Korupsi Sebagai Extra ordinary Crime

41

BAB II TINJAUAN UMUM TOLOK UKUR PENCEKALAN SAKSI YANG

DILAKUKAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM TAHAP PENYELIDIKAN DIHUBUNGKAN DENGAN HAK ASASI MANUSIA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA

2.1. Korupsi Sebagai Extra ordinary Crime

Sebelum berbicara lebih jauh mengenai tindak pidana korupsi sebagai extra ordinary crime , penulis terlebih dahulu akan memaparkan mengenai pengertian dari korupsi itu sendiri. Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur. Berdasarkan Ensiklopedia Indonesia disebut “korupsi” dari bahasa Latin : corruption = penyuapan; corruptore = merusak gejala dimana para pejabat, badan-badan negara menyelahgunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan, pemalsuan serta ketidakberesan lainnya. 37 Secara harfiah, korupsi dapat diartikan sebagai penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan untuk keuntungan pribadi atau oranglain. Sedangkan kata “korup” berarti buruk, rusak, busuk, suka memakai barang uang yang dipercayakan kepadanya, dapat disogok melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi. 37 Menurut Poerwadarminta, korupsi adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya. 38 Rumusan lain dari korupsi dikemukakan oleh Robert C. Brooks yang menyatakan bahwa 38 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, dalam krisna harahap, Memberantas Korupsi Jalan Tiada Ujung, Bandung , Grafiti, 2006, hlm.1. 38 WJS. Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1998, hlm.10. dengan sengaja melakukan kesalahan atau melalaikan tugas yang diketahui sebagai kewajiban atau hak menggunakan kekuasaan dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sedikit banyak bersifat pribadi. 39 Dari beberapa pengertian tersebut diatas maka dapat dijelaskan bahwa korupsi itu adalah suatu perbuatan yang sengaja dilakukan secara melawan hukum untuk kepentingan diri sendiri atau oranglain dengan merugikan keuangan atau perekonomian negara. Ciri-ciri korupsi antara lain sebagai berikut : 40 1 Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang. 2 Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan. 3 Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik. 4 Mereka yang mempraktekkan cara-cara korupsi biasanya berusaha untuk menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik pembenaran hukum. 5 Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusan-keputusan yang tegas dan mereka yang mempengaruhi keputusan-keputusan itu. 6 Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau masyarakat umum. 7 Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan. 39 Syed Husin Alatas, Korupsi, Sifat Sebab dan Fungsi, Jakarta, LP3ES, 1991, hlm.7. 40 Syed Husin Alatas, Sosiologi Korupsi, Jakarta, LP3ES, 1998, hlm.12-14. 8 Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari mereka yang melakukan tindakan itu. 9 Korupsi itu melanggar norma-norma tugas dan penanggungjawaban dalam tatanan masyarakat. Tindak pidana korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan tindak pidana lain di berbagai belahan dunia. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindak pidana ini. Dampak yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan masalah yang sangat serius. Tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah budaya. Hasil dari UN Convention Against Corruption 2003 diantaranya menyatakan bahwa korupsi adalah ancaman bagi keamanan dan kestabilan masyarakat, merusak nilai-nilai dan lembaga-lembaga demokrasi, merusak nilai-nilai moral dan keadilan, membahayakan pembangunan yang berkelanjutan, rule of law dan mengancam stabilitas politik. Tidak jauh berbeda dengan hasil konvensi tersebut, Kongres PBB XI tahun 2005 juga menyatakan tentang hakikat bahaya korupsi yaitu merintangi kemajuan sosial, ekonomi dan politik, sumber daya masyarakat dialokasikan tidak efisien, meningkatnya ketidakpercayaan terhadap lembaga-lembaga politik, produktivitas menurun, efisiensi administratif berkurang, merusak atau mengurangi legitimasi tatanan politik dan mengganggu pembangunan ekonomi yang berakibat pada ketidakstabilan politik, lemahnya infrastruktur, sistem pendidikan dan kesehatan dan pelayanan sosial lainnya. Dengan melihat multi effect dari korupsi di atas, sangatlah wajar jika korupsi