Beberapa pandangan tentang Pelaksanaan Kebijakan

4.2 Beberapa pandangan tentang Pelaksanaan Kebijakan

Pembahasan hal ini dirasakan perlu untuk lebih memahami tentang pelaksanaan kebijakan. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kebijakan akan bertalian erat dengan orang banyak (publik) sehingga lebih terkenal dengan istilah kebijakan publik. Oleh karena menghadapi orang banyak, maka nuansanya akan sangat bervariasi dan tidak sesederhana yang diperkirakan.

Menurut Koswara (2003), permasalahan yang menyangkut implementasi atau kebijakan publik sering Menurut Koswara (2003), permasalahan yang menyangkut implementasi atau kebijakan publik sering

Pelaksanaan (implementasi) kebijakan tidak hanya sekedar merupakan mekanisme bagaimana menterjemahkan tujuan-tujuan kebijaksanaan kepada prosedur rutin dan teknik, melainkan, menyangkut berbagai faktor, dari sumber daya, hubungan antar-unit organisasi, tingkat organisasi, sampai kepada golongan politik tertentu yang mungkin tidak menyetujui kebijakan yang ada.

Pelaksanaan kebijakan tidak semata-mata dipandang sebagai tindakan teknik dan bersifat administratif, tetapi juga berkaitan erat dengan tindakan politis. Antara tahun 1960-an sampai awal tahun 1970, pada level dunia - khususnya di Amerika Serikat sering bermunculan artikel-artikel dan buku- buku yang secara khusus membahas tentang implementasi kebijakan. Hal ini menunjukkan bahwa betapa banyak permasalahan yang muncul berkenaan dengan implementasi, namun belum ada jawaban yang memuaskan. Pendorong utamanya adalah suatu kenyataan bahwa saat itu kebijakan berupa progam-program yang disebut The Great Society pada masa pemerintahan Presiden Johnson tidak berhasil mencapai tujuannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, muncul gagasan tentang pentingnya suatu langkah untuk menganalisis keberhasilan pelaksanaan (implementasi) kebijakan. Dengan demikian, pembahasan berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan akan terkait juga dengan evaluasi kebijakan. Karena berawal dari pemikiran untuk mencari jawaban mengapa suatu kebijakan tidak mencapai tujuan yang diharapkan, selain akan menemukan pengertian pelaksanaan itu sendiri juga secara tidak langsung telah melakukan analisis yang merupakan Berdasarkan latar belakang di atas, muncul gagasan tentang pentingnya suatu langkah untuk menganalisis keberhasilan pelaksanaan (implementasi) kebijakan. Dengan demikian, pembahasan berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan akan terkait juga dengan evaluasi kebijakan. Karena berawal dari pemikiran untuk mencari jawaban mengapa suatu kebijakan tidak mencapai tujuan yang diharapkan, selain akan menemukan pengertian pelaksanaan itu sendiri juga secara tidak langsung telah melakukan analisis yang merupakan

Dalam konsep desentralisasi dan otonomi daerah, Rondinelli dalam Koswara (2003:109), mengemukakan teori pelaksanaan kebijakan yang lebih berorientasi kepada hubungan pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan desentralisasi kepada lembaga daerah bidang perencanaan dan administrasi pembangunan. Menurut Rondinelli, terdapat dua pendekatan dalam pelaksanaan kebijakan yang sering dicampuradukan. Kedua pendekatan tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, pendekatan the compliance approach yang menganggap bahwa pelaksanaan kebijakan tidak lebih dari soal teknik yang bersifat rutin. Dalam prakteknya, pelaksanaan kebijakan dengan pendekatan ini sama sekali tidak mengandung muatan politis. Perencanaannya sudah ditetapkan sebelumnya oleh para pimpinan politik (political leaders). Para administrator atau implementator biasanya terdiri atas para pegawai yang senantiasa tunduk dan patuh kepada petunjuk dari para pemimpin politik tersebut, apalagi bagi PNS, kepatuhan, ketaatan, kesetiaan, dan disiplin diatur oleh Peraturan Pemerintah tentang Disiplin Pegawai Negeri.

Kedua, pendekatan the political approach sering disebut sebagai pendekatan politik yang memandang bahwa “administrasi merupakan bagian integral dan tidak dapat dipisahkan dengan proses penetapan kebijakan, di mana kebijakan dirubah, dirumuskan kembali, bahkan akan menjadi beban berat dalam proses implementasi”. Dengan demikian, pelaksanaan kebijakan akan menjadi kompleks dan sukar diprediksi karena berkaitan erat dengan berbagai faktor. Dalam Kedua, pendekatan the political approach sering disebut sebagai pendekatan politik yang memandang bahwa “administrasi merupakan bagian integral dan tidak dapat dipisahkan dengan proses penetapan kebijakan, di mana kebijakan dirubah, dirumuskan kembali, bahkan akan menjadi beban berat dalam proses implementasi”. Dengan demikian, pelaksanaan kebijakan akan menjadi kompleks dan sukar diprediksi karena berkaitan erat dengan berbagai faktor. Dalam

Terdapat perbedaan yang jelas di antara dua pendekatan di atas. Apabila pelaksanaan kebijakan dengan menggunakan pendekatan administrasi yang terdiri atas pegawai yang senantiasa patuh, sudah dapat diduga bahwa kebijakan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, terlepas dari masalah setuju atau tidak setuju, mau atau tidak mau. Tetapi menggunakan pendekatan politik maknanya lain lagi, karena proses pelaksanaan kebijakan akan berhadapan dengan kelompok-kelompok yang tidak menyetujuinya bahkan menentang.

Di negara-negara berkembang, tak terkecuali di Indonesia, pelaksanaan kebijakan lebih banyak menggunakan pendekatan the compliance approuch, dengan alasan bahwa apabila suatu kebijakan telah ditetapkan dan diumumkan (diundangkan) sebagai suatu kebijakan publik serta-merta akan dilaksanakan oleh pegawai secara teknik, tanpa ada kendala unsur-unsur politik dan hasil yang diharapkan akan segera tercapai.

Tetapi dalam kenyataaanya tidak sesederhana itu, terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Pelaksanaan suatu kebijakan akan menyangkut program-program lainnya, yang menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan tidak sekedar menyangkut teknik dan administrasi pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Melainkan akan berhubungan dengan proses interaksi politik yang dinamik dan sulit untuk diperhitungkan.

Dengan demikian, pelaksanaan kebijakan akan berhadapan dengan bermacam-macam faktor yang akan mempengaruhinya, antara lain politik, sosial, budaya, Dengan demikian, pelaksanaan kebijakan akan berhadapan dengan bermacam-macam faktor yang akan mempengaruhinya, antara lain politik, sosial, budaya,

Pandangan lain tentang pelaksanaan kebijakan dikemukakan oleh Riant Nugroho (2004), bahwa pelaksanaan kebijakan (implementasi) merupakan salah satu fungsi manajemen yang paling rumit untuk dijalankan, terutama berkaitan dengan organisasi berskala besar, seperti negara.

Ada yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia termasuk hebat dalam menyusun konsep, seperti konsep Pancasila, UUD 1945, Nasakom, GBHN, dan sebagainya. Tetapi sangat lemah dalam implementasinya, sehingga agak ketinggalan oleh bangsa lain dalam berbagai hal. Tetapi bukan berarti bangsa lain tidak pernah keliru dalam pelaksanaan kebijakan, karena kesenjangan antara kebijakan dengan pelaksanaan ini sering juga dialami mereka, yang menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan bukan sesuatu yang mudah.

Setiap keputusan stratejik menuntut adanya pelaksanaan, karena perencanaan stratejik tidak akan berarti apa-apa tanpa pelaksanaan. Ada wacana yang menyatakan bahwa kebijakan atau perencanaan yang baik 60% dari kemungkinan keberhasilan sudah di tangan. Tetapi apabila kemungkinan 40% kontribusi dari pelaksanaan tidak konsisten, maka kemungkinan 60% keberhasilan akan hangus.

Sementara itu berdasarkan hasil penelitian para ahli, yang dilakukan terhadap para pelaksana kebijakan bahwa rata- rata pelaksanaan dari suatu rencana hanya berkisar antara 10- 20% saja. Dengan kata lain bahwa pelaksanaan kebijakan tetap memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan.