1.6.1 Metode Pendekatan
Penelitian ini merupakan penelitian hukum legal research atau penelitian hukum dogmatik dogmatic law research atau biasa disebut penelitian
doktrinal. Dikatakan sebagai suatu kegiatan penelitian hukum maka metode pendekatan yang diterapkan untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini
adalah menggunakan penelitian yuridis normatif yakni dengan melalui suatu pendekatan konseptual analytical and conceptual approach dan pendekatan
perundang-undangan statute approach dengan menggunakan pola penalaran deduktif guna menemukan kebenaran yang obyektif.
1.6.2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yang berupa penggambaran, penelaahan dan penganalisaan
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Metode ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh tentang tolok
ukur pencekalan terhadap saksi yang dilakukan KPK dalam tahap penyelidikan dihubungkan dengan HAM dalam sistem peradilan pidana Indonesia.
1.6.3. Tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh penulis dalam proses tahapan sebagai berikut:
1 Studi kepustakaan, dalam hal ini penelitian dilakukan dengan
mempelajari dan menelaah data sekunder yang berkaitan dengan objek penelitian.
2 Studi lapangan, dalam hal ini penelitian dilakukan dengan mempelajari
dan menelaah data primer yaitu melalui wawancara interview untuk
mendengar pendapat dan pemikiran dari pihak KPK yang menjadi narasumber dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan dalam
wawancara ini adalah pedoman wawancara inverview guidelines, dimana instrumen tersebut disusun dengan mengacu pada masalah hukum
yang akan di teliti.
1.6.4. Teknik Pengumpulan Data
Data-data penelitian yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan dengan menggunakan pola atau teknik sebagai berikut :
1 Studi Dokumen
Studi ini dilakukan menggunakan teknik penelusuran secara sistematis terhadap data-data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum primer,
sekunder dan tertier. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri dari :
a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat atau data pokok dari permasalahan yang akan diteliti antara
lain sebagai berikut: Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP, Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi, Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan wewenang KPK untuk melakukan pencekalan dalam proses
penyelidikan. b. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan
hukum primer seperti : buku, catatan kuliah, artikel, internet dan lain
sebagainya yang tentunya berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
c. Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti : kamus hukum dan kamus bahasa Indonesia. 2 Wawancara
Dimaksudkan untuk melengkapi data yang bersumber dari data sekunder yakni : bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tertier. Teknik yang digunakan melalui wawancara terbuka open interview yang kemudian dipandu dengan serangkaian konsep dan
subjeknya adalah para pakar hukum pidana dan aparat penegak hukum yang terkait dalam kewenangan KPK untuk melakukan pencekalan
terhadap saksi dalam tahap penyelidikan.
1.6.5. Analisis Data