1 Kriteria Evaluasi Kebijakan

Tabel: 5.1 Kriteria Evaluasi Kebijakan

Tipe Kriteria

Pertanyaan

Ilustrasi

Efektifitas Apakah hasil yang Unit pelayanan diinginkan telah tercapai Efisiensi

Seberapa banyak usaha Unit biaya, diperlukan untuk mencapai

manfaat, bersih, hasil yang diinginkan.

rasio, cost-benefit Kecukupan

Seberapa jauh pencapaian Biaya tetap hasil yang diinginkan

Efektivitas tetap memecahkan masalah. Perataan

Apakah biaya manfaat Kriteria Pareto, didistribusikan dengan

Kriteria Kaldir- merata kepada kelompok-

Hicks, Kriteria kelompok yang berbeda.

Rawls Responsivitas

Apakah hasil kebijakan Konsistensi dengan memuaskan kebutuhan,

survei warga preferensi, atau nilai

negara

kelompok-kelompok tertentu.

Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang Program publik diinginkan benar-benar

harus merata dan berguna atau bernilai.

efisien

Setelah dikemukakan beberapa kriteria evaluasi menurut Dunn, berikut akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan evaluasi formulasi kebijakan publik, evaluasi pelaksanaan kebijakan publik, dan evaluasi lingkungan kebijakan publik.

1) Evaluasi Formulasi Kebijakan Publik Pada umumnya evaluasi terhadap formulasi kebijakan

publik akan mempertanyakan, apakah formulasi kebijakan publik akan mempertanyakan, apakah formulasi kebijakan

a) Menggunakan pendekatan yang sesuai dengan permasalahan yang akan diselesaikan, karena setiap masalah publik memerlukan model formulasi kebijakan yang berlainan.

b) Mengarah kepada permasalahan inti, karena setiap pemecahan masalah harus benar-benar mengarah kepada inti permasalahannya.

c) Mengikuti prosedur yang diterima secara bersama, baik dalam rangka keabsahan maupun dalam rangka kesamaan dan keterpaduan langkah perumusan.

d) Mendayagunakan sumber daya yang ada secara optimal, baik dalam bentuk sumber daya waktu, dana, manusia, dan kondisi lingkungan strategis.

Di samping hal-hal di atas, dalam evaluasi formulasi kebijakan ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh evaluator. Pertama, berkaitan dengan model yang digunakan pada saat merumuskan formulasi kebijakan. Model mana yang digunakan, apakah telah sesuai dengan permasarahan yang dihadapinya? Misalnya, apabila konsep model formulasinya adalah kelompok, tetapi praktek formulasinya model elit, maka dapat dikatakan bahwa kebijakan publik itu tidak dapat dipertanggungjawabkan secara proses. Kedua, berkenaan dengan muatan. Apakah kebijakan publik tersebut bermuatan hal-hal yang relevan dengan pemasalahan yang hendak dipecahkan?

Dapat dilihat, apakah masalah yang dimuat dalam kebijakan itu merupakan masalah strategis, atau teknis? Lebih mencemaskan lagi apabila masalahnya adalah ketahanan pangan, tetapi pemecahannya meralui reklamasi Dapat dilihat, apakah masalah yang dimuat dalam kebijakan itu merupakan masalah strategis, atau teknis? Lebih mencemaskan lagi apabila masalahnya adalah ketahanan pangan, tetapi pemecahannya meralui reklamasi

Ketiga, berkenaan dengan bentuk kebijakan. Bentuk kebijakan terdiri atas tiga bentuk, yakni bentuk makro, bentuk mikro, dan bentuk kata per kata. Bentuk makro menilai apakah benar kebijakan tersebut diwadahi dalam bentuk Perda? Apakah tidak lebih baik dalam bentuk Keputusan Bupati? contoh, BUMN dibentuk berdasarkan PP yang dibuat oleh Presiden sebagai Kepala Pemerintahan. Maka apabila kabupaten akan membuat BUMN, bentuk yang paling tepat adalah Keputusan Bupati, bukan Perda.

