarana olahraga Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Surat perintah penyidikan Sprindik atas nama tersangka Anas
ini ditandatangani oleh Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. Menurut Johan, penandatanganan ini dilakukan setelah seluruh pimpinan KPK bersama tim
penyelidik melakukan gelar perkara ekspose. Kemudian dari hasil pemaparan tim penyelidik, seluruh pimpinan KPK bersepakat untuk meningkatkan kasus ini dari
tahap penyelidikan ke penyidikan dengan menetapkan Anas sebagai tersangka. Atas
103
Website GOOGLE, www.beritawmc.com201206...soal-hambalang-kpk-dinilai-tidak-
jelas terakhir kali dikunjungi tanggal 11 Februari 2013 Pukul 17.35.
perbuatannya itu, Anas disangka melanggar Pasal 12 huruf a atau huruf b dan atau Pasal 11 UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
104
Anas Urbaningrum diperiksa KPK pada tanggal 27 Juni 2012 dan pada tanggal 4 Juli 2012. Dalam pemeriksaan pertama, KPK mempertanyakan masalah yang
terkait kepengurusan Demokrat dan kabar intervensinya dalam proses penerbitan sertifikat tanah di Hambalang. Untuk pemeriksaan kedua, Anas Urbaningrum dicecar
soal proyek Hambalang dan dugaan penerimaan mobil Harrier dari duit proyek tersebut. Seluruh tudingan yang mengarah pada dugaan korupsi sudah dibantah
Anas. Selain Anas Urbaningrum , KPK juga telah meminta keterangan istri Anas yang bernama Athiyyah Laila. Athiyyah Laila diperiksa dalam kapasitas sebagai
mantan Komisaris PT. Dutasari Citralaras. Perusahaan tersebut merupakan pihak yang menjadi subkontraktor PT. Adhi Karya dalam proyek Hambalang. Mahfud
Suroso yang juga merupakan pemegang saham PT. Dutasari Citralaras juga berkali- kali diperiksa KPK. KPK pun telah melarang Mahfud Suroso bepergian ke luar
negeri terkait penyelidikan kasus ini. Sementara Dirut PT. MSons Capital sekaligus Sekretaris Departemen Pemuda dan Olahraga DPP Partai Demokrat bernama
Munadi Herlambang merupakan salah satu pemegang saham di PT. Dutasari Citralaras juga telah diminta keterangan. Kemudian, Kepala Badan Pertanahan
Nasional BPN Joyo Winoto dan anggota Komisi II DPR Ignatius Mulyono juga pernah diminta keterangan.
104
Website GOOGLE, www.news.liputan6.comanas+urbaningrum
terakhir kali dikunjungi tanggal 11 Februari 2013 Pukul 17.55.
Berkenaan dengan kasus hambalang yang telah penulis paparkan diatas tentunya sangat berkaitan dengan telah dilakukannya pencekalan terhadap Mahfud
suroso. Tanpa tolok ukur atau kriteria yang dapat dijadikan rujukan perihal alasan pencegahan ke luar negeri, maka publik dapat pula mempertanyakan mengapa semua
pihak yang menjadi saksi dalam perkara Hambalang itu tidak dicegah keluar negeri ? Mengapa kemudian KPK tidak melakukan tindakan pencegahan yang sama terhadap
pihak-pihak yang juga diperiksa dalam tahap penyelidikan seperti Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang telah diperiksa beberapa kali oleh KPK,
pengurus PT. Dutasari Citralaras yakni istri Anas Urbaningrum bernama Athiyyah Laila, pejabat Partai Demokrat bernama Munadi Herlambang, mantan Kepala Badan
Pertanahan Nasional bernama Joyo Winoto, anggota Komisi II DPR yakni Ignatius Mulyono dan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad
Nazaruddin.
105
Hal tersebut yang dimaksud dengan peluang untuk berbuat diskriminasi dan tentunya bertentangan dengan asas persamaan di depan hukum atau
equality before the law . Apalagi jika dipahami bahwa tidak setiap pemeriksaan di
tahap penyidikan memiliki relevansi untuk kemudian dimasukkan keterangannya dalam berkas perkara. Terlebih lagi bila dengan niat tertentu, penyidik memanggil
seseorang untuk kemudian diperiksa lalu dikenakan tindakan pencegahan padahal orang yang sama tidak ada kaitannya dengan penyidikan.
105
Website GOOGLE, httpwww.beritawmc.com terakhir kali dikunjungi tanggal 3 Oktober 2012 Pukul 14.00.
C. Pencekalan Ridwan Hakim Terkait Kasus Pengurusan Kuota Impor Daging Sapi
Mahalnya harga daging sapi di tengah obsesi pemerintah untuk mewujudkan swasembada menjadikan kasus korupsi yang melibatkan petinggi PKS bukan lagi
sekadar masalah hukum semata namun isu kartel impor pangan juga mengemuka. Fakta menunjukkan bahwa pemerintah mengalami kesulitan yang sangat besar untuk
mewujudkan swasembada pangan. Ini adalah realitas yang tidak terbantahkan. Dalam soal daging sapi, rencana pemerintah untuk mewujudkan swasembada daging
sapi kini justru dinilai amburadul atau dapat dikatakan kacau. Hal ini di akibatkan oleh penurunan kuota impor daging sapi secara drastis rupanya tidak diikuti dengan
pasokan daging sapi dari peternak dalam negeri secara memadai. Akibatnya, terjadi lonjakan harga di pasaran yang disebabkan timpangnya permintaan dan pasokan.
Langkah pemerintah mencoba membatasi impor sebagai konsekuensi logis swasembada justru menimbulkan masalah baru.
106
Realitas ini menimbulkan dampak ekonomi terhadap berbagai pihak, termasuk pedagang bakso. Pelaku bakso oplosan
daging babi, yang menggemparkan publik beberapa waktu lalu mengaku melakukan tindakan itu karena harga daging sapi yang sangat mahal. Swasembada pangan
adalah tujuan nasional yang mesti diwujudkan. Ketergantungan yang terlalu besar pada pangan impor sangat tidak menguntungkan dalam jangka panjang. Sejalan
dengan itu, diingatkan bahwa perwujudan swasembada mutlak membutuhkan usaha positif. Tersedianya data sensus sapi yang akurat merupakan salah satu energi yang
106
Website GOOGLE, httpwww.businessnews.co.id› Headline
terakhir kali dikunjungi tanggal 20 Maret 2013 Pukul 16.00.
sangat penting untuk mengatur kuota impor daging sapi atau apakah kran impor sudah mesti ditutup. Tiadanya data yang akurat menjadikan hasil sensus sapi pun
diragukan berbagai pihak. Jika data sensus itu tidak akurat maka kebijakan terkait impor dipastikan akan menimbulkan masalah baru, antara lain kelangkaan di dalam
negeri seperti yang terjadi pada daging sapi akhir-akhir ini. Tiadanya data yang akurat juga menjadi celah untuk mempermainkan kuota impor yang kemudian
memberi peluang munculnya korupsi. Apa yang dikemukakan di sini yakni agar pembuat kebijakan menjadikan data sebagai instrumen analisis dalam membuat
kebijakan semakin mendesak untuk diterapkan. Kebijakan terkait kuota impor daging mesti bertitik tolak dari kemampuan elemen dalam negeri.
Selain data usaha energi yang juga sangat penting dalam perwujudan swasembada pangan ialah logistik. Pengalaman menunjukkan bahwa tidak
teratasinya masalah logistik menyebabkan distribusi bahan pangan dari daerah produsen ke daerah konsumen seringkali terhambat. Kondisi tersebut lalu
menyebabkan kelangkaan dan memicu kenaikan harga di daerah konsumen, meskipun di daerah produsen terjadi kelebihan pasokan. Logistik memang
merupakan masalah yang sangat serius di negara kepulauan seperti Indonesia. Swasembada adalah soal kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dengan kekuatan
sendiri, namun swasembada menjadi persoalan ketika ia tidak dapat melayani kebutuhan internal secara berkesinambungan yang menyebabkan kelangkaan
pasokan dan kenaikan harga. Swasembada akan menjadi masalah jika penutupan kran impor justru memicu kelangkaan dan kenaikan harga di dalam negeri. Tentu,
bukan ini yang kita harapkan dari upaya menciptakan swasembada daging sapi.
Dengan alasan untuk mendorong swasembada daging sapi lokal, Menteri Pertanian Suswono memotong kuota impor yang biasanya 120 ribu ton per tahun
menjadi hanya 50 ribu ton pada Januari 2011. Pada semester pertama 2011, impor bahkan dibatasi hanya 25 ribu ton. Kuota impor ini meresahkan pengusaha apalagi
ada kabar bahwa kuota ini dibagikan dengan tidak adil. Ada makelar yang bermain, juga pengusaha yang dekat dengan petinggi Kementerian. Kisruh impor daging ini
mencuat ke publik ketika Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan menahan 143 kontainer berisi daging impor di Jakarta International Container
Terminal JICT Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada pertengahan Januari 2011. Ternyata 2.750 ton daging impor itu bermasalah. Sebanyak 51 kontainer dalam
pengawasan Badan Karantina Pertanian, sisanya di bawah penanganan kepabeanan. Badan Karantina tidak meloloskan karena ada ketidaksesuaian keterangan di dalam
surat izin impor meliputi negara asal, perbedaan jenis barang, dan kelebihan tonase. Bea dan Cukai belum mengizinkan daging-daging impor ke luar lantaran dokumen
pemberitahuan impor barangnya belum lengkap.
107
Ketidaksesuaian dokumen ini terjadi karena pengusaha daging nekat mengimpor daging sapi dengan dokumen yang tenggatnya sangat pendek. Direktur
Eksekutif Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia Aspidi Thomas Sembiring menjelaskan izin impor Surat Persetujuan Pemasukan Daging baru
diterbitkan Kementerian Pertanian pada 15 Desember 2010 dengan tenggat dua pekan. Itu pun hanya untuk 15 ribu ton daging. Tenggat itu jelas tak masuk akal.
Pengiriman daging biasanya makan waktu 3-5 pekan. Namun pengusaha nekat
107
Website GOOGLE, httpwww.tempo.coread...Suap-Daging-PKS-Begini-Awal-Mulanya
terakhir kali dikunjungi tanggal 20 Maret 2013 Pukul 16.40.
mengimpor karena biasanya surat izin impor bisa diperpanjang. Dirjen Peternakan berganti dari Tjeppy D. Soedjana ke Prabowo Respatiyo. Dirjen yang baru tidak
memperpanjang izin, dan tertahanlah ribuan ton daging itu di Tanjung Priok.
108
Kisruh impor daging ini membuat pengusaha berebut mencari celah untuk mendapatkan izin impor Kementerian Pertanian. Dari sinilah, skandal suap PKS
bermula. Para makelar yang dekat dengan petinggi partai itu diklaim bisa mengusahakan izin impor dan kuota impor khusus untuk pengusaha. Salah seorang
tersangka yang ditangkap KPK, Ahmad Fathanah diduga adalah makelar atau penghubung anata pengimpor daging dalam kasus ini PT. Indoguna Utama dengan
Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq yang diduga juga berpengaruh dalam
pengambilan keputusan yang diambil Kementan.
Kelangkaan dan terungkapnya kasus dugaan suap impor daging sapi baru-baru ini hanya sebagian dari cermin karut-marut politik pangan Indonesia. Sebagai negara
agraris dengan sumber daya alam melimpah, pemenuhan berbagai kebutuhan pangan, termasuk daging sapi, harus ditutup dari impor. Kelangkaan daging sapi
yang membuat harga daging melonjak tertinggi di dunia saat ini dan dibiarkan berlarut-larut membuat berbagai pihak kelimpungan.
Kementerian Pertanian Kementan yang dipimpin Suswono terkait dengan proyek impor daging sapi yang terindikasi praktik suap tersebut. Hal ini dikarenakan
Kementan memiliki kewenangan menentukan kuota setiap perusahaan yang ingin mengimpor daging sapi. Sementara terkait perizinan, Kementerian Perdagangan
Kemendag yang menentukan. Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq yang diduga juga
berpengaruh dalam pengambilan keputusan yang diambil Kementan telah menggunakan pengaruhnya sebagai petinggi PKS untuk mempengaruhi kebijakan
Mentan yang juga sebagai kader PKS untuk memuluskan PT. Indoguna Utama memperoleh kuota impor daging. Trading in influence atau penjualan pengaruh yang
Luthfi lakukan dikarenakan Mentan juga merupakan kader PKS. Dalam pertemuan di Hotel Aryaduta Medan pada awal Januari itu terjadi pertemuan dengan beberapa
pihak seperti Dirut PT Indoguna Utama Maria Elizabeth Liman yang berusaha meyakinkan Suswono agar menaikkan kuota impor daging sapi pada 2013.
KPK melakukan operasi tangkap tangan terhadap dua direktur PT. Indoguna yaitu Juard Effendi dan Arya Arbi Effendi. Keduanya ditangkap di rumah Arya
karena telah memberikan uang Rp1 miliar kepada Ahmad Fathanah. Ahmad Fathanah sendiri juga ikut ditangkap KPK di lokasi berbeda yaitu Hotel Le Meridien.
Dalam operasi itu, KPK menciduk Ahmad Fathanah yang diduga sebagai operator atau makelar impor daging yang melibatkan bekas Presiden PKS Luthfi Hasan
Ishaaq. Ahmad Fathanah ditangkap setelah menerima uang imbalan pengurusan kouta impor daging sapi di kantor PT. Indoguna pada siang harinya. Kemudian
sehari setelah penangkapan Juard Effendi, Arya Arbi Effendi dan Ahmad Fathanah, KPK lantas juga menangkap mantan Presiden PKS bernama Luthfi Hasan Ishaaq.
Lutfhi Hasan Ishaaq diduga ikut terlibat dalam suap ini. Uang Rp1 miliar yang diberikan kepada Ahmad Fathanah sesungguhnya ditujukan kepada Lutfhi Hasan
Ishaaq. KPK menyita barang bukti berupa uang yang dibungkus dalam tas kresek hitam senilai 1 miliar rupiah sebagai nilai komitmen awal untuk mengamankan
komitmen kuota impor daging sapi, uang itu merupakan bagian nilai suap seluruhnya
diduga mencapai 40 miliar rupiah dengan perhitungan commitment fee per kilogram daging adalah 5.000 rupiah dengan PT. Indoguna meminta kuota impor hingga 8.000
ton.
Dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam kasus dugaan suap pengurusan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian itu, KPK telah
menetapkan empat orang sebagai tersangka yaitu Presiden PKS yang juga anggota Komisi I DPR Luthfi Hasan Ishaaq, dua direktur PT Indoguna Utama yaitu Juard
Effendi dan Arya Abdi Effendi, serta orang dekat Lutfi, Ahmad Fathanah. Juard Effendi dan Arya Abdi Effendi disangkakan melanggar pasal 5 ayat 1 dan atau pasal
13 Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang telah diubah dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
jo Pasal 55 ayat 1 kesatu KUHP. Sementara untuk Lutfhi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah, KPK menersangkakan dengan pasal 12 huruf a atau huruf b dan atau pasal
5 ayat 2 dan atau pasal 11 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 kesatu KUHP. Kuota
impor daging sapi tahun 2013 diketahui berjumlah 80 ribu ton. PT Indoguna diduga mendapatkan kuota impor sekitar 24 ribu. Di bulan Januari, DPR kembali
memutuskan menambah kuota impor sebanyak 15 ribu ton. PT. Indoguna diduga ingin mendapatkan 50 persen dari kuota tambahan tersebut.
109
109
Website GOOGLE, httpwww.beritasatu.comhukum102411-kpk-periksa-sejumlah-saksi-
dan.. terakhir kali dikunjungi tanggal 22 Maret 2013 Pukul 16.40.
