Model-model Pelaksanan (Implementasi)

4.8 Model-model Pelaksanan (Implementasi)

Terdapat beberapa model dalam proses pelaksanaan atau implementasi kebijakan. Tetapi model-model dimaksud diawali dengan dua pemilahan model yang menghasilkan empat kutub. Pemilahan model atau teknik pelaksanaan pertama adalah menggunakan pola dari atas ke bawah (top- Terdapat beberapa model dalam proses pelaksanaan atau implementasi kebijakan. Tetapi model-model dimaksud diawali dengan dua pemilahan model yang menghasilkan empat kutub. Pemilahan model atau teknik pelaksanaan pertama adalah menggunakan pola dari atas ke bawah (top-

Dari atas ke bawah

Mekanisme Mekanisme Paksa

Pasar

Dari atas ke bawah

Gambar: 4.4 Empat Kutub Pemilahan Model Pelaksanaan

Pada gambar di atas tampak bahwa terdapat empat kutub yang akan menjadi pedoman dalam menentukan pola pelaksaaan (implementasi) kebijakan, sebagai berikut:

a. Kutub pertama menunjukkan adanya pola dan atas ke bawah,

b. Kutub kedua menunjukkan adanya pola dari bawah ke atas,

c. Kutub ketiga menunjukkan adanya pola mekanisme paksa, c. Kutub ketiga menunjukkan adanya pola mekanisme paksa,

Beranjak dari empat kutub yang dikemukakan pada gambar di atas, dikenal adanya beberapa model implementasi yang sering dijumpai di masyarakat. Model-model tersebut. Pertama, Model mekanisme paksa, yaitu model yang mengedepankan arti penting lembaga publik sebagai lembaga tunggal yang memiliki monopoli atas mekanisme paksa di suatu negara yang tidak memiliki mekanisme insentif bagi yang menjalankan, tetapi anehnya ada sanksi bagi yang menolak atau melanggar.

Kedua, Model mekanisme pasar adalah model yang mengedepankan mekanisme insentif bagi yang menjalankan, dan bagi yang tidak menjalankan tidak mendapat sanksi dan insentif. Sedangkan bagi yang menolak ada sanksi.

Ketiga, model lainnya adalah dari atas ke bawah, yang biasa dilakukan oleh pemerintah terhadap rakyatnya, karena rakyat dikondisikan dan dimobilisasi untuk terus berpatisipasi.

Keempat, Model dari bawah ke atas. Dalam model ini yang membuat kebijakan memang pemerintah, tetapi pelaksanaannya oleh rakyat. Di antara kedua kutub ini terdapat interaksi antara masyarakat dengan pemerintah.

Berdasarkan pemilahan tersebut, terdapat lima Model yang dapat dipilih sesuai dengan sifat dan karakteristik dari kebijakan yang akan dilaksanakan. Model-model implementasi tersebut adalah sebagai benkut:

1) Model paling klasik, yaitu model Donald Van Meter (Dalam gambar diberi tanda “MH”), terletak pada kuadran dari atas ke bawah dan lebih berada pada mekanisme paksa. Model ini mengandalkan implementasi kebijakan secara liner, implementor, dan kinerja publik.

Terdapat beberapa variabel yang akan berpengaruh terhadap kebijakan publik, yaitu:

a) Aktivitas implementasi dan komunikasi antar-organisasi,

b) Karakteristik dan agen pelaksana,

c) Kondisi ekonomi, sosial, dan politik.

d) Kecenderungan dari pelaksana.

2) Model Paul Sabatier, (Dalam gambar diberi tanda “MS”), terletak pada kuadran dari atas ke bawah dan lebih berada pada mekanisme paksa. Model ini proses pelaksaan melibatkan tiga variabel, yaitu:

a) Independen, yaitu variabel untuk mengetahui mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman obyek, dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.

b) Intervening, yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber dana, keterpaduan hierarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana, dan perekrutan pejabat pelaksana serta keterbukaan kepada pihak luar, dan variabel di luar kebijakan yang akan mempengaruhi terhadap proses pelaksanaan kebijakan.

c) Dependen, yaitu variabel tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan. Yaitu pemahaman dari lembaga atau badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksanaan, kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan atas hasil yang nyata tersebut dan akhirnya akan bergerak ke arah perbaikan atas c) Dependen, yaitu variabel tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan. Yaitu pemahaman dari lembaga atau badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksanaan, kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan atas hasil yang nyata tersebut dan akhirnya akan bergerak ke arah perbaikan atas

3) Model Brian dan Lewis (Dalam gambar diberi tanda “MS”), terletak pada kuadran atas ke bawah dan lebih berada di mekanisme paksa daripada mekanisme pasar. Model ini memerlukan beberapa sarat, yakni:

a) Ada jaminan, bahwa kondisi eksternal yang dihadapi lembaga/badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah besar.

b) Tersedianya sumber daya yang memadai, termasuk sumber daya manusia, dana, dan waktu. Kewaspadaan ini diperlukan mengingat bahwa fasilitas sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kebijakan. Misalnya, dalam amandemen keempat UUD 1945 dikemukakan satu pasal yang berbunyi “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat”. Kebijakan ini sesuai betul dengan Pancasila, dan semua orang memahami bahwa itu penting dan layak dijadikan kebijakan. Tetapi pada saat pelaksanaan terbentuk kepada masalah fasilitas yang dibutuhkan, karena untuk memberikan jaminan sosial bagi seluruh rakyat diperlukan negara yang sejahtera, dengan memiliki sumber daya yang memadai disertai pendanaan yang cukup.

c) Ada keterpaduan dari sumber daya yang ada. Hal ini beralasan karena pelaksanaan kebijakan akan melibatkan berbagai pihak, baik sumber daya alam, sumber daya buatan, atau sumber daya manusianya. Sebagai contoh dalam pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan. Upaya yang dilakukan oleh departemen tidak akan efektif, apabila tidak diimbangi dengan pembangunan daerah yang memadai.

d) Seberapa besar hubungan kausalitas yang terjadi. Dengan asumsi bahwa, semakin sedikit hubungan sebab akibat akan semakin tinggi hasil yang dikehendaki oleh kebijakan.

e) Hubungan saling ketergantungan kecil, dengan asumsi bahwa apabila hubungan saling ketergantungan tinggi, pelaksanaan tidak akan dapat berjalan dengan efektif. Apalagi organisasi pelaksana tersebut selalu bergantung pada pihak lain seperti yang terjadi pada Kantor Menteri Pemberdayaan Wanita secara intensitas bergantung kepada seluruh departemen.

f) Terdapat pemahaman yang mendalam terhadap tujuan. Tidak terlalu sulit untuk dipahami, karena idealnya sekelompok orang bersatu dalam suatu wadah akan mengetahui tujuan bersama dan bergerak ke arah tujuan yang sama pula. Tetapi dalam kenyataan selalu ada perbedaan pandangan yang didukung oleh ego yang tinggi, sehingga kerap kali menimbulkan pertentangan yang mengarah kepada adu fisik.

g) Tugas telah dirinci dan ditempatkan sesuai dengan urutan yang benar. Dengan adanya susunan tugas yang jelas, merupakan kunci keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan. Selain itu, terdapat koordinasi dan komunikasi yang sempurna.

4) Model Merilee, (Dalam gambar diberi tanda “GR”), terletak pada kuadran dari atas ke bawah dan lebih berada di antara mekanisme paksa dan mekanisme pasar. Model ini tingkat keberhasilannya ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasi.

a) Isi kebijakan mencakup; • Kepentingan yang terpengaruh kebijakan

• Jenis manfaat yang akan dihasilkan

• Derajat perubahan yang diinginkan • Kedudukan pembuat kebijakan • Siapa, pelaksana program

b) Konteks implementasi mencakup; • Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang

terlibat. • Karakteristik lembaga dan penguasa

• Kepatuhan dan daya tanggap. Model yang dikemukakan ini tidak jauh berbeda dengan

model lainnya, melainkan lebih disederhanakan.

5) Model Richard, (Dalam gambar diberi tanda “RE”), terletak pada kuadran dari bawah ke atas dan berada di mekanisme pasar.

Proses model ini adalah:

a) Dimulai dari identifikasi jaringan aktor yang terlibat dalam proses pelayanan.

b) Menanyakan kepada mereka, tentang tujuan, strategi, aktivitas, dan kontak yang mereka miliki.

Model ini didasarkan atas kebijakan yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri. Namun demikian tidak seluruhnya diserahkan kepada masyarakat, di tataran bawah masih melibatkan peranan pemerintah.

Agar kebijakan ini dapat dilaksanakan dengan baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain :

a) Kebijakan yang dibuat harus sesuai dengan harapan, keinginan dari masyarakat atau publik yang menjadi targetnya.

b) Kebijakan yang dibuat disesuaikan dengan kemampuan pejabat eselon rendah yang akan bertindak sebagai pelaksananya.

c) Kebijakan yang dibuat sedapat mungkin mampu menampung prakarsa masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dari beberapa model yang telah dikemukakan, dapat dipilih salah satu untuk dijadikan model dalam pelaksanaan kebijakan. Pembahasan selanjutnya, akan dikemukakan cara-cara memilih model sesuai dengan karakteristik kebijakan yang akan dilaksanakan.