Bentuk mikro adalah susunan kebijakan, untuk membedakan Perda, Keputusan Bupati, dan Surat Edaran. Sedangkan bentuk kata per kata, memiliki dua ukuran pokok, yaitu “Apakah kata per kata sudah mewakili gagasan yang hendak dikemukakan?” dan “Apakah kata per kata sudah benar secara tata bahasa yang digunakan dan tata bahasa hukum?”. Evaluasi ke arah itu diperlukan mengingat bahwa kebijakan publik itu akan dibaca, digunakan, dan dijadikan dasar hukum oleh semua pihak, maka : Tidak boleh mengandung pengertian/interpretasi ganda; Tidak boleh ada yang kontradiksi di antara pasal dengan pasal lainnya; tidak ada pasal yang saling menjatuhkan; Tidak ada pasal yang menjadi perusak dari keefektifan kinerja kebijakan; Tidak ada satu pasal yang mengandung lebih dari satu muatan; dan Tidak ada penggunaan yang tidak benar baik menurut tata bahasa maupun menurut hukum.

2) Evaluasi, Pelaksanaan Kebijakan Publik Sebagian besar dari kegiatan evaluasi kebijakan berada

pada wilayah ini. Hal ini dapat dimengerti, karena pelaksanaan (implementasi) kebijakan merupakan bagian yang paling rumit dan mendasar, oleh karena itu harus dilihat, diperhatikan, dan dievaluasi dengan sungguh- sungguh.

Menurut Sofyan Effendi, evaluasi implementasi kebijakan bertujuan untuk mengetahui variasi dalam indikator- indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan, yaitu :

a) Bagaimana kinerja pelaksanaan kebijakan publik? Jawabannya berkenaan dengan kinerja pelaksanaan publik, yaitu variasi dari outcome terhadap variabel independent tertentu.

b) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu? Jawabannya berkenaan dengan faktor kebijakan itu sendiri, organisasi pelaksanaan kebijakan, dan lingkungan kebijakan yang mempengaruhi outcome dari pelaksanaan kebijakan.

c) Bagaimana strategi meningkatkan kinerja pelaksanaan (implementasi) kebijakan publik? Pertanyaan ini berkenaan dengan tugas dari evaluasi.

Evaluasi kebijakan terdiri atas tiga jenis menurut timing evaluasi berkaitan dengan (a) sebelum dilaksanakan; (b) pada waktu dilaksanakan, dan (c) setelah dilaksanakan.

Dalam pelaksanaannya, evaluasi pelaksanaan kebijakan ini memiliki model dan pendekatan yang bervariasi, sehingga dapat memilih sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Salah satu pendekatan evaluasi dikemukakan oleh Dunn, sebagai berikut:

Tabel: 5.2 Pendekatan Evaluasi Pelaksaaan Kebijakan

Pendekatan Tujuan

Asumsi

Bentuk- Teknik bentuk Utama

Evaluasi Menggunakan Ukuran Eksperimen Sajian grafik, semu

metode des-

tampilan tabel kriptif untuk

manfaat atau sosial,

nilai terbukti Akuntansi angka indeks, menghasilkan dengan

Sistem Sosial, analisis seri informasi valid sendirinya

Pemeriksaan waktu terin- tentang hasil

sosial, Sintesis terupsi, Ana- kebijakan

atau tidak

kontroversial riset dan praktek lisis seri terkontrol, Analisis diskontinyu regresi.

Evaluasi Menggunakan Tujuan dan Evaluasi Pemetaan formal

metode des-

perkembangan, sasaran kriptif untuk

sasaran dari

pengambilan Evaluasi Klarifikasi nilai menghasilkan kebijakan dan Eksperimantel, Kritik nilai informasi yang administrator Evaluasi proses Pemetaan terpercaya dan yang resmi

retrospektif (ex hambatan valid mengenai diumumkan

post), Evaluasi Analisis hasil kebijakan merupakan

dampak silang secara formal

hasil

retrospektif. Discounting diumumkan

ukuran yang

tepat dari

sebagai tujuan manfaat nilai. program kebijakan.

Evaluasi Menggunakan Tujuan dan Penilaian Brainstroming Keputusan metode des-

tentang dapat Analisis Teoristis

sasaran dari

kriptif untuk

tidaknya argumentasi menghasilkan pelaku yang

berbagai

dievaluasi Delphi informasi yang diumumkan

Analisis utilitas kebijakan terpercaya &

secara formal multi- atribut Analisis valid mengenai atau pun

Survei- hasil kebijakan diam-diam

pemakai yang secara

merupakan

ekspilisit

ukuran yang

diinginkan oleh tepat dari berbagai

manfaat atau

pelaku

nilai.

kebijakan.

Sebagai pembanding penulis kemukakan juga pendapat James P.Lester, yang mengelompokkan evaluasi pelaksanaan kebijakan menjadi evaluasi proses yang menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a) Evaluasi proses pelaksanaan (implementasi) kebijakan.

b) Evaluasi impak, berkenaan dengan hasil atau pengaruh dari implementasi kebijakan.

c) Evaluasi kebijakan berkenaan dengan hasil yang dicapai

apakah benar mencerminkan apa yang dikehendakinya?

d) Evaluasi meta-evaluasi yang berkenaan dengan evaluasi dari berbagai implementasi kebijakan yang ada untuk menemukan kesamaan tertentu.

Pandangan lain tentang evaluasi implementasi kebijakan ada yang mengemukakan bahwa perlu pemilahan terhadap obyek evaluasi, sesuai dengan teknik yang digunakan. Pemilahan tersebut antara lain:

a) Evaluasi komparatif, yaitu membandingkan pelaksanaan kebijakan dengan pelaksanaan kebijakan yang sama atau yang berlainan, di satu tempat yang sama atau tempat yang berbeda.

b) Evaluasi historikal, yaitu membuat evaluasi kebijakan berdasarkan rentang sejarah munculnya kebijakan- kebijakan tersebut.

c) Evaluasi laboratorium atau eksperimental, yaitu evaluasi yang menggunakan eksperimen yang diletakkan dalam sejenis laboratorium.

d) Evaluasi ad hock yaitu evaluasi yang dilakukan secara mendadak dalam waktu singkat dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran pada saat itu (snap shot).

James Andeson membagi evaluasi pelaksanaan kebijakan kepada tiga tipe, yaitu : Pertama, evaluasi kebijakan yang dipahami sebagai kegiatan fungsional; Kedua: evaluasi kebijakan yang memfokuskan kepada bekerjanya kebijakan; dan Ketiga, evaluasi kebijakan sistematis yang melihat secara obyektif program-program kebijakan yang ditujukan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat, selain itu sejauh mana tujuan-tujuan yang ada telah dinyatakan tercapai.

Sedangkan Edward A. Suchman, dalam Riant Nugroho (2003) menawarkan pandangan praktis, yang hanya mengemukakan enam langkah evaluasi, yakni :

a) Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi,

b) Analisis terhadap masalah,

c) Deskripsi dan standarisasi kegiatan,

d) Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi,

e) Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut, atau karena penyebab lain?

f) Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.

Di samping itu, masih ada pendapat lain tentang teknik dan metode evaluasi kebijakan, tetapi penggunaannya tentu tergatung kepada evaluator sendiri sesuai dengan kebutuhannya.

3) Evaluasi Lingkungan Kebijakan Publik Evaluasi terhadap lingkungan kebijakan ini sedikit sekali

dibahas dan diperhatikan, baik oleh para ahli maupun para akademisi evaluasi kebijakan. Namun sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan suatu kebijakan. Satu dibahas dan diperhatikan, baik oleh para ahli maupun para akademisi evaluasi kebijakan. Namun sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan suatu kebijakan. Satu

Tetapi perkembangan terakhir menunjukkan bahwa keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan tidak lagi ditentukan oleh kebijakan itu semata, melainkan perlu dukungan lingkungan yang kondusif.

Konteks lingkungan perlu dimunculkan, karena sebenarnya keadaan hari ini merupakan produk dari keadaan masa silam. Perubahan di masa depan, sebagian besar ditentukan oleh keadaan hari ini (sekarang).

Evaluasi lingkungan kebijakan berkenaan dengan faktor- faktor yang membuat kebijakan gagal atau berhasil diimplementasikan. Karena terbukti faktor tersebut besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan kebijakan. sebagai contoh, pada masa pemerintahan Abdurahman Wahid, beberapa Menteri sulit melaksanakan kebijakan Presiden karena lingkungan negara seperti pelangi, sehingga kebijakan tersebut gagal. Bahkan lebih parah, ada pihak- pihak yang menghendaki agar Presiden mundur. Demikian juga halnya dengan lingkungan luar yang lebih luas, ketika Indonesia sedang giat-giatnya membenahi negara agar pulih dari keterpurukan, bahkan ada yang menghendaki agar Indonesia tetap demikian supaya mudah dikuasai.

Pada prinsipnya, evaluasi lingkungan kebijakan memberikan deskripsi yang lebih jelas tentang bagaimana konteks kebijakan dirumuskan dan dilaksanakan. Sebagian besar dari upaya ini memang diarahkan kepada deskripsi yang bertujuan untuk membangun sebuah pemahaman Pada prinsipnya, evaluasi lingkungan kebijakan memberikan deskripsi yang lebih jelas tentang bagaimana konteks kebijakan dirumuskan dan dilaksanakan. Sebagian besar dari upaya ini memang diarahkan kepada deskripsi yang bertujuan untuk membangun sebuah pemahaman

5.6.1 Petunjuk Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Publik

Dalam melaksanakan evaluasi kebijakan, para evaluator akan dihadapkan kepada banyaknya pilihan tentang teknik dan metode evaluasi kebijakan publik. Selain dari pandangan- pandangan yang telah dipaparkan, masih banyak pandangan lain dari ahli yang berbeda. Tetapi, dari beberapa metode dan teknik yang ditawarkan, segala sesuatunya tergantung kepada evaluator yang akan menggunakannya.

Di samping itu perlu dijawab pertanyaan mendasar, yakni ”mana yang hedak digunakan?” jawabannya pun akan berbeda, tergantung kepada kebutuhan dari evaluator.

Namun demikian, walaupun seorang evaluator bebas memilih model dan teknik yang dikehendakinya, kiranya perlu dikemukakan panduan sederhana tentang apa-apa yang dapat dilakukan oleh evaluator sebelum melakukan tugasnya. Riant Nugroho (2003), mengemukakan beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum menentukan pilihan teknik dan metode evaluasi, yaitu sebagai berikut:

a) Antara evaluasi kebijakan dengan analisa kebijakan terdapat perbedaan yang sangat tipis. Analisis kebijakan diperuntukkan bagi lingkungan para pengambil kebijakan, sedangkan evaluasi kebijakan diperuntukkan bagi lingkungan internal dan eksternal.

b) Evaluasi kebijakan harus memenuhi syarat-syarat: menemukan hal-hal stratejik untuk meningkatkan kinerja; mampu mengambil jarak dari para pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, dan target kebijakan; serta harus mampu mempertanggungjawabkan prosedur evaluasi secara metodologi.

c) Evaluator harus idividu atau lembaga yang memiliki karakrer profesional. Dalam arti menguasai kecakapan, keilmuan, metodologi, dan memiliki etika.

d) Evaluasi dilakukan tidak dalam suasana permusuhan atau diwarnai kebencian, namun harus ikhlas atas dasar tanggungjawab profesional demi kejayaan suatu bangsa.

Setelah memahami hal-hal di atas, berikut ini merupakan petunjuk praktis yang lebih fokus kepada tindakan evaluator.

a) Evaluator harus menyesuaikan alat ukur dengan model metode implementasi kebijakan yang akan digunakan.

b) Evaluator perlu menyesuaikan evaluasinya dengan tujuan evaluasi yang dibebankan kepadanya.

c) Evaluator harus menyesuaikan evaluasinya dengan kompetensi keilmuan dan metodologi yang dimilikinya. Seorang evaluator yang mengandalkan kompetensi ekonomi disarankan untuk tidak melakukan evaluasi politik.

d) Evaluator harus menyesuaikan diri dengan sumber daya yang dimiliki, mulai dari sumber daya waktu, manusia, alat, teknologi, dana, sistem, manajemen, bahkan sumber dalam kepemimpinan yang ada.

e) Evaluator harus menyesuaikan diri dengan lingkungan evaluasi, agar bisa diterima dengan baik di lingkungan yang akan dievaluasinya.

Secara spesifik, petunjuk praktis bagi para evaluator yang akan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan publik dapat diamati dari gambar berikut ini.

Kesesuaian dengan metode Pelaksanaan

Kesesuaian dengan tujuan Evaluasi

Pelaksanaan EVALUATOR

Kesesuaian dengan

Kompetensi

(Implementasi) Kebijakan

Kesesuaian dengan sumber daya yang ada

Kesesuaian dengan Lingkungan Evaluasi

Gambar: 5.4

Petunjuk Praktis Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Publik