Analisa Multivariat dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K

pada pekerja dengan dukungan atasan tinggi yang memiliki stres kerja rendah ada sebanyak 31 orang 79,5, dan pekerja yang memiliki stres kerja tinggi sebanyak 8 orang 20,5. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada pekerja dengan dukungan rekan kerja rendah yang memiliki stres kerja rendah sebanyak 12 orang 20,0, dan yang memiliki stres kerja tinggi sebanyak 48 orang 80,0, sedangkan pada pekerja dengan dukungan rekan kerja tinggi yang memiliki stres kerja rendah ada sebanyak 29 orang 69,0, dan responden yang memiliki stres kerja tinggi sebanyak 13 orang 30,0. Tabel 4.6 diatas menunjukkan hasil uji chi-square yang digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel dukungan sosial dukungan suami, dukungan atasan, dan dukungan rekan kerja dengan variabel stres kerja. Hasil uji menunjukkan nilai probabilitas pada ketiga variable sebesar 0,001p0.05yangberarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan sosial dukungan suami, dukungan atasan, dan dukungan rekan kerja dengan variabel stres kerja.

4.5 Analisa Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk menguji pengaruh konflik peran ganda konflik peran berdasarkan waktu, konflik peran berdasarkan tekanan, dankonflik peran berdasarkan perilaku dan dukungan sosialdukungan suami, dukungan atasan, dan dukungan rekan kerja terhadapstres kerja pada pekerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang dengan menggunakan Uji Regresi Logistik Berganda. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Variabel Coefficiant ExpB P B S.E Constant .674 3.353 1.962 .841 Konflik Peran Ganda Berdasarkan Waktu 2.725 .979 15.256 .005 Konflik Peran Ganda Berdasarkan Tekanan 2.441 .943 11.487 .010 Konflik Peran Ganda Berdasarkan Perilaku 2.051 .923 7.776 .026 Dukungan Suami -3.135 1.049 .044 .003 Dukungan Atasan Dukungan Rekan Kerja -2.312 -2.241 .847 .941 .099 .106 .006 .017 Variable Dependen : Stres Kerja Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat dilihat hasil uji regresi logistik berganda yang digunakan untuk melihat apakah variable konflik peran ganda konflik peran ganda berdasarkan waktu, konflik peran ganda berdasarkan tekanan, dankonflik peran ganda berdasarkan perilaku dan dukungan sosial dukungan suami, dukungan atasan, dan dukungan rekan kerja berpengaruh terhadap variabel stres kerja pada pekerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang. Hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel konflik peran gandakonflik peran berdasarkan waktu, konflik peran berdasarkan tekanan, konflik peran berdasarkan perilaku dandukungan sosialdukungan suami, dukungan atasan dan dukungan rekan kerja berpengaruh terhadap variabel stres kerja p0.05. Hal ini berarti tingkat streskerja yang dialami pekerja wanita di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjunpinang Provinsi Kepulauan Riau, dipengaruhi oleh konflik peran gandakonflik peran berdasarkan waktu, konflik peran berdasarkan tekanan, konflik Universitas Sumatera Utara peran berdasarkan perilaku, dan dukungan sosialdukungan suami, dukungan atasan dan dukungan rekan kerja yang dialami pekerja itu sendiri. Dari Tabel 4.7 diatas juga dapat dilihat variabel mana dari variabel konflik peran ganda konflik peran berdasarkan waktu, konflik peran berdasarkan tekanan, dankonflik peran berdasarkan perilaku dan dukungan sosial dukungan suami dan dukungan atasan yang mempunyai pengaruh paling kuat untuk memengaruhi tingkat stres kerja. Hasil uji menunjukkan dari variabel konflik peran ganda, konflik peran berdasarkan waktu yang mempunyai pengaruh paling kuat untuk memengaruhi terjadinya stres kerja pada pekerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang dengan nilai sig=0,005 dan OR sebesar 15,256 yang berarti konflik peran berdasarkan waktu tinggi mempunyai kemungkinandapat memengaruhi stres kerja 15,256 kali dibandingkan dengan konflik peran berdasarkan waktu rendah dan memiliki pengaruh yang lebih kuat untuk memengaruhi