Dalam melakukan pengembangan atas kasus dugaan suap penentuan kuota impor daging di Kementerian Pertanian, penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK telah memanggil beberapa pihak untuk diperiksa sebagai saksi antara lain sebagai berikut : Agus Suganda Pegawai Negeri Sipil, Maria Elizabeth Liman
Dirut PT. Indoguna Utama, Ahmad Junaedi Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pasca panen Kementerian Pertanian, Ahmad Zaky swasta,
Syahrudin swasta, Elda Deviane Adiningrat swasta, Soewarso swasta, Melani karyawan PT. Indoguna Utama, Dina zelvia swasta, Eka Pratiwi swasta, Anna
Retnowati swasta, Mimin Juni Atin swasta.
Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan saksi silang antara empat tersangka kasus dugaan suap daging impor. Kesaksian keempat tersangka digunakan untuk
memperkuat bukti. Arya Abdi Effendy swasta, Juard Effendi swasta saksi untuk AAE, Ahmad Fatanah swasta saksi untuk JE, dan Luthfi Hasan Ishaaq mantan
presiden PKS saksi untuk AF.
Berkenaan dengan kasus pengususan kuota impor daging yang mana telah ditetapkannya empat orang sebagai tersangka yaitu Presiden PKS yang juga anggota
Komisi I DPR bernama Luthfi Hasan Ishaaq, dua direktur PT Indoguna Utama yaitu Juard Effendi dan Arya Abdi Effendi, serta orang dekat Lutfi yakni Ahmad Fathanah
tentu nya membuat KPK terus bersemangat untuk menguak mengenai apa yang terjadi terkait kasus ini serta menyeret pihak-pihak yang tentu nya bertanggung
jawab atas kerugian negara yang ditimbulkannya. Salah satu cara KPK untuk melakukan tugas dan kewenangannya selaku institusi yang selama ini masih
dipercaya masyarakat Indonesia dalam rangka penegakan hukum guna memberantas
tindak pidana korupsi dikaitkan dengan kasus pengurusan daging sapi impor ini ialah dengan melakukan pencekalan terhadap beberapa orang yang di duga mengetahui
kasus pengurusan daging sapi impor ini.
Komisi Pemberantasan Korupsi KPK juga telah memeriksa Ridwan Hakim sebagai saksi yang merupakan putra Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera
PKS bernama Hilmi Aminuddin terkait kasus dugaan suap pengurusan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian Kementan tahun 2013. Ridwan Hakim yang
mangkir dari panggilan pertama diperiksa sebagai saksi untuk keempat orang tersangka. Terkait peran Ridwan dalam kasus yang melibatkan mantan Presiden
PKS, Luthfi Hasan Ishaaq serta sejumlah pihak swasta lainnya, KPK belum bisa menjelaskannya secara rinci. Akan tetapi melihat dari pencegahan yang telah
dilakukan dan juga status Ridwan yang merupakan salah seorang putra dari Ketua Majelis Syuro PKS yakni Hilmi Aminuddin ini diduga banyak mengetahui seputar
proses penentuan kuota impor daging melalui pertemuan-pertemuan yang kerap dilakukan mantan Presiden PKS yakni Luthfi Hasan Ishaaq dengan pihak dari
Kementan dan swasta.
110
Sebelumnya, Ridwan Hakim dicegah berdasarkan surat keputusan KPK nomor KEP.10701-23022013 yang berlaku per tanggal 8 Februari 2013. Bersamaan
dengan Ridwan, KPK juga melakukan pencegahan terhadap tiga orang lain dari pihak swasta, yakni Ahmad Zaky, Rudy Susanto dan Jerry Roger. Namun, sehari
sebelum dikirimkannya surat cegah ke Direktorat Jenderal Ditjen Imigrasi, Ridwan terlebih dahulu kabur ke luar negeri dengan pesawat Turkies Air TK67 pada Kamis
110
Website GOOGLE, httpwww.koran-jakarta.comindex.phpdetailview01113355 terakhir kali dikunjungi tanggal 20 Maret 2013 Pukul 18.50.
72 pukul 18.49 WIB melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta tujuan Istanbul. Atas pelariannya tersebut, Ridwan dianggap telah mangkir dari
pemeriksaan KPK pertama. Untuk itu KPK pun sempat mempertimbangkan upaya pemanggilan paksa jika Ridwan tetap mangkir dalam pemanggilan keduanya sebagai
saksi.
Komisi Pemberantasan Korupsi KPK juga telah mengeluarkan surat pencegahan ke luar negeri kepada dua petinggi PT. Indoguna Utama yakni Soraya
Kusuma Effendy selaku Komisaris PT. Indoguna Utama dan Maria Elizabeth Liman selaku Direktur Utama PT. Indoguna Utama, terkait penyidikan kasus pengurusan
kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian. Mereka dilarang mengadakan perjalanan ke luar negeri hingga enam bulan ke depan dan dicegah agar sewaktu-
waktu diperiksa yang bersangkutan tidak sedang berada di luar negeri. Selain mencegah dua pentolan PT. Indoguna Utama, KPK juga mengeluarkan surat cegah
atas nama Denny P Adiningrat selaku swasta. Mereka dicegah untuk jangka waktu enam bulan sejak 5 Februari 2013.
Nama saksi-saksi yang dikenai pencekalan yakni Ridwan Hakim putra Ketua Majelis Syuro PKS bernama Hilmi Aminuddin, Ahmad Zaky Swasta, Rudy
Susanto Swasta, Jerry Roger Swasta, Soraya Kusuma Effendy Komisaris PT. Indoguna Utama, Maria Elizabeth Liman Dirut PT. Indoguna Utama. Sedangkan
nama saksi yang tidak dikenai pencekalan seperti Agus Suganda Pegawai Negeri Sipil, Ahmad Junaedi Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pasca panen
Kementerian Pertanian, Syahrudin swasta, Elda Deviane Adiningrat swasta,
Soewarso swasta, Melani karyawan PT. Indoguna Utama, Dina zelvia swasta, Eka Pratiwi swasta, Anna Retnowati swasta, Mimin Juni Atin swasta.
Berdasarkan UU No. 30 Tahun 2002 tentang KPK menyatakan bahwa KPK dapat melakukan pencekalan baik pada tahap penyelidikan dan penyidikan. Dengan
dipaparkannya nama saksi-saksi yang dikenai pencekalan dan nama-nama saksi yang tidak dikenai pencekalan pada kasus pengurusan kuota impor daging sapi ini, maka
dapat kita simpulkan bahwa tidak semua saksi dalam kasus tindak pidana korupsi ini dapat dikenai pencekalan. Dengan tidak adanya tolok ukur atau kriteria yang diatur
secara jelas dan transparan yang tentunya dapat dijadikan rujukan perihal alasan pencegahan ke luar negeri, maka publik dapat pula mempertanyakan mengapa semua
pihak yang menjadi saksi dalam perkara pengurusan kuota impor daging sapi itu tidak dicegah keluar negeri ? Mengapa kemudian KPK tidak melakukan tindakan
pencegahan yang sama terhadap pihak-pihak yang juga diperiksa dalam tahap penyelidikan seperti Agus Suganda Pegawai Negeri Sipil, Ahmad Junaedi
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pasca panen Kementerian Pertanian, Syahrudin swasta, Elda Deviane Adiningrat swasta, Soewarso swasta, Melani
karyawan PT. Indoguna Utama, Dina zelvia swasta, Eka Pratiwi swasta, Anna Retnowati swasta, Mimin Juni Atin swasta. Hal ini yang penulis maksudkan
bahwa apabila tidak ada batasan, aturan dan atau tolok ukur yang dapat dijadikan rujukan perihal alasan pencegahan ke luar negeri, hal tersebut tentunya
dikhawatirkan akan membuka peluang terjadinya diskriminasi yang pada akhirnya melanggar asas equality before the law dan kepastian hukum yang adil dan juga
berujung pada pelanggaran HAM yang diatur dalam Konstitusi dan Undang-Undang
No. 39 Tahun 2009 Tentang Hak Asasi Manusia dan peraturan perundang-undangan lainnya.
128
BAB IV ANALISIS YURIDIS TOLOK UKUR PENCEKALAN SAKSI
YANG DILAKUKAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM TAHAP PENYELIDIKAN DIHUBUNGKAN DENGAN
HAK ASASI MANUSIA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA
4.1. Kewenangan KPK Melakukan Pencekalan Terhadap Saksi Dalam