39 b.
Suster kepala panti asuhan, dalam hal ini diperlukan untuk mengungkap data bagaimana kegiatan anak tersebut sehari-harinya di Panti Asuhan Karya
Murni c.
Pegawai Panti Asuhan, dalam hal ini mereka diperlukan untuk mengungkapkan bagaimana keseharian kegiatan yang dilakukan anak-anak
tunanetra tersebut menurut unitnya atau kelompoknya. d.
Guru, dalam hal ini mereka di perlukan untuk mengungkapkan kemampuan mereka dalam belajar dan menerima pendidikan di sekolah.
e. Siswa, dalam hal ini mereka di perlukan untuk dapat mengungkapkan
pekerjaan mereka, dan kegiatan yang mereka lakukan di Sekolah dan di Pnti asuhan.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini akan menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui buku, jurnal, karya ilmiah
dan bentuk tulisan lainnya yang ada relevansinyan dengan masalah yang diteliti.
2. Studi Lapangan Yaitu pengumulan data yang diperoleh dari kegiatan secara langsung di
lapangan, tehnik penelitian lapangan dilakukan dengan cara :
Universitas Sumatera Utara
40 a.
Observasi, yaitu mengamati objek yang diteliti secara langsung dengan mengadakan pencatatan seperlunya dengan kondisi yang
dihadapi peneliti secara objektif b.
Wawancara, yaitu untuk mendapatkan dan mengumpulkan data, berdialog secara langsung dengan anak panti asuhan atau wawancara
terbuka.
5. Tehnik Analisa Data
Dalam penelitian ini, tehnik analisa data yang digunakan adalah tehnik analisa deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu menggambarkan hasil penelitian atau
fakta yang ada sebagai mana adanya.
Universitas Sumatera Utara
41
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Bagian A Yayasan Karya Murni, Medan Johor Kotamadya Medan. Alasan memilih tempat ini adalah karena
merupakan salah satu lembaga sosial anak-anak yang bermasalah sosial yaitu anak cacat tunanetra atau anak yang berkebutuhan khusus, yaitu sebagai lembaga formal
tentunya mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tunanetra sebagai manusia yang memiliki kekurangan sehingga mampu
bersaing dengan masyarakat awas untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.
2. Sejarah singkat berdirinya Yayasan Karya Murni
Setelah Perang Dunia ke-II Tentara Belanda datang ke susteran santu yosef yang tinggal di Daendelsstrat sekarang jalan Hayam Wuruk II Medan. Tentara itu
membawa dan menyerahkan seorang putri penyandang cacat tunanetra, bernama Marta Ponikem dan ia sudah berumur 13 tahun. Tentara belanda itu berpesan agar
putri ini diberikan pendidikan yang baik. Sr. Ildefonsa Van De Watering berhati emas kepada penderita yaitu anak tunanetra dengan senang hati.
Namun setelah anak itu tinggal beberapa waktu disusteran, muncul suatu masalah dan pertanyaan yang sebelumnya kurang dipikirkan lebih dalam. Pendidikan dan
pengajaran apa dan bagaimana yang tepat diberikan kepada anak ini. Pertanyaan ini seolah-olah mendapat jawaban ketika Sr. Ildefonsa Van De Watering berkeinginan
mengunjungi dan belajar bagaimana mendidik dan mengajar para tunanetra disalah
Universitas Sumatera Utara
42 satu institusi yang bernama “De Wijnberg” di Grave. Sr. Ildefonsa berulang kali
ketempat ini untuk belajar dan sekaligus bagaimana memahami orang-orang cacat khususnya anak tunanetra.
Pada suatu hari dalam kunjungannya ke Grave tempat institusi anak tunanetra itu, Sr. Ildefonsa bertemu dengan seorang gadis tunanetra bernama Trees Kim Lan Bong
yang berasal dari Pulau Bangka Indonesia. Dalam pertemuan itu Trees menyatakan keinginannya dan kerinduannya untuk kembali ke Indonesia dan ingin membantu
teman-temannya yang tunanetra di Indonesia. Betapa bahagianya dan gembiranya hati Sr. Ildefonsa mendengar ucapan Trees itu. Itu berarti usaha yang dilakukan
oleh Sr. Ildefonsa sangat berhasil. Pada tanggal 15 Juli 1950 berangkatlah Sr. Ildefonsa bersama Trees ke
Indonesia, dan tiba pada tanggal 15 Agustus 1950 di Jalan Hayam Wuruk Medan. Tidak lama lagi sesudah Trees mengajar Marta ponikem, datang lagi seorang putri
Ambon yang tunanetra bernama Agustus Hallatu. Demikian anak tunanetra semakin tahun semakin bertambah dan sesudah itu
mereka diasramakan. Pada tahun 1953 sekolah tunanetra ini dikukuhkan menjadi lembaga yang bernama “Snit Oda Stichting”. Snit Oda Stichting bukan hanya
mengasuh dan dan mendidik anak tunanetra tetapi ikut juga maka yang tunarungu bisu-tuli. Karena itu pada tahun 1964 Snit Oda Stichting berubah nama menjadi
Yayasan Karya Murni dan PantiAasuhannya juga bernama Panti Asuhan Karya Murni.
Kompleks jalan hayam wuruk dirasa terlalu sempit untuk berbagai kegiatan. Pada tahun 1972 pendidikan dan asrama untuk anak tunarungu dipindahkan ke pasar
merah Medan, sedangkan pendidikan anak tunanetra dan asramanya pindah kejalan
Universitas Sumatera Utara
43 Karya Wisata Medan yaitu pada tahaun 1980. Pada tahun 1985 Yayasan Karya
Murni mengembangkan sayapnya sampai ke Ruteng , Flores. Jumlah anak di Ruteng- Flores sekitar 120 orang. Tingkat pendidikan untuk SLB-A jumlah anak yang dianut
oleh Yayasan Karya Murni sampai sekarang ini berjumlah sekitar 350 orang Medan dan Ruteng-Flores.
Yayasan Karya Murni mengelola lima unit pelayanan, yaitu : 1.
Panti asuhan yang terdiri dari anak-anak cacat netra, cacat rugu, yatim- piatu
2. Pendidikan untuk anak tunanetra SLBA Tingkat SD dan SLTP
3. Pendidikan untuk anak tunarungu SLBB Tingkat SD
4. Panti pijat jamin lapangan kerja bagi anak yang sudah menyelesaikan
kursus masage 5.
Poliklinik yang dikhususkan untuk anak-anak panti asuhan dan juga masyarakat sekitar
3. Visi, Misi, dan Tujuan pendidikan SLB-A Karya Murni