stres kerja pada pekerja wanita di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riaudari pada konflik peran berdasarkan tekanan dan konflik peran berdasarkan perilaku. Sedangkan dari variabel dukungan sosial, dukungan suami yang memiliki pengaruh paling kuat untuk memengaruhi stres kerja pada pekerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha TanjungpinangProvinsi Kepulauan Riau dengan nilai sig=0,003 dan OR sebesar 0,044 yang berarti dukungan suami tinggi mempunyai kemungkinan dapat memengaruhi stres kerja 0,044 kali dibanding dengan dukungan suami rendah dan memiliki pengaruh lebih kuat untuk memengaruhi stres kerja Universitas Sumatera Utara padapekerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau dari pada dukungan atasan dan rekan kerja. Hasil analisis uji regresi logistik berganda juga menunjukkan bahwa variabel konflik peran ganda konflik peran berdasarkan waktu, konflik peran berdasarkan tekanan dankonflik peran berdasarkan perilaku memiliki nilai koefisien dengan tanda positif, masing-masing dengan nilai koefisien B 2,725, 2,441 dan 2,051 serta nilai probabilitas pada ketiga variabel lebih kecil dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah berbanding lurus terhadap stres kerja tenaga kerja wanita di wilayah kerja PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Jadi dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa stres kerja tenaga kerja wanita di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau akan menjadi tinggi apabila terjadi peningkatan konflik peran ganda baik berdasarkan waktu, tekanan dan perilaku. Kemudian pada variable dukungan sosial dukungan suami, dukungan atasan, dukungan rekan kerjamemiliki nilai koefisien dengan tanda negatif, masing-masing dengan nilai koefisien B -.3,135, -2,312 dan -2,241 serta nilai probalitas pada ketiga variabel lebih kecil dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang berlawanan arah berbanding terbalik terhadap stres kerja tenaga kerja wanita di wilayah kerja PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Jadi dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa stres kerja tenaga kerja wanita di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Universitas Sumatera Utara Riauakan menjadi rendah apabila terjadi peningkatan dukungan sosial baik dukungan dari suami, atasan dan rekan kerja. Model Akhir Uji Regresi Logistik Berganda ����� ����� = 1 1 + � −0,674+2,725���� +2,441���� +2,051���� −3,135��−2,312�� −2,241��� Keterangan : e = 2,71828 Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Stres Kerja Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Pekerjaan merupakan peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Lingkungan kerja sama dengan lingkungan lainnya yang menuntut seseorang untuk dapat menyesuaikan diri agar dapat menempatinya. Oleh karena itu individu akan memiliki kemungkinan untuk mengalami suatu keadaan stres dalam lingkungan kerja Nova dan Ispriyanti, 2012. Anoraga 2009 menjelaskan stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Rice 1992 menyatakan seseorang dapat mengalami stres kerja jika 1 urusan stres yang dialami seseorang melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja, Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke dalam pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke dalam urusan rumah tangga dapat juga menjadi penyebab stres kerja, 2 mengakibatkan dampak negative bagi individu dan juga perusahaan. PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau sebagian besar pekrjanya adalah wanita. Dari 142 orang wanita yang bekerja terdapat 66 Universitas Sumatera Utara 102 orang yang telah menikah dan masih memiliki suami dan anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 102 orang pekerja wanita yang bekerja di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau adasebanyak 61 orang 59,8 mengalami stres kerja tinggi dan sebanyak 41 orang 40,2 pekerja yang mengalami stres kerja rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Lambert et. al. 2006 mengatakan wanita yang bekerja dan berkeluarga istri lebih rentan terkena stres kerja dibanding suami atau pria. Ini disebabkan wanita yang bekerja dan berkeluarga akan mengalami konflik peran ganda yaitu konflik kerja dan konflik peran dalam rumah tangga. Rini 2002 menjelaskan wanita yang bekerja dikabarkan sebagai pihak yang mengalami stres lebih tinggi dibanding pria. Masalahnya wanita bekerja ini menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Terutama dalam alam kebudayaan Indonesia, wanita sangat dituntut perannya sebagai ibu rumah tangga yang baik dan benar sehingga banyak wanita yang bekerja yang merasa bersalah ketika harus bekerja. Perasaan bersalah ditambah dengan tuntutan dua sisi yaitu pekerjaan dan ekonomi rumah tangga, sangat berpotensi menyebabkan wanita bekerja mengalami stres. Kebudayaan Melayu yang melekat pada masyarakat Provinsi Kepulauan Riau menganut norma patriarki yaitu keadaan masyarakat yang menempatkan kedudukandan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Masyarakat menganggap bahwa rumah dan anak-anak adalah tanggung jawab wanita. Seorang istri atau ibu lebih banyak Universitas Sumatera Utara menghabiskan waktunya di rumah dengan mengerjakan segala tugas atau pekerjaan rumah tangga. Kondisi ini juga dipicu oleh norma keluarga yang menjadikan laki- laki sebagai pemimpin dan anak-anak yang cenderung lebih dekat dengan ibu. Seorang istri dituntut untuk selalu memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak-anaknya termasuk mengingatkan anak-anaknya untuk pergi ke sekolah, mengaji, melaksanakan shalat, dan juga melarang anak-anaknya melakukan permainan yang berbahaya. Seorang istri juga memiliki tanggung jawab penuh dalam mengurusi kebutuhan pangan di rumah. Akibatnya konflik peran semakin dirasakan oleh kaum wanita yang bekerja daripada laki-laki yang juga bekerja. Beberapa dari pekerja wanita yang bekerja di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau merasa bersalah ketika harus bekerja. Perasaan bersalah ditambah dengan tuntutan pekerjaan dan ekonomi rumah tangga, sangat berpotensi menyebabkan mereka mengalami stres kerja. Berdasakan hasil penelitian juga diketahui bahwa sebagian besar tenaga kerja wanita yang bekerja diPT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau adalah usia produktif yaitu kurang atau 30 tahun ada sebanyak 58 orang 56,9. Individu pada usia produktif cenderung lebih rentan mengalami stres kerja. Para pekerja dipenuhi harapan yang tidak realistis jika dibandingkan dengan mereka yang berusia lebih tua. Seiring dengan perkembangan usia, pada umumnya individu menjadi lebih matang, lebih stabil, lebih teguh sehingga memiliki pandangan yang lebih realistis Farber, 1991 dalam Murtiningrum, 2005. Universitas Sumatera Utara 5.2. Pengaruh Konflik Peran Ganda terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau 5.2.1. Pengaruh Konflik Peran Berdasarkan Waktuterhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 102 orang responden ada sebanyak 70 orang 68,6 yang mengalami konflik peran berdasarkan waktu. Dan dari 70 orang tersebut ada 56 orang 41,9 yang mengalami stres tinggi. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan analisis statistik uji Chi Square yang digunakan diperoleh nilai probabilitas variabel konflik peran berdasarkan waktusebesar 0,001 p ˂0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel konflik peran berdasarkan waktudengan variabel stres kerja pada tenaga kerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Ini sejalan dengan penelitian Gustia 2011 pada 73 perawat wanita di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konflik peran bedasarkan waktu dengan stres kerja. Hasil uji multivariat dengan uji regresi logistik berganda variabelkonflik peran berdasarkan waktuberpengaruh terhadap variabel stres kerja p ˂0,05 . Hal ini berarti stres kerja yang dialami pekerja wanita diPT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, dipengaruhi oleh konflik peran berdasarkan waktu yang dialami pekerja itu sendiri. Hasil uji regresi logistik berganda juga menunjukkan dari ketiga variabel konflik peran ganda, konflik peran berdasarkan waktu yang mempunyai pengaruh Universitas Sumatera Utara paling kuat untuk memengaruhi terjadinya stres kerja pada pekerja wanita PTKarwikarya Wisman Graha Tanjungpinang dengan nilai sig=0,005 dan OR sebesar 15,256dari pada konflik peran berdasarkan tekanan dan konflik peran berdasarkan perilaku. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Huffman 2004 pada 100 pegawai yang bekerja di kantor polisi dan kantor pemadam kebakaran di bagian barat daya Negara Amerika Serikat dan Asra 2013 pada 50 perawat wanita di Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi yang menemukan bahwa konflik peran ganda yang dialami perawat wanita paling besar pada aspek konflik berdasarkan waktu, yakni berkaitan dengan jumlah jam kerja, waktu bersama dengan keluarga, dan waktu bersama anak-anak. Waktu kerja yang panjang menyulitkan karyawan untuk bersama keluarga dan dalam melaksanakan aktifitas di rumah. PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau sebagian besar pekerjanya adalah wanita. Dari 142 orang wanita yang bekerja terdapat 102 orang 71,83 yang telah menikah dan masih memiliki suami dan anak-anak. Dari 102 orang pekerja ada 72 orang 70,6 memiliki usia anak terkecil kurang atau 5 tahun. Mereka bekerja secara full-time dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan 16.00 WIB. Wanita yang bekerja menghabiskan rata-rata 7 sampai 9 jam dalam satu hari atau 42 sampai 54 jam dalam satu minggu di tempat kerja. Jadi mereka hanya memiliki sisa waktu dua pertiga dari wanita yang tidak bekerja. Waktu ini harus ia atur untuk pengasuhan anak, mengurus suami, bersosialisasi dengan keluarga besar Universitas Sumatera Utara dan lingkungan sosial serta untuk mengurus diri sendiri. Peran ini tidak berkurang meskipun mereka bekerja. Konsekuensi yang harus dihadapi adalah terbaginya waktu dan perhatian antara urusan di rumah dan urusan pekerjaan di tempat kerja Hochschid, 1989 dalam Rosiana, 2007. Penyeimbangan tanggung jawab ini dapat menjadi konflik jika tidak sesuai dengan harapan dan akhirnya dapat mengakibatkan stres kerja bagi wanita bekerja, karena selain menghabiskan banyak waktu dan energi, tanggung jawab ini memiliki tingkat kesulitan pengelolaan yang tinggi Triaryati, 2003. Kesulitan lain bertambah dirasakan oleh beberapa karyawan yang memiliki tempat tinggal agak jauh dari perusahaan tempat mereka bekerja, bahkan ada dari antara mereka tinggal di pulau yang berbeda dan harus menggunakan transportasi laut.Banyaknya pesanan barang dari konsumen baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri seperti Malaysia, Singapore dan Hongkong, tidak jarang mengakibatkan para pekerja wanita ini harus bekerja lembur apalagi untuk untuk bulan-bulan tertentu seperti saat menjelang lebaran dan tahun baru imlek. Waktu kerja lembur dimulai pukul 17.00 sampai dengan pukul 21.00 WIB. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya waktu untuk keluarga serta waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga yang masih belum terselesaikan saat berangkat bekerja. Triaryati, 2003 menjelaskan sumber utama konflik peran ganda yang dihadapi oleh wanita bekerja pada umumnya adalah usahanya dalam membagi waktu atau menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan tuntutan keluarganya.Karena itu, ketika seorang wanita bekerja pada saat sudah berkeluarga dan memiliki anak ada baiknya Universitas Sumatera Utara jika semua ini dijalani atas persetujuan bersama dengan suami. Agar tetap dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang ibu dan sebagai pekerja yang baik harus diperhatikan dalam mengatur waktu. Saat berada di tempat kerja, pekerja wanita hendaknya fokus dengan pekerjaannya. Tetapi ketika jam kerja sudah berakhir dan sudah berada di rumah, fokus pekerja wanita adalah di keluarga bukan di pekerjaan lagi. Ini bertujuan mengurangi konflik peran yang dirasakan pekerja wanita yang sudah berkeluarga. 5.2.2. Pengaruh Konflik Peran Berdasarkan Tekananterhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Hasil penelitian menunjukkan dari 102 orang responden, ada sebanyak 56 orang 54,9 yang mengalami konflik peran berdasarkan tekanan tinggi dan ada sebanyak 48 orang 85,7 yang mengalami konflik berdasarkan tekanan mengalami stres kerja tinggi. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan analisis statistik uji Chi Square yang digunakan diperoleh nilai probabilitas pada variabel konflik peran berdasarkan tekanan sebesar 0,001 p0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel konflik peran berdasarkan tekanan dengan variabel stres kerja pada tenaga kerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Ini sejalan dengan penelitian Gustia 2011 pada 73 perawat wanita di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi yang mendapati bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara konflik peran berdasarkan tekanan terhadap stres kerja. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya berdasarkan hasil uji multivariat dengan uji regresi logistik berganda variabel konflik peran berdasarkan tekanan juga berpengaruh terhadap variabel stres kerja p ˂0,05 . Ini berarti stres kerja yang dialami pekerja wanita di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, juga dipengaruhi oleh konflik peran berdasarkan tekanan yang dialami pekerja itu sendiri. Menurut Burke et. al, 1980 dalam Greenhaus dan Beutell, 1985, penggunaan sebagian besar waktu untuk melakukan salah satu peran juga dapat mengakibatkan ketegangan, seperti jam kerja yang panjang serta adanya kerja lembur dapat menyebabkan konflik berdasarkan waktubegitu juga konflik berdasarkan tekanan. Ini terjadi karena wanita secara ilmiah mengandung dan melahirkan anak sehingga tuntutan terhadap kewajiban memelihara anak menjadi lebih kuat dibanding laki-laki. Tuntutan peran keluarga membuat wanita harus lebih banyak memberikan perhatian kepada anak dan suami. Disisi lain tuntutan pekerjaan mereka harus menyelesaikan pekerjaan sesuai yang telah ditargetkan perusahaan sehingga dibutuhkan kecepatan dan ketelitian.Selain itu karena mereka memiliki anak-anak yang masih kecil, sulit mendapatkan orang untuk menjaga dan merawat anak mereka selama bekerja di perusahaan. Belum lagi jika ada dari antara anak-anak yang sakit, membuat mereka cemas selama jam kerja. Tuntutan wanita yang bekerja untuk luwes dalam menyeimbngkan pemenuhan kewajiban dan tugasnya sebagai pekerja dan ibu rumah tangga memungkinkan terjadinya perasaan tertekan dan beban pikiran Triaryati, 2003 . Universitas Sumatera Utara 5.2.3. Pengaruh Konflik Peran Berdasarkan Perilakuterhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan hasil uji bivariat dengan analisis statistik uji Chi Square yang digunakan diperoleh nilai probabilitas pada variabel konflik peran berdasarkan perilaku sebesar 0,001 p ˂0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel konflik peran berdasarkan perilaku dengan variabel stres kerja pada tenaga kerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Ini sejalan dengan penelitian Gustia 2011 pada 73 perawat wanita di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi yang mendapati bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara konflik peran berdasarkan perilaku terhadap stres kerja. Hasil penelitian menunjukkan dari 102 orang responden, ada sebanyak 41 orang 40,2 yang mengalami konflik peran berdasarkan perilaku tinggi dan ada sebanyak 33 orang 80,5 yang mengalami konflik berdasarkan perilaku mengalami stres kerja tinggi. Namun dari 61 orang 59,8 yang mengalami konflik peran berdasarkan perilaku rendah terdapat 28 orang 49,7 yang mengalami stres kerja tinggi. Hal ini karena stres kerja yang dialami pekerja wanita bukan hanya disebabkan oleh konflik peran ganda melainkan dapat juga oleh sebab yang lain. Selanjutnya berdasarkan hasil uji multivariat dengan uji regresi logistik berganda variabel konflik peran berdasarkan perilaku juga berpengaruh terhadap variabel stres kerja p ˂0,05 . Hal ini berarti stres kerja yang dialami pekerja wanita Universitas Sumatera Utara di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, juga dipengaruhi oleh konflik peran berdasarkan perilaku yang dialami pekerja itu sendiri. Saat berada di rumah seorang tenaga kerja wanita dalam berurusan dengan anggota keluarganya yaitu suami, anak-anak dan anggota keluarga lainnya, diharapkan bertindak dengan kehangatan, pengasuhan, peka dan penuh kesabaran. Namun di tempat kerja seorang tenaga kerja wanita diharapkan agresif, logika, dan objektif dalam melakukan tugas-tugas yang ditetapkan perusahaan. Jika pekerja wanita tidak mampu melakukan penyesuaian perilaku maka ia akan mengalami konflik peranGreenhaus dan Beutell, 1985. 5.3. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau 5.3.1. Pengaruh Dukungan Suami terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Hasil penelitianmenunjukkan sebagian besar responden memiliki dukungan sosial yang rendah baik dukungan suami, dukungan atasan maupun dukungan dari rekan kerja.Dari 102 orang responden ada sebanyak 62 orang 60,8 yang memiliki dukungan suami rendah dan ada sebanyak 49 79,0 orang yang memiliki stres kerja tinggi. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan analisis statistik uji Chi Square yang digunakan diperoleh nilai probabilitas variabel dukungan suami sebesar 0,001 p ˂0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan Universitas Sumatera Utara suami dengan variabel stres kerja pada tenaga kerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Ini sejalan dengan penelitian Almasitoh 2011 pada 120 perawat di salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosialdukungan suami, atasan dan rekan kerja dengan stres kerja. Selanjutnya berdasarkan hasil uji multivariat dengan uji regresi logistik berganda variabel dukungan suami berpengaruh terhadap variabel stres kerja p ˂0,05.Hal ini berarti stres kerja yang dialami pekerja wanita di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, dipengaruhi oleh dukungan suami yang dimiliki pekerja itu sendiri. Hasil uji regresi logistik berganda juga menunjukkan dari variabel dukungan sosial dukungan suami, dukungan atasan dan dukungan rekan kerja, dukungan suami yang mempunyai pengaruh paling kuat untuk memengaruhi terjadinya stres kerja pada pekerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang dengan nilai sig=0,003 dan OR sebesar 0,044. Dukungan suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang positif, ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak-anak serta memberikan dukungan moral dan emosi terhadap karir atau pekerjaan istrinya. Di Indonesia, iklim paternalistik yang sangat kuat turut menjadi faktor yang membebani Universitas Sumatera Utara peran ibu bekerja, karena masih terdapat pemahaman bahwa masalah rumah tangga adalah kewajiban sepenuhnya seorang istri. Kebudayaan Melayu yang melekat pada masyarakat Provinsi Kepulauan Riau menganut norma patriarki yaitu keadaan masyarakat yang menempatkan kedudukandan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Masyarakat menganggap bahwa rumah dan anak-anak adalah tanggung jawab wanita. Kondisi ini juga dipicu oleh norma keluarga yang menjadikan laki-laki sebagai pemimpin dan anak-anak yang cenderung lebih dekat dengan ibu. Seorang istri dituntut untuk selalu memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak-anaknya termasuk mengingatkan anak- anaknya untuk pergi ke sekolah, mengaji, melaksanakan shalat, dan juga melarang anak-anaknya melakukan permainan yang berbahaya. Seorang istri juga memiliki tanggung jawab penuh dalam mengurusi kebutuhan pangan di rumah. Akibatnya konflik peran semakin dirasakan oleh kaum wanita yang bekerja daripada laki-laki yang juga bekerja. Dan ini merupakan sumber potensial terjadinya stres kerja. Cinamon et. al. 2002 menjelaskan bahwa jumlah anak, jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengurus rumah tangga dan pekerjaan serta tidak adanya dukungan dari pasangan dan keluarga merupakan pemicu terjadinya konflik pekerjaan-keluarga. Namayandeh 2010 menjelaskan dukungan dari pasangan hidup dalam hal pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak menyebabkan konflik keluarga tidak akan menjadi masalah besar bagi wanita yang bekerja. Itu berarti bahwa saat dukungan suami tinggi, maka akan berpengaruh negatif terhadap konflik peran ganda, Universitas Sumatera Utara dengan kata lain adanya dukungan suami akan mengurangi konflik peran ganda. Hal ini sejalan dengan penelitian Greenglass et. al. 2006 menyebutkan bahwa dukungan suami merupakan kemampuan suami untuk membantu istri berupa informasi, nasehat, atau sesuatu yang dapat membesarkan hati agar istri lebih aktif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi stres kerja yang berlebihan. Penelitian Cahyolaksono 2008 terhadap staf pengajar dosen perempuan di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang menemukan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial suami dengan stres kerja pada dosen perempuan. Artinya semakin tinggi dukungan sosial suami yang diperoleh maka semakin rendah stres kerja yang dialami. Sebaliknya semakin rendah dukungan sosial suami yang diperoleh maka semakin tinggi stres kerja yang dialami. Penelitian Murtingrum 2005 pada 100 orang guru-guru SMPN kelas 3 di Kabupaten Kendal yang menemukan bahwa ada hubungan negatif dan signifikan antara dukungan sosial dukungan suami, atasan dan rekan kerja dengan stres kerja atau dengan kata lain tingginya dukungan sosial dukungan suami, atasan dan rekan kerja menyebabkan rendahnya stres kerja. Selanjutnya Murtiningrum juga menemukan bahwa dukungan suami memiliki pengaruh yang paling kuat untuk memengaruhi stres kerja pada guru-guru SMPN 3 di Kabupaten Kendal daripada dukungan atasan dan rekan kerja. Universitas Sumatera Utara 5.3.2. Pengaruh Dukungan Atasan terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Hasil penelitian menunjukkandari 102 orang responden ada sebanyak 63 orang 61,8 yang memiliki dukungan atasan rendah. Selanjutnya dari 63 orang 61,8 yang memiliki dukungan atasan rendah tersebut ada sebanyak 53 orang 84,1 memiliki stres kerja tinggi. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan analisis statistik uji Chi Square yang digunakan diperoleh nilai probabilitas variabel dukungan atasansebesar 0,001 p ˂0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan atasan dengan variabel stres kerja pada tenaga kerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Ini sejalan dengan penelitian Almasitoh 2011 pada 120 perawat di salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosialdukungan suami, atasan dan rekan kerja dengan stres kerja. Hasil uji multivariat dengan uji regresi logistik berganda menunjukkan variabel dukungan atasan berpengaruh terhadap variabel stres kerja p ˂0,05. Hal ini berarti stres kerja yang dialami pekerja wanita di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, dipengaruhi oleh dukungan atasan yang dimiliki pekerja itu sendiri. Rendahnya dukungan atasan yang dirasakan pekerja wanita disebabkan karena komunikasi yang kurang antara atasan dan pekerja baik tentang masalah yang Universitas Sumatera Utara menyangkut pekerjaan maupun masalah pribadi pekerja. Ini terjadi karena banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan baik oleh atasan maupun tenaga kerja wanita. Atasan dengan kewajiban pengawasan terhadap kuantitas dan kualitas produksi serta tugas-tugas administrasi lainnya. Sedangkan pekerja wanita dengan kuantitas dan kualitas pekerjaannya sesuai pesanan konsumen. Saat berkomunikasi dengan pekerja, atasan hanya membicarakan sehubungan jumlah produksi dan mutu produksi. Atasan tidak ada waktu untuk secara pribadi dengan pekerja. Selain itu ada keengganan tenaga kerja wanita untuk berkomunikasi dengan atasan baik mengenai masalah-masalah yang menyangkut pekerjaan maupun masalah pribadi dengan alasan risih atau takut salah. Liebermen 1992 dalam Sasayzuch 2009. mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stres. Dukungan dari atasan, salah satu komponen dari dukungan sosial, merupakan efek moderator dalam menurunkan tingkat stres kerja karyawan yang disebabkan adanya konflik peran ganda. Dukungan sosial dari atasan mempunyai pengaruh langsung terhadap stres kerja. 5.3.3. Pengaruh Dukungan Rekan Kerja terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Hasil penelitian menunjukkandari 102 orang responden ada sebanyak 60 orang 58,8 yang memiliki dukungan rekan kerja rendah dan ada sebanyak 48 orang 80,0 memiliki stres kerja tinggi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil uji bivariat dengan analisis statistik uji Chi Square yang digunakan diperoleh nilai probabilitas variabel dukungan rekan kerja sebesar 0,001 p ˂0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan rekan kerja dengan variabel stres kerja pada tenaga kerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Ini sejalan dengan penelitian Almasitoh 2011 pada 120 perawat di salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosialdukungan suami, atasan dan rekan kerja dengan stres kerja. Selanjutnya berdasarkan hasil uji multivariat dengan uji regresi logistik berganda variabel dukungan rekan kerja berpengaruh terhadap variabel stres kerja p ˂0,05. Hal ini berarti stres kerja yang dialami pekerja wanita di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, dipengaruhi oleh dukungan rekan kerja yang dimiliki pekerja itu sendiri. Rendahnya dukungan rekan kerja yang dirasakan pekerja wanita disebabkan karena tidak ada waktu untuk berkomunikasi secara serius baik mengenai masalah pekerjaan maupun masalah-masalah dalam rumah tangga. Ini terjadi karena banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan oleh masing-masing pekerja wanita untuk memenuhi target perusahaan baik jumlah dan mutu produksi agar sesuai dengan pesanan konsumen. Saat jam istirahat mereka memanfaatkan untuk makan siang dan sisa waktu mereka pakai untuk pulang sebentar melihat keluarga bagi pekerja yang tidak terlalu jauh tempat tinggalnya atau berkomunikasi lewat telepon ke rumah bagi Universitas Sumatera Utara pekerja yang memiliki tempat tinggal yang jauh. Dan saat jam kerja berakhir, merekapun buru-buru segera pulang agar secepatnya sampai dirumah sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga. Dukungan sosial yang berasal dari rekan kerja dapat mengurangi perasaan tertekan dan ketidakpuasan pada saat tenaga kerja dihadapkan pada tekanan dan kekakuan dari pekerjaan mereka. Individu yang memiliki persepsi adanya dukungan sosial akan merasa nyaman, diperhatikan, dihargai atau terbantu oleh orang lain. Dukungan sosial yang berasal dari rekan kerja mampu membantu pekerja mendapatkan feedback positif dan peningkatan kemampuan dan keterampilan sehingga lebih tahan terhadap timbulnya stres kerja yang berasal dari konflik peran ganda Murtiningrum, 2005. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

6 52 95

PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA POLISI WANITA Pengaruh Konflik Peran Ganda Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Polisi Wanita Di Polresta Surakarta.

1 18 17

PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA POLISI WANITA Pengaruh Konflik Peran Ganda Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Polisi Wanita Di Polresta Surakarta.

2 7 16

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Wanita Di Pt Pelita Tomangmas Karanganyar.

0 4 17

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Wanita Di Pt Pelita Tomangmas Karanganyar.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA BEKERJA Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Wanita Bekerja.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA BEKERJA Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Wanita Bekerja.

0 2 25

Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013

1 7 23

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013

0 0 11

PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA PT KARWIKARYA WISMAN GRAHA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2013 TESIS

0 0 18