Perlindungan Konsumen Terhadap Pemakaian Obat Keras

C. Perlindungan Konsumen Terhadap Pemakaian Obat Keras

Berbicara mengenai obat berarti berbicara mengenai semua zat baik kimia, hewani maupun nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejala-gejalanya. Kebayakan obat yang digunakan di masa lampau adalah obat yang berasal dari tanaman. Dengan cara mencoba-coba, secara empiris orang purba mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit. Pengetahuan ini secara turun-temurun disimpan dan dikembangkan, sehingga muncul ilmu pengobatan rakyat, sebagaimana pengobatan tradisional di Indonesia. 58 Pengertian obat itu sendiri adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. 59 Sedangkan, yang dimaksud dengan obat keras menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM adalah obat yang penggunaannya harus menggunakan atau dengan resep dokter, mengkonsumsinya juga harus benar-benar dan sesuai dengan dosis dan mempunyai logo “K” bewarna merah yang berarti menandakan obat tersebut obat keras. Berdasarkan jenisnya obat dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu : 1. Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dibeli bebas di apotik, bahkan warung tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi 58 Agnes NC, Op.Cit., hal 9 59 http:farmasi-istn.blogspot.com200801pengertian-obat.html diakses pada tanggal 21 Oktober 2013 Universitas Sumatera Utara bulatan bewarna hijau. Dalam obat disertai dengan brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, dan aturan pakai, nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik serta cara penyimpanannya. 2. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali penderita sendiri. Obat bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang digunakan diberi batas pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 6355dirjenSK69 tanggal 5 November 1975 ada tanda peringatan P. No. 1 sampai P. No. 6 dan harus ditandai dengan etikat atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian, peringatan serta kontra indikasi. 3. Obat Keras Obat Keras adalah obat yang berkhasiat keras yang untuk mendapatkannya harus dengan resep dokter, memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf “K” di dalamnya. Obat keras ini dulunya disebut obat daftar G = Gevaarlijk = berbahaya. 4. Psikotropika dan Narkotika Psikotropika adalah zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan prilaku. Universitas Sumatera Utara Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia. 60 Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam kompendialfarmakope terbaru yang berlaku di Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia. diperlukan informasi lengkap terkait penggunaan obat ini karena jika tidak digunakan secara tepat dapat menimbulkan efek samping yang tidak baik bagi tubuh sebaiknya konsultasikan kepada Apoteker jika anda mendapatkan obat-obat berlabel obat keras dari resep dokter, penggunaan obat yang terpat akanmeningkatkan efektivitas obat terhadap penyakit dan meminimalkan efek sampingnya. 61 Contoh obat keras adalah antibiotika, hormon kelamin, obat kenker, obat penyakit gula, obat malaria, obat jiwa, obat jantung, tekanan darah tinggi, obat anti pembekuan darah, dan semua sedian dalam bentuk injeksi. Obat-obatan berbahaya ini menurut hukum hanya boleh disalurkan melalui apotik, tetapi dalam praktik ternyata sering sekali dapat dibeli di banyak toko obat. Hal ini memprihatinkan sekali karena dengan demikian penggunaannya tidak dapat diawasi lagi dengan tepat sehingga dapat menimbulkan bahaya bagi si pemakai. Termuat dalam S.K. Menkes yang telah diterbitkan pada tanggal 60 Agnes NC, Op.Cit., hal. 20. 61 Hasil wawancara, dengan Ibu Dra. Nina Rafida, Apt, Kepala Sie Layanan Informasi Konsumen BPOM Medan pada tanggal 4 September 2013. Universitas Sumatera Utara 16 Juli 1990. Daftar ini menetapkan obat-obat keras yang dapat dibeli di apotik tanpa resep dokter dalam jumlah dan potensi yang terbatas. Pasien diharuskan memberikan alamatnya, yang didaftarkan apoteker bersama nama obat yang diserahkan. Daftar tersebut meliputi, antara lain : pil anti hamil, salep sariawan triamsinolon, obat pelarut dahak asetilsistein, obat nyeri asam mafenamat juga terkombinasi dengan diazepam, seluruh anthistaminika dan obat cacing mabendazol. Di samping itu daftar juga mencakup sejumlah obat keras dalam salep atau krem, yaitu antibiotika, beberapa hormone anti radang, zat pemati rasa lidokain, zat anti jamur mikonazol dan nistatin. Semua salep atau krem ditetapkan kemasan dan jumlahnya. 62 Dalam penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan sendiri. Ada zat yang tidak satabil jika berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul atau ada pula obat yang dimaksudkan larut dalam usus bukan dalam lambung. Semua diformulasikan khusus demi tercapainya efek terapi yang diinginkan dan seharusnya etikat obat memuat instruksi yang singkat namun benar dan jelas. Oleh karena itu konsumen atau passion harus bijak dan pintar dalam memilih, membeli dan menggunakan obat tersebut sesuai anjuran yang ada, terlebih lagi dengan penggunaan obat keras harus benar-benar diperhatikan dosis dan pembeliannya yang harus menggunakan resep dokter, sehingga tidak ada nantinya kesalahan yang berakibat fatal bagi pasien itu sendiri. Dalam penggunaan obat keras itu sendiri masyarakat harus tahu bagaimana standart obat keras tersebut agar aman digunakan atau dikonsumsi oleh pasien atau konsumen. 62 http:kesehatankeluarga.netartikelefek-samping-obat-bebas-keras.html diakses pada tanggal 21 Oktober 2013. Universitas Sumatera Utara Standar Obat Keras menurut BPOM : 1. Harus ada dosis dan sesuai dengan resep dokter, di samping harus ada simbol “K” berwarna merah dengan bergaris tepi hitam. 2. Tidak boleh dijual bebas dan dijual di toko obat. 3. Harus mendapat izin registrasi dari BPOM. 63 Dalam pengobatan sendiri, agar memberikan manfaat yang optimal pemilihan obat menjadi faktor yang sangat penting atas dasar berbagai pertimbangan. Oleh karena itu beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan obat : 1. Alergi atau reaksi yang tidak diinginkan yang pernah dialami terhadap obat tertentu. 2. Wanita dalam kondisi hamil atau merencanakan untuk hami, karena beberapa obat dapat mempengaruhi janin sehingga dapat menyebabkan cacat pada bayi. 3. Wanita yang sedang menyusui , sebab beberapa obat dapat masuk ke dalam air susu ibu dan menimbulkan efek yang diinginkan pada bayi. 4. Diet yang sedang dilakukan misalnya minum obat diet, atau diet rendah garam, atau diet rendah gula, mengingat selain mengandung bahan berkhasiat obat juga mengandung bahan tambahan lain, seperti pemanis. 5. Sedang minum obat lain 63 Hasil Wawancara, dengan Ibu Dra. Nina Rafida, Apt, Kepala Sie Layanan Informasi Konsumen BPOM Medan pada tanggal 4 September 2013. Universitas Sumatera Utara Hal-hal tersebut di atas harus diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan pada pasien atau konsumen dalam mengkonsumsi obat. 64 Selain itu pasien juga harus tahu bahwa ada undang-undang yang mengatur mengenai obat keras ini sendiri, sehingga bila terjadi kelalaian dalam penggunaannya dapat dilihat dari undang-undang ini sendiri. Pengaturan mengenai undang-undang obat keras ini sendiri diatur dalam Undang-Undang obat Keras St. No. 419 tanggal 22 Desember 1949 dan berdasarkan undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992.

D. Upaya Hukum yang dapat Dilakukan Konsumen Akibat dari Kerugian

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Berbahaya Yang Mencantumkan Nomor Izin Edar Badan Pengawas Obat Dan Makanan Palsu (Studi Pada : BPOM Medan)

0 5 10

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Berbahaya Yang Mencantumkan Nomor Izin Edar Badan Pengawas Obat Dan Makanan Palsu (Studi Pada : BPOM Medan)

0 0 1

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Berbahaya Yang Mencantumkan Nomor Izin Edar Badan Pengawas Obat Dan Makanan Palsu (Studi Pada : BPOM Medan)

2 10 20

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Berbahaya Yang Mencantumkan Nomor Izin Edar Badan Pengawas Obat Dan Makanan Palsu (Studi Pada : BPOM Medan)

0 0 42

Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Makanan dan Minuman yang Tidak Berlabel Halal di Kota Medan (Studi Kasus : BPOM Kota Medan dan MUI Kota Medan)

0 0 8

Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Makanan dan Minuman yang Tidak Berlabel Halal di Kota Medan (Studi Kasus : BPOM Kota Medan dan MUI Kota Medan)

0 0 2

Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Makanan dan Minuman yang Tidak Berlabel Halal di Kota Medan (Studi Kasus : BPOM Kota Medan dan MUI Kota Medan)

0 0 11

Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Makanan dan Minuman yang Tidak Berlabel Halal di Kota Medan (Studi Kasus : BPOM Kota Medan dan MUI Kota Medan)

0 19 30

Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Makanan dan Minuman yang Tidak Berlabel Halal di Kota Medan (Studi Kasus : BPOM Kota Medan dan MUI Kota Medan)

0 0 4

BAB I PENDAHULUAN - Aspek Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Obat Keras Di Pasaran (Studi pada BPOM Medan)

0 0 15