konsumen lebih didasarkan pada : Tidak jelasnya norma-norma perlindungan konsumen. Praktek peradilan kita yang tidak lagi sederhana, cepat dan biaya
ringan. Sikap menghindar konflik walaupun hak-haknya sebagai konsumen dilanggar pengusaha.
Dari segala kondisi yang telah dikemukakan maka jelaslah bahwa posisi konsumen itu lemah sehingga ia harus dilindungi oleh hukum, karena salah
satu sifat, sekalipun tujuan hukum itu memberikan perlindungan pengayoman kepada masyarakat.
22
C. Hak dan Kewajiban Konsumen
Definisi konsumen yang terlalu umum dan luas menurut ahli bahasa dan kamus bahasa, membuat Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia membatasi
defenisi konsumen sebagai pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, atau orang lain dan tidak
untuk diperdagangkan kembali.
Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen sendiri pada Pasal 1 angka 2 memberikan pengertian konsumen adalah setiap orang pemakai barang
danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
22
Shidarta, Op.Cit.,
hal. 9.
Universitas Sumatera Utara
Adapun unsur-unsur defenisi konsumen tersebut adalah :
1. Setiap orang
Setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang danatau jasa. Istilah ‘orang’ tidak hanya mencakup orang individual tetapi juga badan
usaha dengan makna lebih luas daripada badan hukum.
2. Pemakai
Pada Penjelasan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlulindungan Konsumen, kata pemakai menekankan bahwa konsumen yang dimaksudkan adalah
konsumen akhir dan menunjukkan barang danatau jasa yang dipakai tidak harus serta merta hasil dari transaksi jual beli. Artinya konsumen tidak selalu
harus membayar untuk memproleh barang dan atau jasa itu, dengan kata lain dasar hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha tidak perlu harus
bersifat kontraktual.
3. Barang danatau jasa
Istilah barang danatau jasa digunakan untuk mengganti penggunaan kata produk yang hanya mengacu pada pengertian barang saja. Undang-Undang
Perlindungan Konsumen mengertikan barang sebagai benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat
dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Jasa diartikan
sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
4. Yang tersedia dalam masyarakat
Barang danatau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia di pasaran, namun dalam perdagangan yang semakin kompleks
dewasa ini, syarat itu tidak mutlak lagi dituntut oleh masyarakat konsumen.
5. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup lain
Unsur yang diletakkan pada defenisi itu mencoba untuk memperluas kepentingan bahwa kepentingan tidak sekedar ditujukan untuk diri sendiri
dan keluarga, tetapi juga barang danatau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain bahkan untuk mahluk hidup lain, seperti hewan dan tumbuhan.
6. Barang danatau jasa itu tidak untuk diperdagangkan
Pengertian konsumen disini dipertegas hanya konsumen akhir, secara teoritis hal demikian terasa cukup baik untuk mempersempit ruang lingkup pengertian
konsumen.
23
Istilah “perlindungan konsumen” berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun
materi yang mendapat perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih lebih hak-haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain perlindungan konsumen
sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak konsumen.
24
23
Shidarta, Op.Cit, hal. 4.
24
Celine Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit., hal. 30.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum dikenal ada 4 empat hak dasar konsumen, yaitu : a.
Hak untuk mendapatkan keamanan b.
Hak untuk mendapat informasi c.
Hak untuk memilih d.
Hak untuk didengar.
25
Empat hak dasar ini diakui secara internasional. Dalam perkembangannya ada beberapa hak lain yang juga diakui secara internasional seperti hak
mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. YLKI hanya menambahkan
satu tambahan hak yaitu hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sehingga keseluruhannya dikenal sebagai panca hak konsumen.
26
Hak ini dimaksukkan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen karena Undang-Undang Perlindungan Konsumen secara khusus mengecualikan hak-hak
atas kekayaan intelektual HAKI dan dibidang pengelolaan lingkungan. Hak konsumen sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 Nomor 8 Tahun 1999
Undang-Undang perlindungan konsumen adalah sebagai berikut : 1.
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam memgkonsumsi barang danatau jasa
Barang dan jasa itu tidak boleh membahayakan jika dikonsumsi sehingga konsumen tidak dirugikan baik secara jasmani dan rohani.Terhadap barang
dan jasa yang dipasarkan oleh pelaku usaha beresiko tinggi terhadap keamanan konsumen, pemerintah selayaknya mengadakan pengawasan secara
cepat.
25
Ibid
26
Ibid, hal. 31.
Universitas Sumatera Utara
2. Hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan Hak untuk memilih dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada
konsumen untuk memilih barang danatau jasa tertentu sesuai dengan kebutuhannya, tanpa ada tekanan dari pihak luar. Berdasarkan hak ini
konsumen berhak memutuskan untuk membeli suatu barang atau tidak, demikian pula keputusan untuk memilih baik kualitas maupun kuantitas jenis
barang yang dipilihnya.Selain dapat memilih barang danatau jasa sesuai keinginan, konsumen juga memiliki hak untuk mendapatkan barang sesuai
nilai tukar yang dijanjikan.Ini dimaksudkan untuk melindungi konsumen dari kerugian akibat permainan harga secara tidak wajar. Dalam keadaan tertentu
konsumen dapat saja membayar harga suatu barang yang jauh lebih tinggi daripada kegunaan atau kualitas dan kuantitas barang atau jasa yang
diprolehnya. 3.
Hak atau informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa
Hak ini sangat penting, karena tidak memadainya informasi yang disampaikan kepada konsumen ini dapat juga merupakan salah satu bentuk cacat produk,
yaitu yang dikenal dengan cacat instruksi atau cacat karena informasi yang tidak memadai. Hal ini dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh
gambaran yang benar tentang suatu barang supaya dapat memilih barang sesuai kebutuhan dan terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam
penggunaan barang.
Universitas Sumatera Utara
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang
digunakan Hak ini dapat berupa pertayaan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
barang danatau jasa tertentu apabila informasi yang diproleh tentang barang danatau jasa tersebut kurang memadai, ataukah berupa pengaduan atas
adanya kerugian yang telah dialami akibat penggunaan suatu barang. 5.
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut
Jika permintaan yang diajukan konsumen dirasakan tidak mendapat tanggapan yang layak dari pihak terkait dalam hubungan hukum dengannya,
maka konsumen berhak mendapatkan penyelesaian hukum, termasuk advokas. Dengan kata lain, konsumen berhak menuntut pertanggungjawaban
hukum dari pihak yang dipandang merugikan karena mengkonsumsi barang tersebut.
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
Pendidikan disini tidak harus diartikan sebagai proses formal yang dilembagakan. Bentuk informasi yang lebih komprehensif dengan tidak
semata-mata menonjolkan usur komersialisasi, sebenarnya sudah merupakan bagian dari pendidikan konsumen. Hal ini dimaksudkan agar konsumen
memproleh pengetahuan maupun keterampilan yang diperlukan agar dapat terhindar dari kerugian akibat penggunaan barang, karena dengan pendidikan
konsumen tersebut konsumen akan dapat menjadi lebih kritis dan teliti dalam memilih suatu produk yang dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif berdasarkan suku, agama, budaya, daerah, pendidikan, kaya, miskin, dan status social lainya.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian,
apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya
Hak atas ganti kerugian ini dimaksudkan untuk memulihkan keadaan yang telah menjadi rusak tidak seimbang akibat adanya penggunaan barang atau
jasa yang tidak memenuhi harapan konsumen, termasuk di dalamnya baik kerugian materi maupun kerugian yang menyangkut diri konsumen itu
sendiri. Biasanya untuk menghindari kewajiban ini pelaku usaha mencantumkan klausal-klausal eksonerasi di dalam hubungan hukum antara
pelaku usaha dan konsumen, namun pencantuman secara sepihak demikian tidak dapat menghilangkan hak konsumen untuk mendapatkan ganti kerugian.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Kewajiban konsumen menurut Pasal 5 Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut :
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan b.
Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa c.
Membayar sesuai nilai tukar yang disepakati d.
Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Universitas Sumatera Utara
Adanya kewajiban konsumen membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan
dan keselamatan merupakan hal yang penting untuk mendapat pengaturan. Seringkali pelaku usaha telah menyampaikan peringatan secara jelas pada suatu
produk, namun memberikan konsekuensi pelaku usaha tidak bertanggung jawab jika konsumen yang bersangkutan menderita kerugian akibat mengabaikan
kewajiban tersebut, namun jika produsen tidak menggunakan cara yang wajar dan efektif untuk mengkomunikasikan peringatan itu yang menyebabkan konsumen
tidak membacanya, maka hal itu tidak mengahalangi pemberian ganti kerugian pada konsumen yang telah dirugikan.
D. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen