2.2. Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi
Menurut Lawrence Meir Fridman, bahwa sistem hukum itu harus memenuhi : Struktur Structure, Substansi Subtance, dan Kultur hukum Legal Culture.
47
Sistem hukum terdiri dari 3 tiga subsistem yang terdiri dari : 1 Substansi hukum, yang berupa peraturan perundang-undangan atau isi
dari sebuah peraturan. 2 Struktur hukum, adalah aparat penegak hukum beserta sarana dan
prasarananya. 3 Budaya hukum, berupa prilaku dari anggota masyarakat itu sendiri.
Dari ketiga subsistem ini yang akan dikaji sesuai dengan teori diatas adalah mengenai struktur hukumnya. Struktur atau aparat hukum merupakan suatu
komponen yang penting dalam pembangunan hukum yang mana diciptakannya lembaga-lembaga hukum dengan personil-personil yang berkwalitas dalam arti
bukan hanya memahami hukum namun diperlukan pula integritas moral yang tinggi yang tentunya dapat dicari pada proses rekrutmen dan kemudian dibentuk lebih
lanjut dalam proses pendidikan khusus yang dirancang untuk penugasan tersebut.
48
Dengan banyaknya kasus korupsi belakangan ini, mengisyaratkan bahwa masih adanya perbuatan anggota masyarakat yang tidak sejalan dengan peraturan-
peraturan yang berlaku di negara ini. Hukum berfungsi sebagai sosial control yang bersifat memaksa agar masyarakat mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku untuk
mengatur mengenai korupsi sebagai suatu pengaturan yang wajib ditaati. Penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan undang-undang walaupun di
47
Yesmil Anwar Adang, Op.cit.
48
Moh Hatta, Op.cit.
dalam kenyataannya di Indonesia kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian law enforcement begitu popular selain itu ada kecenderungan yang kuat
untuk mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan hakim.
49
Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidahpandangan-pandangan dengan menilai yang mantap
dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan sebagai “social engineering”, memelihara dan mempertahankan
sebagai “social control” kedamaian pergaulan hidup.
50
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum adalah : 1 Faktor hukumnya sendiri, yang didalam tulisan ini akan dibatasi pada
undang-undangnya saja. 2 Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum. 3 Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4 Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.
5 Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.
51
Gangguan terhadap penegakan hukum tindak pidana korupsi yang berasal dari undang-undang disebabkan karena tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-
undang, belum ada peraturan pelaksana yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan undang-undang dan ketidakjelasan arti kata-kata didalam undang-undang yang
49
Soerjono Soekanto, Op.cit, hlm.7-8.
50
Soenarto, Penegakan Hukum Dalam Mensukseskan Pembangunan, Alumni, Bandung, 1977, hlm.80.
51
Soerjono Soekanto, Op.cit. hlm.8.
mengakibatkan kesimpangsiuran dalam penafsiran serta penerapannya.
52
Hukum adalah keseluruhan peraturan-peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di
dalam masyarakat yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan tata atau keadilan.
Hukum diadakan dengan tujuan agar menimbulkan tata atau damai dan yang lebih dalam lagi yaitu keadilan didalam masyarakat mendapatkan bagian yang
sama.
53
Sedangkan hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk menentukan
perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, dilarang, dengan disertai dengan ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu bagi yang melanggarnya. Sehingga
tidak ada lagi masyarakat yang merasa bahwa keadilan tersebut hanya ditujukan untuk sebagian orang saja.
54
Menurut Satjipto Raharjo, Secara konsepsional efektivitas penegakan hukum sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh lima faktor
utama, yaitu :
55
1 Sumber daya peraturan perundang-undangan. 2 Sumber daya manusia penegak hukum.
3 Sumber daya fisik sarana dan prasarana penegakan hukum. 4 Sumber daya keuangan.
5 Sumber daya pendukung lainnya berupa kesadaran hukum masyarakat dan pra kondisi yang dipersiapkan untuk mengefektifkan penegakan hukum.
52
Ibid, hlm.17.
53
R. Soeroso, Op.cit, hlm.27.
54
Moeljatno, Op.cit, hlm.1.
55
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologi, Sinar Baru, Jakarta, 1983, hlm.18.
Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus selalu diperhatikan yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan.
56
Konsep keadilan terkandung makna perlindungan hak, persamaan derajat dan kedudukan di hadapan hukum, serta
asas proporsionalitas antara kepentingan individu dan kepentingan sosial. Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum dapat dikatakan sebagai bagian dari upaya
mewujudkan keadilan. Kepastian diperlukan untuk mewujudkan prinsip persamaan dihadapan hukum tanpa diskriminasi.
57
Penerapan keadilan dan kepastian hukum dapat saja terjadi gesekan. Kepastian hukum yang menghendaki persamaan di
hadapan hukum tentu lebih cenderung menghendaki hukum yang statis. Aturan hukum harus dilaksanakan untuk semua kasus yang terjadi, sedangkan keadilan
memiliki sifat dinamis harus selalu melihat konteks peristiwa dan masyarakat di mana peristiwa itu terjadi.
Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia agar kepentingan manusia terlindungi dan hukum harus dilaksanakan. Sejalan dengan perkembangan
masyarakat bertambah banyak pula peraturan-peraturan yang disusun untuk menata kehidupan yang modern sehingga persoalan penegakan hukum atau masalah Law
Enforcement dan Rule of Law menjadi sangat krusial.
58
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai terjabarkan
didalam kaedah-kaedah yang mantap dan mengejawantan dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan
56
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Sebagai Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1999, hlm.145.
57
Mohammad Mahfud MD, Makalah “Penegakan Hukum dan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik”, hlm.4.
58
Asri Muhammad Saleh, Op.cit , hlm.29-30.
kedamaian pergaulan hidup,
59
sehingga dalam penegakan hukum tersebut harus diperhatikan unsur-unsur kepastian hukum, keadilan dan manfaatnya.
Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi di Indonesia tampak tersendat dan bahkan sering terjadi stagnasi sehingga telah menimbulkan citra yang
negatif terhadap aparatur penegak hukum pada khususnya dan pemerintah pada umumnya yang merupakan salah satu faktor yang melatar belakangi di bentuknya
komisi-komisi untuk masing-masing instrumen atau sub sistem dalam sistem peradilan pidana.
60
Upaya penegakan hukum dalam hukum pidana tidak dapat dipandang sebagai tanggung jawab secara parsial dari pihak tertentu, hal tersebut
dikarenakan adanya keterkaitan berbagai pihak dalam penanganannya sebagai suatu sistem. Oleh karenanya, sebagai suatu sistem perlu dipahami mengenai sistem
peradilan pidana itu sendiri. Faktor yang menyebabkan tumpulnya penegakan hukum juga disebabkan oleh
sulitnya menemukan formula yang ampuh dalam memberantas korupsi yang sudah membudaya. Hal ini disebabkan karena korupsi sudah bersifat endemik dan
sistematik. Pengertian dari endemik adalah dimana korupsi sudah menyebar secara luas widespread keseluruh lapisan birokrasi, khususnya lembaga peradilan
Judicial corruption, dan definisi dari sistematik adalah korupsi sudah masuk ke
seluruh sistem pemerintahan dan perekonomian negara Indonesia. Lemahnya penegakan hukum di Indonesia juga diakibatkan oleh belum adanya keinginan dari
aparat penegak hukum sendiri untuk melakukan perubahan internal, dimana telah bergesernya nilai-nilai yang dianut pengembang profesi hukum dan degradasi
59
Soerjono Soekanto, Op.cit.
60
Romli Atmasasmita, Op.cit.
kualitas penegak hukum sendiri, dan belum adanya niat untuk melakukan perubahan reform terhadap instansinya masing-masing.
2.3. Asas Legalitas