dikategorikan sebagai extra ordinary crime dengan berbagai dimensinya seperti economic crime, organized crime, white collar crime dan political crime. Dengan bentuknya yang extra ordinary crime, maka upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi harus ditempuh dengan cara-cara yang luar biasa pula. Tindak pidana korupsi di Indonesia yang telah digolongkan sebagai kejahatan luar biasa atau extra ordinary crime, menurut Romli Atmasasmita dikarenakan : 41 1 Masalah korupsi di Indonesia sudah berurat berakar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan ternyata salah satu program pemerintah adalah penegakan hukum secara konsisten dan pemberantasan KKN. Masalah korupsi pada tingkat dunia diakui merupakan kejahatan yang sangat kompleks, bersifat sistemik dan meluas dan sudah merupakan suatu binatang gurita yang mencengkeram seluruh tatanan sosial dan pemerintahan. Centre for International Crime Prevention CICP adalah salah satu organ Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berkedudukan di Wina telah secara luas mendefinisikan korupsi sebagai “misusse of public power to privat gain”. Berbagai wajah korupsi oleh CICP sudah diuraikan termasuk tindak pidana suap bribery, penggelapan embezzlement, penipuan freud, pemerasan yang berkaitan dengan jabatan extortion, penyalahgunaan wewenang abuse of discretion , pemanfaatan kedudukan seseorang dalam aktivitas bisnis untuk kepentingan perorangan yang bersifat illegal exploiting a conflict 41 Romli Atmasasmita, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Mandar Maju, Bandung, 2004, hlm.4-5. interest, insider trading , nepotisme nepotism, komisi yang diterima pejabat publik dalam kaitan bisnis illegal commision, dan kontribusi uang secara illegal untuk partai politik. 2 Korupsi yang telah berkembang demikian pesatnya bukan hanya merupakan masalah hukum semata-mata melainkan sesungguhnya merupakan pelanggaran hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia. 3 Kebocoran APBN selama 4 empat Pelita sebesar 30 persen telah menimbulkan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang besar dalam kehidupan masyarakat karena sebagian rakyat tidak dapat menikmati hak yang seharusnya ia peroleh. Konsekuensi logis dari keadaan sedemikian, maka korupsi telah melemahkan ketahanan sosial bangsa dan negara Republik Indonesia. 4 Penegakan hukum terhadap korupsi dalam kenyataannya telah diberlakukan secara diskriminatif baik berdasarkan status sosial maupun berdasarkan latar belakang politik seseorang tersangka atau terdakwa. 5 Korupsi di Indonesia bukan lagi Commission of Anti Corruption CAC di Hongkong telah membuktikan bahwa korupsi dalam era perdagangan global dewasa ini adalah merupakan hasil kolaborasi antara sektor publik dan sektor swasta. Dan justru menurut penelitian tersebut pemberantasan korupsi jenis ini merupakan yang tersulit dibandingkan dengan korupsi yang hanya terjadi di sektor publik. Kita menyaksikan bahwa korupsi di Indonesia sudah merupakan kolaborasi antara pelaku di sektor publik dan sektor swasta. Perkembangan kelima cocok dengan perkembangan di tanah air, karena kebijakan pemerintah dalam pembentukan BUMN atau BUMD atau pernyataan modal pemerintah kepada sektor swasta, sehingga pemberantasan korupsi di Indonesia jauh lebih sulit dari Hongkong, Australia dan negara-negara lain”. Menurut Muladi, dampak luas korupsi terhadap Indonesia berupa : 42 1 Merendahkan martabat bangsa di forum internasional. 2 Menurunkan kepercayaan investor, baik domestik maupun asing. 3 Bersifat meluas widespread di segala sektor pemerintahan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, baik di sektor pusat maupun daerah. 4 Bersifat transnasional dan bukan lagi masalah per negara. 5 Cenderung merugikan keuangan negara dalam jumlah yang signifikan. 6 Merusak moral bangsa moral and value damage. 7 Menghianati agenda reformasi. 8 Menggangu stabilitas dan keamanan negara. 9 Mencederai keadilan dan pembangunan yang berkelanjutan sustainable development . 10 Menodai supremasi hukum jeopardizing the rule of law. 42 Muladi, Makalah Konsep Total Enforcement dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam Kerangka Politik Hukum , forum koordinasi dan konsultasi dalam rangka intersifikasi pemberantasan tindak pidana korupsi, Jakarta, 2006, hlm.14. 