Latar Belakang dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan pesat yang terjadi dalam bidang sosial budaya, baik yang terjadi di dunia maupun Indonesia, sejak akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-21 sekarang telah membawa dampak yang fundamental terhadap berbagai aspek kehidupan.Adanya kemajuan peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemajuan di sektor industri telah mengakibatkan perubahan yang sangat luar biasa. Salah satu bidang yang mengalami perkembangan sangat pesat adalah yang berkaitan dengan peranan wanita Widyatwati dan Mahfuz,2003. Di Indonesia wanita bekerja menunjukkan jumlah yang cukup besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah angkatan kerja wanita yang terdaftar pada tahun 2011 adalah sebesar 47.139.551 juta jiwa, meningkat dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 44.645.753 juta jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitas, pekerja wanita merupakan faktor tenaga kerja yang sangat potensial. Maka tidak mengherankan bila saat ini kita sering menjumpai wanita yang bekerja dan hampir tidak ada lapangan pekerjaan dan kedudukan yang belum dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh dan sebagainya Junita, 2011. Sekarang ini tidak hanya wanita tunggal yang memilih untuk bekerja, tetapi banyak juga wanita yang telah menikah dan mempunyai anak yang bekerja. Keputusan wanita yang berstatus menikah untuk bekerja dikarenakan keinginan untuk 1 Universitas Sumatera Utara mengaktualisasikan diri, menerapkan ilmu yang didapat semasa sekolah dan membantu perekonomian keluarga.Pendapatan ganda diharapkan dapat mencukupi segala kebutuhan keluarga, termasuk biaya pendidikan anak Majid dan Handayani, 2012. Wanita yang bekerja khususnya yang sudah berkeluarga secara otomatis memikul peran ganda.Menjalani dua peran sekaligus peran ganda, sebagai seorang pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga tidaklah mudah. Keluarga menjadi domain pusat yang pentingbagi kehidupan wanita dan pekerjaan menjadi domain lainyang tidak kalah penting. Hal ini berpotensi menimbulkan konflik antara dua peran yang harus dilakukan dalam kedua domain tersebut Alteza dan Hidayati, 2009. Teori peran menjelaskan bahwa konflik peran individu terjadi ketika pengharapan dalam salah satu peran menimbulkan kesulitan dalam peran yang lain Katz dan Kahn, 1978 dalam Judge et. al. 1994. Salah satu bentuk konflik peran adalah konflik peran dalam pekerjaan dan keluarga Judge et. al. 1994 Greenhaus dan Beutell 1985menjelaskan konflik peran ganda merupakan bentuk interrole conflict, peran pekerjaan dan keluarga membutuhkan perhatian yang sama. Seseorang dikatakan mengalami konflik peran ganda apabila merasakan suatu ketegangan dalam menjalani peran pekerjaan dan keluarga. Sumber utama konflik peran ganda yang dihadapi oleh wanita bekerja pada umumnya adalah usahanya dalam membagi waktu atau menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan tuntutan keluarganya Triaryati, 2003. Universitas Sumatera Utara Cinamonet. al. 2002 menjelaskan bahwa jumlah anak, jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengurus rumah tangga dan pekerjaan serta tidak adanya dukungan dari pasangan dan keluarga merupakan pemicu terjadinya konflik pekerjaan-keluarga. Tingkat konflik lebih parah pada wanita yang bekerja secara formal karena mereka umumnya terikat dengan aturan organisasi tentang jam kerja, penugasan atau target penyelesaian pekerjaan Alteza dan Hidayati, 2009. Menurut Triaryati 2003 peran ganda sebagai pekerja maupun ibu rumah tangga mengakibatkan tuntutan yang lebih dari biasanya terhadap wanita yang bekerja, karena terkadang para wanita menghabiskan waktu tiga kali lipat dalam mengurus rumah tangga dibandingkan dengan pasangannya yang bekerja pula. Penyeimbangan tanggung jawab ini cenderung memberikan tekanan hidup bagi wanita bekerja karena selain menghabiskan banyak waktu dan energi, tanggung jawab ini memiliki tingkat kesulitan pengelolaan yang tinggi. Konsekuensinya, jika wanita kehabisan energi maka keseimbangan mentalnya terganggu sehingga dapat menimbulkan stres. Rice 1992 menyatakan seseorang dapat mengalami stres kerja jika urusan stres yang dialami seseorang melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke dalam pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke dalam urusan rumah tangga, dapat juga menjadi penyebab stres kerja. Universitas Sumatera Utara Asmara 2007 mengutip pendapat Robbins 2004 menjelaskan bahwa setiap individu yang mempunyai ragam latar belakang kehidupan pribadi berbeda-beda dapat berpengaruh terhadap timbulnya stres kerja karyawan karena faktor-faktor dalam kehidupan pribadi individu tidak dapat lepas dari lingkungan kerja dimana ia bekerja. Hendrix, at. al. 1994 dalam Triaryati 2003 juga menyatakan bahwa job stress yang diderita karyawan dipengaruhi oleh life stress mereka seperti hubungan dengan pasangan dan anak serta masalah keuangan. Dan job stress dapat menyebabkan kelelahan yang amat sangat, depresi, somatic symtoms, episode flu dan mempengaruhi tingkat kehadiran karyawan ke tempat kerja. Lambert et. al. 2006mengatakan wanita yang bekerja dan berkeluarga akan mengalami konflik ganda yaitu konflik kerja dan konflik peran dalam rumah tangga, dan hal ini menyebabkan wanita istri lebih rentan terkena stres dibanding suami atau pria. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Haynes dan Feinleib 1980dengan objek penelitian ibu rumah tangga yang tidak bekerja, pekerja wanita, dan pria yang sudah berkeluarga menyebutkan bahwa tingkat daily stress pekerja wanita lebih besar dibandingkan dengan daily stress pekerja pria dan ibu rumah tangga. Daily stress pekerja wanita didapat nilai rata-rata sebesar 0,33, pekerja pria rata-rata sebesar 0,29 dan ibu rumah tangga rata-rata sebesar 0,27. Poelmans 2001 menjelaskan beberapa dampak negatif secara individual diantaranya adalah berkurangnya kepuasan baik dalam bekerja maupun dalam kehidupan rumah tangga, ketegangan dan stres pada wanita bekerja, gangguan Universitas Sumatera Utara kesehatan dan ketidakharmonisan hubungan dengan anggota keluarga lain. Sedangkan dari sisi organisasi konflik pekerjaan-keluarga akan mengakibatkan berkurangnya komitmen karyawan pada pekerjaan yang akhirnya dapat mendorong perputaran tenaga kerja yang tinggi pada organisasi. Penelitian Alteza dan Hidayati 2009 dengan subjek penelitian wanita yang bekerja di sektor fomal di Daerah Istimewa Yogyakarta menemukan bahwa konflik pekerjaan-keluarga pada wanita bekerja membawa dampak negatif secara individual pada diri wanita bekerja itu sendiri dalam bentuk gangguan psikologis stres, kelelahan, mudah emosi, konsentrasi berkurang, sering mengeluh, sensitif, pemurung dan kesehatan pusing, otot-otot tegang, sariawan. Dampak negatif juga dirasakan oleh organisasi tempat wanita bekerja terkait dengan produktivitas kerja dan hubungan sosial dengan rekan kerja. Permasalahan dan gangguan yang timbul akibat faktor psikologis pekerja wanita akan memberikan dampak atas kinerjanya. Berbagai masalah psikologis tersebut antara lain adanya perasaan bersalah telah meninggalkan keluarganya untuk bekerja, tertekan karena terbatasnya waktu dan beban pekerjaan yang tinggi serta situasi kerja yang kurang menyenangkan. Keadaan ini akan mengganggu pikiran dan mental karyawan wanita ketika bekerja. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak negatif konflik pekerjaan-keluarga dan stres kerja adalah dengan mengelola sumber-sumber positif yang berada disekitar individu atau dukungan sosial. Quick dan Quick 1984 dalam Almasitoh 2011 menyatakan dukungan sosial dapat bersumber dari jaringan Universitas Sumatera Utara sosial yang dimiliki oleh individu yaitu dari lingkungan pekerjaan seperti atasan, rekan kerja, bawahan,dan dari lingkungan keluarga seperti pasangan, anak, dan saudara. Namayandeh 2010 menjelaskan dukungan dari pasangan hidup dalam hal pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak menyebabkan konflik keluarga tidak akan menjadi masalah besar bagi wanita yang bekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Greenglass et. al. 2006 menyebutkan bahwa dukungan suami merupakan kemampuan suami untuk membantu istri berupa informasi, nasehat, atau sesuatu yang dapat membesarkan hati agar istri lebih aktif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi stres kerja yang berlebihan. PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang adalah perusahaan yang bergerak dibidang garment konveksi yang memproduksi pakaian jadi, khususnya kemeja untuk pria. Berdiri sejak tahun 1990 sesuai dengan Akte pendirian No. 85 pada tanggal 6 Oktober 1990 dengan Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 14 Desember 1998 No. C2-27978-HT-01-04 tahun 1998 dan berlokasi di Jalan Wonosari KM. 7 Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Mempunyai jumlah karyawan sebanyak 155 orang. Dari survei awal yang telah dilakukan peneliti pada bulan Februari 2013, diketahui bahwa sebagian besar pekerja adalah wanita yaitu sebanyak 142 orang. Dari 142 orang wanita yang bekerja terdapat 102 orang yang telah menikah dan masih memiliki suami dan memiliki anak-anak. Mereka bekerjasecara full-time dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 14.00 WIB. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil wawancara lisandengan beberapa karyawan yang telah berkeluarga yang bekerja di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang diperoleh informasi alasan mereka bekerja adalah untuk membantu suami menambah pendapatan agar dapat mencukupi segala kebutuhan rumah tangga.Dari hasil wawancara juga ditemukan ada konflik peran ganda yang dialami pekerja wanita yang sudah menikah.Di rumah sebelum mereka berangkat bekerja, terlebih dahulu berperan sebagai ibu rumah tangga menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan anggota keluarga seperti memasak, mempersiapkan perlengkapan suami untuk bekerja dan anak-anak yang akan berangkat ke sekolah, serta kebutuhan anak yang masih balita yang akan dijaga oleh nenek atau sanak saudara. Setelah itu mereka harus berangkat bekerja sesegera mungkin agar dapat bekerja tepat waktu sesuai jadwal kerja yang telah ditentukan. Di tempat kerja, mereka pun mempunyai komitmen dan tanggung jawab atas pekerjaan yang dipercayakan pada mereka yaitu harus menyelesaikan pekerjaan sesuai yang telah ditargetkan perusahaan.Setelah kembali dari bekerja, mereka pun harus kembali memainkan peranan mereka sebagai ibu rumah tangga mengerjakan pekerjaan rumah lainnya yang belum sempat dikerjakan karena harus buru-buru berangkat bekerja. Banyaknya pesanan barang dari konsumen baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri seperti Malaysia, Singapore dan Hongkong, tidak jarang mengakibatkan para pekerja wanita ini harus bekerja lembur apalagi untuk untuk bulan-bulan tertentu seperti saat menjelang lebaran dantahun baru imlek. Universitas Sumatera Utara Waktu kerja lembur dimulai pukul 17.00 sampai dengan pukul 21.00 WIB. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya waktu untuk keluarga serta waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga yang masih belum terselesaikan saat berangkat bekerja. Kesulitan lain bertambah dirasakan oleh beberapa karyawan yang memiliki tempat tinggal agak jauh dari perusahaan tempat mereka bekerja, bahkan ada dari antara mereka tinggal di pulau yang berbeda dan harus menggunakan transportasi laut. Hal ini mengakibatkan mereka terlebih dahulu mengalami kelelahan di tempat kerja sebelum memulai pekerjaannya sehingga sulit berkonsentrasi ketika bekerja, mudah emosi, dan sering mengeluh. Selain itu karena mereka memiliki anak-anak yang masih kecil, sulit mendapatkan orang untuk menjaga dan merawat anak mereka selama bekerja di perusahaan. Belum lagi jika ada dari antara anak-anak yang sakit, membuat mereka cemas selama jam kerja bahkan ada yang akhirnya tidak masuk atau absen kerja. Pertengkarangan dengan suami pun kerap terjadi seputar permasalahan pengurusan anak, mengingat jika ada anak sakit, sulit untuk mendapatkan izin pulang untuk melihat keadaan anak atau membawanya untuk berobat.Kesulitan dalam manajemen waktu dan rumah tangga membuat beberapa dari antara mereka akhirnya keluar dari pekerjaan, karena memilih untuk lebih berkonsentrasi terhadap keluarga dan memilih profesi lain yang dapat membuat mereka lebih dekat dengan keluarga. Hal ini sejalan dengan informasi sementara yang diperoleh dari bagian sumber daya manusia pada saat melakukan survei pendahuluan bahwa ada beberapa Universitas Sumatera Utara karyawan berpindahkeluar dengan bervariasi alasan misalnya pekerja wanita mengundurkan diri karena tidak ada yang menjaga anak-anak, atau suami meminta untuk berhenti bekerja sebab ibu kesulitan dalam membagi atau menyeimbangkan waktu untuk urusan keluarga dan bekerja. Faktor budaya juga memiliki pengaruh pada kondisi wanita bekerja. Kebudayaan Melayu menganut norma patriarki yaitu keadaan masyarakat yang menempatkan kedudukan dan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Kondisi sosial budaya yang memungkinkan kaum wanita berada dalam sub ordinasi dalam masyarakat dan keluarga. Masyarakat menganggap bahwa rumah dan anak-anak adalah tanggung jawab wanita. Seorang istri atau ibu lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dengan mengerjakan segala tugas atau pekerjaan rumah tangga. Kondisi ini juga dipicu oleh norma keluarga yang menjadikan laki-laki sebagai pemimpin dan anak-anak yang cenderung lebih dekat dengan ibu.Seorang istri dituntut untuk selalu memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak-anaknya termasuk mengingatkan anak- anaknya untuk pergi ke sekolah, mengaji, melaksanakan shalat, dan juga melarang anak-anaknya melakukan permainan yang berbahaya.Seorang istri juga memiliki tanggung jawab penuh dalam mengurusi kebutuhan pangan di rumah. Akibatnya konflik peran semakin dirasakan oleh kaum wanita yang bekerja daripada laki-laki yang juga bekerja. Universitas Sumatera Utara Kesulitan dalam menjalankan peran ganda membuat pekerja wanita sering kali tidak bergairah setelah sampai di tempat kerja dan mereka mengeluhkan mengenai masalah fisik seperti sering sakit kepala, otot-otot tegang, dan gangguan pencernaan. Sementara pada saat mereka bekerja dibutuhkan kecepatan dan ketelitian. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan kajian tentang pengaruh konflik peran ganda dan dukungan sosial terhadap stres kerja pada tenaga kerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

1.2. Permasalahan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

6 52 95

PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA POLISI WANITA Pengaruh Konflik Peran Ganda Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Polisi Wanita Di Polresta Surakarta.

1 18 17

PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA POLISI WANITA Pengaruh Konflik Peran Ganda Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Polisi Wanita Di Polresta Surakarta.

2 7 16

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Wanita Di Pt Pelita Tomangmas Karanganyar.

0 4 17

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Wanita Di Pt Pelita Tomangmas Karanganyar.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA BEKERJA Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Wanita Bekerja.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA BEKERJA Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Wanita Bekerja.

0 2 25

Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013

1 7 23

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013

0 0 11

PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA PT KARWIKARYA WISMAN GRAHA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2013 TESIS

0 0 18