perusahaan atau biaya modal perusahaan bisa berubah dengan cara mengubah struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950-an.
b. Pendekatan Modigliani dan Miller MM
Modigliani dan Miller dalam Husnan dan Pudjiastuti, 2004:266, berpendapat bahwa pendekatan tradisional adalah tidak benar. Mereka
menunjukkan kemungkinan munculnya arbitrage yang akan membuat saham atau nilai perusahaan yang tidak menggunakan utang maupun yang
menggunakan utang akhirnya sama. Proses arbitrage muncul karena investor selalu lebih menyukai investasi
yang memerlukan dana yang lebih sedikit tetapi memberikan penghasilan bersih yang sama dengan risiko yang sama pula. Dengan demikian, MM menunjukkan
bahwa dalam keadaan pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, maka keputusan pendanaan financing decisions menjadi tidak relevan. Artinya,
penggunaan utang atau modal sendiri akan memberi dampak yang sama bagi kemakmuran pemilik perusahaan.
2. Struktur Modal pada Pasar Modal Sempurna dan Ada Pajak
Dalam keadaan ada pajak, MM berpendapat bahwa keputusan pendanaan menjadi relevan. Hal ini disebabkan oleh karena pada umumnya bunga yang
dibayarkan karena menggunakan utang bisa dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak bersifat tax deductible. Dengan kata lain,
apabila ada dua perusahaan yang memperoleh laba operasi yang sama, tetapi yang satu menggunakan utang dan membayar bunga sedangkan satunya tidak, maka
perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan income tax yang lebih kecil Husnan dan Pudjiastuti, 2004:269.
Universitas Sumatera Utara
3. Personal Tax
Dalam penjelasan sebelumnya, diuraikan faktor pajak dari sisi pajak penghasilan yang ditanggung oleh perusahaan. Bagi pemodal, penghasilan bersih
yang mereka terima dari investasi yang mereka lakukan merupakan pembayaran dari perusahaan dalam bentuk pembayaran dividen atau obligasi dan hasil
penjualan investasi mereka yaitu penjualan saham atau obligasi yang dimiliki,
setelah dikurangi pajak pribadi personal tax.
Dengan menggunakan personal tax yang sama baik untuk pembayaran dividen maupun bunga obligasi, maka preferensi atas penggunaan utang tetap
berlaku. Masalahnya adalah bahwa laba mungkin saja tidak seluruhnya dibagikan sebagai dividen dan mungkin tarif pajak untuk capital gains lebih kecil dari tarif
pajak untuk dividen. Apabila dua hal tersebut terjadi, maka preferensi atas utang mungkin tidak selalu berlaku. Kalau pemegang saham akan menerima
penghasilan bersih yang lebih besar apabila mereka memiliki saham, maka mereka lebih menyukai membeli saham dibandingkan dengan obligasi. Apabila
hal ini terjadi, maka perusahaan lebih mudah menerbitkan saham dan bukan obligasi.
4. Teori Trade-off
Trade-off theory dari struktur modal menunjukkan bahwa utang bermanfaat bagi perusahaan karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung
pajak tax deductible. Tetapi penggunaan utang juga menimbulkan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan potensial. Struktur modal
yang optimal berada pada keseimbangan antara manfaat pajak dari utang dan
Universitas Sumatera Utara
biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan. Hal ini disebut juga dengan balance
theory yaitu perusahaan berupaya memaksimalkan nilai perusahaan.
Menurut Sundjaya dan Barlian 2002, teori struktur modal yang optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari pembiayaan dengan
utang. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan utang adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengijinkan bahwa bunga atas utang
dapat dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak. Sedangkan biaya dari utang dihasilkan dari:
a. Peningkatan kemungkinan kebangkrutan yang disebabkan oleh kewajiban
utang yang tergantung pada tingkat risiko bisnis dan risiko keuangan. b.
Biaya agen dan pengendalian tindakan perusahaan. c.
Biaya yang berkaitan dengan manajer yang mempunyai informasi lebih banyak tentang prospek perusahaan dari pada investor.
5. Teori Pecking Order