11 Semakin berbahaya karena bersinergi negatif dengan kejahatan ekonomi lain, seperti “money laundering”. 12 Bersifat terorganisasi organize crime yang cenderung transnasional. 13 Melanggar HAM. Masalah korupsi bukan lagi masalah baru dalam persoalan hukum dan ekonomi bagi suatu negara karena masalah korupsi telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk juga di Indonesia. Korupsi telah merayap dan meyelinap dalam berbagai bentuk atau modus operandi sehingga menggerogoti keuangan negara, perekonomian negara dan merugikan kepentingan masyarakat. 43 Menyadari hal tersebut pemerintah Indonesia telah melakukan langkah-langkah yang dilakukan untuk memberantas tindak pidana korupsi selama beberapa masa perjalanan sejarah dan melalui beberapa masa perubahan peraturan perundang-undangan. Istilah korupsi pertama sekali hadir dalam khasanah hukum di Indonesia yakni dalam Peraturan Penguasa Perang No. PrtPerpu0131958 tentang Peraturan Pemberantasan Korupsi. Kemudian, dimasukkan juga dalam Undang-Undang No. 24Prp1960 tentang Pengusutan Penuntutan dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang ini kemudian dicabut dan digantikan oleh Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindang Pidana Korupsi, yang kemudian tanggal 16 Agustus 1999 digantikan oleh Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 dan akan mulai berlaku efektif 43 Andi Hamzah, Korupsi Di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1991, hlm.2. paling lambat 2 dua tahun kemudian 16 Agustus 2001 dan kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tanggal 21 November 2001. 44 Merebaknya praktik korupsi di indonesia telah mengancam upaya negara dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, bahkan dalam kehidupan bernegara praktik korupsi melemahkan institusi dan nilai-nilai demokrasi serta institusi penegakan hukum. Kini perkembangan tindak pidana korupsi sudah begitu masif, baik dalam jumlah kerugian keuangan negara maupun kualitas tindak pidana yang dilakukan. Dalam sudut pandang HAM, praktik korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat. Oleh karena itu korupsi tidak lagi dimaknai ordinary crime melainkan dipahami sebagai extra ordinary crime. Pembicaraan mengenai korupsi memang akan menemukan kenyataan yang buruk karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat, keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan kedalam kedinasan dibawah kekuasaan jabatannya. 45 Kausa atau sebab orang melakukan perbuatan korupsi di Indonesia 46 : 1 Kurangnya gaji atau pendapatan pegawai neggeri dibandingkan dengan kebutuhan yang makin hari makin meningkat. 2 Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber atau sebab meluasnya korupsi. 44 Darwan Prinst, Op.cit, hlm.1. 45 Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm.9. 46 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm.13-20. 3 Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien. 4 Penyebab korupsi adalah Modernisasi. Ganasnya cengkeraman gurita korupsi yang menghisap kekayaan negara dan melemahkan perekonomian nasional mengakibatkan banyak rakyat tidak dapat menikmati distribusi kekayaan negara secara adil. Masih banyaknya rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan dan pada saat yang sama beberapa orang memakan uang negara trilyun rupiah merupakan potret pelanggaran hak asasi yang sistemik. Gurita korupsi juga mengakibatkan rakyat miskin terhalang mendapatkan akses terhadap keadilan. Rakyat yang lemah juga akan sulit mendapatkan perlakuan yang sama dihadapan hukum. Racun gurita korupsi akan membuat lemas organ tubuh institusi penegak hukum. Masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini adalah merajalelanya korupsi, terutama yang berkualifikasi korupsi politik. Korupsi merupakan faktor penghalang pembangunan ekonomi, sosial, politik dan budaya bangsa. Negara Indonesia sejak tahun 2002 dengan diberlakukannya Undang- Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi KPK mengklasifikasikan kejahatan korupsi sebagai kejahatan luar biasa extra ordinary crimes , hal ini dikarenakan korupsi di Indonesia sudah meluas dan sistematis yang melanggar hak-hak ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan cara-cara pemberantasan korupsi yang luar biasa.

2.2. Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi