24 yaitu stress psikis akibat perasaan tertekan, kepedihan hati yang
amat mendalam yang mengakibatkan seseorang mengalami tunanetra permanen Pradopo1977 :3
3. Perkembangan anak tunanetra
Perkembangan adalah suatu diferensiasi atau tingkatan ataa tahapan dari segi rohani atau segi jasmaninya. Adapun yang berpengaruh dalam perkembangan itu
adalah orang tua sebagai penolong dan pendamping hidupnya, lingkungan dan teman-teman sebaya. Adapun perkembangan yang harus diperhatikan pada anak
tunanetra yaitu :
1. Perkembangan kognitif anak tunanetra
Perkembangan kognitif adalah suatu proses pemahaman dari yang tidak tahu menjadi tahu. Perkembangan kognitif anak tunanetra terhambat dibanding dengan
anak awas pada umumnya. Perkembangan kognitif pada umumnya dengan menggunakan indera penglihatan dan kecerdasan serta kemampuan dan
intelegensinya. Pada perkembangan kognitif selalu berhubungan dengan lingkungan baik sosial maupun alam yang berhubungan dengan kemampuan indera- indera.
Kemampuan indera inilah yang memerlukan kerjasama dalam bekerja sehingga memperoleh pengertian dan makna yang utuh tentang objek yang ada
dilingkungannya. Yaitu antara indera penglihatan, pendengaran, perabaan dan lain- lain.
Indera penglihatan ialah salah satu indera penting dalam menerima informasi yang datang dari luar dirinya, yang mampu mendeteksi objek pada saraf yang jauh,
yang mampu melakukan pengamatan terhadap dunia sekitar warna, dinamikanya
Universitas Sumatera Utara
25 yang akan diteruskan ke otak yang akan memberikan kesan atau presepsi melalui
kegitan yang bertahap yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang dapat memampukan perkembangan secara optimal.
Jalan utama yang digunakan oleh anak tunanetra sebagai penerimaan informasi yang ada di luar dirinya dunia sekitarnya, biasanya digantikan dengan indera
pendengaran sebagai saluran utamanya yaitu berupa suara, yang mampu mendeteksi dan mengambarkan tentang arah, sumber atau jarak suatu objek informasi, tentang
ukuran dan kualitas ruangan tetapi tidak secara kongkrit, dan untuk bentuk posisi dan ukuran digunakan dengan perabaan, oleh karena itu setiap bunyi yang didengar, bau
yang diciumnya, kualitas yang dirabanya dan rasa yang di serapnya memiliki potensi dalam perkembangan kognitifnya.
Sering dikatakan bahwa anak tunanetra tahu, sebenarnya tidak tahu, karena mereka tahu hanya sebatas verbal saja. Kurangnya stimulasi visual, sehingga
perkembangan bahasa anak tunanetra juga tertinggal dibanding anak awas. Kemampuan kosa kata bagi tunanetra terbagi menjadi 2 yaitu, kata- kata yang berarti
bagi dirinya yang diperoleh dari pengalaman sendiri, dan kata- kata verbalitas yang diperoleh dari orang lain yang ia sendiri tidak paham.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif berlangsung mengikuti prinsip mencari keseimbangan yaitu kegiatan organisme dan lingkungan yang bersifat timbal balik,
artinya lingkungan dipandang sebagai suatu hal yang terus menerus menolong organisme untuk menyesuaikan diri dan demikian pula secara timbal balik organisme
secara konstan menghadapi lingkungannya sebagai suatu struktur yang merupakan bagian dari dirinya, tehkniknya adalah asimilasi dan akomodasiSoemantri 2005: 70.
Universitas Sumatera Utara
26 Tahapan sensomotorik anak tunanetra ditandai dengan prestasi intelektual yang
didapatkan dari lingkungan yang memberikan stimulasi yang kuat dan intensif terhadap anak tersebut yang mengalami kelambatan sekitar 4 bulan dibanding
dengan anak awas. Banyak anggapan yang mengatakan bahwa anak tunanetra tidak akan mampu
menggungguli anak awas dalam ketajaman sensori, logika, hafalan, bakat musik dan kemampuan untuk menginterpretasikan suara. Hal ini adalah tidak semuanya adalah
benar, namun dipihak lain anak tunanetra sering menggunakan kemampuannya secara lebih efektif dibandingkan dengan anak awas, yang dilakukan secara tidak
otomatis tetapi melalui latihan-latihan yang dilakukan secara rutin dan efektif. Tetapi hingga saat ini, perkembangan fungsi-fungsi kognitif anak tunanetra sulit
untuk diidentifikasikan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya alat-alat test intelegensi yang tidak dapat digunakan secara utuh oleh anak tunanetra yang banyakan
mengundang berbagai perdebatan dikalangan para ahli. Oleh sebab itu sangat perlu untuk menentukan atau untuk membuat alat integensi yang secara khusus
diperuntukkan bagi anak tunanetra soemantri 2005:75 yang pada akhirnya perkembangan kognitif anak tunanetra sangat bergantung pada jenis ketunanetraan
anak, kapan terjadinya ketunanetraan, bagaimana tingkat pendidikannya, dan stimulasi lingkungan terhadap upaya-upaya perkembangan kognitif mereka.
2. Perkembangan motorik anak tunanetra