Metode Penelitian Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota Asean Dalam Rangka Menghadapi Asean Economic Community 2015

a Klasifikasi yang didasarkan antara organisasi internasional yang permanen dan tidak permanen, yakni bila klasifikasi didasarkan pada waktu b Klasifikasi didasarkan pada Organisasi Internasional Publik Public International Organization dan Organisasi Internasional Privat Private International Organization atau Non Governmental Organization NGO c Klasifikasi yang didasarkan pada keanggotaannya, organisasi universal, dan organisasi tertutup d Klasifikasi yang didasarkan pada fungsinya

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang menganalisis norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Lebih lanjut lagi, menurut Jhonny Ibrahim, metode penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya 19 18 Ibid, hal. 21. 19 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, malang, 2005, hal. 47 . Melalui metode penelitian hukum normatif, penelitian ini menganalisis norma-norma hukum nasional dan hukum internasional yang terdapat dalam deklarasi, konvensi dan peraturan perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara 2. Sumber Data Penelitian hukum pada umumnya membedakan sumber data ke dalam dua bagian, yaitu data primer yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka. Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yang terdiri dari 20 a Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan, dalam hal ini berupa: : − Perjanjian internasional − Deklarasi − Konvensi-konvensi b Bahan hukum sekunder adalah bahan acuan yang bersumber dari buku-buku, surat kabar, media internet serta media massa lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, seperti; − Karya Ilmiah sarjana − Jurnal-jurnal hukum − Hasil penelitian c Bahan hukum tersier, yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti; − Kamus-kamus − Ensiklopedia 20 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, op.cit, hal 113-114 Universitas Sumatera Utara 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Studi Dokumen atau bahan pustaka merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan content analysis 21 Menurut Berndl Berson, “Content analysis is a research technique for the obyective, systematic and quantitative description of the manifest content of communication.” . Pengertian lain, menyatakan bahwa Studi Kepustakaan Library Research, yaitu studi dokumen dengan mengumpulkan dan mempelajari buku-buku hukum, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bacaan lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. 4. Analisis Data 22 a. Teknik analisis data kuantitatif yaitu menganalisis dengan pengukuran data statistik secara objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel yang menghubungkan antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis kajian isi adalah teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuantitatif dari suatu bentuk komunikasi. Teknik analisis data dapat digolongkan sebagai berikut : 23 21 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 1984, Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 21 22 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Hukum Kualitatif, Remaja Karya, Bandung, 1989, hal. 179 . 23 http:id.m.wikipedia.orgwikiPenelitian_kuantitatif, diakses pada 20 Februari 2014 Universitas Sumatera Utara b. Teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data, mengkualifikasikan berupa huruf, kemudian menghubungkan teori yang berhubungan dengan masalah dan akhirnya menarik kesimpulan untuk menentukan hasil yang mempergunakan pendekatan yuridis dan sosiologis. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif, karena lebih cenderung menggunakan pendekatan teoritis yang lebih mengutamakan dalamnya data daripada jumlahnya. Penelitian ini juga merumuskan masalah dan menyimpulkannya dengan pendekatan yuridis dan sosiologis. 5. Sistematika Penulisan Penelitian skripsi harus disusun secara sistematis agar mempermudah dalam pemahaman mulai dari awal permasalahan hingga pembahasan. Sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab pertama dimulai dari memaparkan latar belakang lahirnya permasalahan hingga mampu dirumuskan ke dalam 3 tiga inti masalah, serta menguraikan tujuan, manfaat, keaslian penelitian dan menjabarkan kerangka teori dan konsep serta metode penelitian. Bab kedua mulai membahas permasalahan yang pertama, yaitu aspek yuridis dan historis dari keberadaan ASEAN sebagai organisasi internasional. Bab ini terdiri dari latar belakang dan tujuan pembentukan ASEAN, struktur organisasi ASEAN, serta peranan ASEAN dalam hukum internasional. Universitas Sumatera Utara Bab ketiga berisi tentang ASEAN Economic Community AEC sebagai bentuk integrasi ekonomi di Asia Tenggara. Bab ini menjelaskan tentang kesepakatan yang lahir di dalam organisasi ASEAN dan tahap- tahap pembentukan konsep ASEAN Economic Community, serta pedoman pelaksanaannya. Bab keempat membahas permasalahan akhir, yaitu kesiapan perangkat hukum nasional indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Bab ini akan memaparkan lebih jelas mengenai keberadaan hukum nasional serta kesiapan hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community. Bab kelima merupakan bab penutup dari skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari jawaban permasalahan yang menjadi objek penelitian dan saran yang berdasarkan hasil dari penelitian. Universitas Sumatera Utara BAB II ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL A. Latar Belakang Pembentukan ASEAN Negara-negara di Asia Tenggara mengenal organisasi regional pada terbentuknya SEATO Southeast Asia Treaty Organization. Organisasi ini sebenarnya merupakan upaya Amerika untuk membendung pengaruh komunis di kawasan Asia sehingga lebih merupakan prakarsa dari luar kawasan Asia Tenggara. Sedangkan organisasi yang dibentuk sepenuhnya oleh negara-negara Asia Tenggara untuk pertama kalinya adalah The Association of Southeast Asia ASA pada 1961 yang beranggotakan Malaysia, Philipina dan Thailand. Tujuan ASA adalah memajukan pertumbuhan ekonomi dan budaya melalui saling kerja sama dan bantu membantu di antara negara-negara anggotanya. 24 Namun organisasi ini tidak bertahan lama karena pecahnya konflik antara Philipina dan Malaysia atas status daerah sabah yang diklaim sebagai bagian dari Philipina. 25 Selain itu dikarenakan tidak cukup banyaknya negara yang tergabung dan terwakili dalam organisasi regional tersebut. 26 Kawasan Asia Tenggara yang saling berdekatan hingga menjadi jalur lalu lintas internasional, membuat kawasan ini menjadi strategis. Demi terjaganya 24 ASA tidak berkembang karena masih adanya pertikaian internal pada sesama negara- negara Asia Tenggara, terutama mengenai status Sabah, dan tidak masuknya Indonesia pada organisasi ini. Huala Adolf, op.cit. hal 125 25 Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan, 2007, Pustaka Belajar, Yogyakarta, hal. 12 26 Huala Adolf, loc.cit Universitas Sumatera Utara stabilitas pada masing-masing negara di kawasan ini maka dianggap perlu untuk mengadakan jalinan kerja sama yang baik dan terus-menerus. Terdapat kekhawatiran negara-negara di Asia Tenggara terhadap ancaman eksternal dan internal di kawasan ini pada tahun 1960-an. 27 Selain itu juga persamaan kedudukan di dalam keanggotaan merupakan salah satu prinsip dalam kerja sama ini, tanpa mengurangi kedaulatan masing- masing anggota. Hal ini dikarenakan, mulai abad ke-16 bangsa-bangsa barat mulai berdatangan dan berebut pengaruh dikawasan ini, satu demi satu negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara menjadi daerah jajahan mereka, kecuali Muangthai sekarang disebut Thailand. Ancaman internal tersebut diantaranya ialah menyebarnya paham komunis di Asia dan konflik yang terjadi antar sesama negara Asia Tenggara. Segi eksternal, dikarenakan kawasan yang strategis, Asia Tenggara rawan menjadi ajang persaingan kepentingan- kepentingan yang datang dari luar. 28 Deklarasi Bangkok merupakan instrumen terpenting bagi ASEAN, karena dalam Preamble Deklarasi menegaskan keinginan negara-negara anggota untuk mendirikan suatu federasi yang kokoh untuk tindakan bersama guna memajukan Melalui Deklarasi Bangkok 1967 yang ditandatangani pada tanggal 8 Agustus 1967, ASEAN Association of Southeast Asian Nations didirikan oleh lima negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia Adam Malik, Malaysia Tun Abdul Razak, Thailand Thanat Khoman, Filipina Narsisco Ramos, dan Singapura Rajaratman. 27 Bambang Cipto, op.cit, hal. 123 28 http:www.psychologymania.com201308latar-belakang-terbentuknya- asean.html?m=1, diakses pada tanggal 23 Februari 2014 Universitas Sumatera Utara kerja sama regional, memperkuat stabilitas ekonomi dan sosial dan untuk memelihara keamanan dari campur tangan pihak luar. 29 Tahun-tahun pertama ASEAN didirikan belum ada suatu kegiatan aktif yang dilakukan, namun hal itu sebenarnya merupakan suatu periode pemantapan saling pengertian dan menghilangkan saling curiga antar anggotanya guna memantapkan kerja sama yang sedang ditumbuhkan. 30 Pada tahap-tahap permulaan itu, ASEAN berhasil menjadikan dirinya sebagai suatu forum tempat negara anggota dapat belajar memahami satu sama lain, berbicara bersama-sama dan menentukan masalah bersama secara sendiri-sendiri dan secara berkelompok. 31 Hingga pada Februari 1976 diadakan pertemuan tingkat tinggi para penguasa ASEAN yang berlangsung di Bali yang menghasilkan 3 tiga kesepakatan penting, yakni 32 1. The Treaty of Amity and Cooperation in South-East Asia : The Treaty Of Amity and Cooperation in South-East Asia TAC perjanjian persahabatan dan kerjasama ditandatangani di Bali pada 24 Februari 1976. Perjanjian ini menegaskan kembali aspirasi dan tujuan pendirian ASEAN, yakni perdamaian, persahabatan dan kerjasama. Ketentuan penting yang dihasilkan dalam TAC adalah kesepakatan dari the high contracting parties negara-negara anggota ASEAN mengenai 29 Huala Adolf, op.cit, hal. 124 30 Sekretariat Nasional ASEAN, ASEAN Selayang Pandang, Departemen Luar Negeri RI, 1991, Jakarta, hal. 2 31 M. Sabir, ASEAN: Harapan dan Kenyataan, 1992, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal. 59 32 Huala Adolf, op.cit, hal. 126-129 Universitas Sumatera Utara pengakuan terhadap prinsip fundamental kerjasama antar negara anggota ASEAN. Prinsip fundamental tersebut adalah: a. Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, prinsip persamaan, integritas wilayah dan identitas nasional semua negara anggota ASEAN; b. Hak setiap negara untuk mengurus bangsanya tanpa campur tangan, subversi atau tekanan; c. Prinsip non-interfensi di dalam urusan dalam negeri negara anggota lain; d. Penolakan atas setiap penggunaan atau ancaman kekerasan; e. Prinsip kerja sama efektif di antara negara anggota; f. Penyelesaian sengketa secara damai. 2. Declaration of ASEAN Concord The Declaration of ASEAN Concord Deklarasi Kesepakatan ASEAN yang ditandatangani di Bali pada tanggal 24 Februari 1976 Deklarasi 1976 memuat ketentuan yang lebih detil mengenai tujuan- tujuan dalam Deklarasi ASEAN 1967. Deklarasi 1976 ini juga mengesahkan suatu program aksi sebagai kerangka kerjasama ASEAN. Perkembangan terakhir, Declaration of ASEAN Concord kembali dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu ASEAN Concord atau Bali Concord Universitas Sumatera Utara II 33 pada 7 Oktober 2003 dan ASEAN Concord atau Bali Concord III 34 Contoh hasil kerja sama di bidang politik dan keamanan yang sudah terjadi di Asia Tenggara antara lain, penyelenggaraan kerja sama untuk menjaga stabilitas keamanan kawasan wilayah Asia Tenggara, pelepasan tuntutan kepemilikan atas wilayah Sabah oleh Filipina kepada Malaysia, dan penandatanganan kesepakatan tentang Asia Tenggara sebagai kawasan bebas nuklir. pada KTT ASEAN ke-19 di Bali, 17 November 2011. Tujuan yang hendak dicapai antara lain mengharmonisasikan pandangan para negara anggota. Apabila memungkinkan, Deklarasi juga mengupayakan suatu tindakan aksi bersama dalam menghadapi masalah- masalah di bidang politik. 35 Dalam kerja sama ekonomi, Deklarasi membuka kemungkinan kerja sama di bidang komoditi, khususnya di bidang makanan dan energi serta kerja sama di bidang proyek-proyek industri ASEAN, dan Deklarasi mensyaratkan dilakukannya suatu kajian guna membuka kemungkinan kerja sama di bidang hukum, termasuk kemungkinan ditandatanganinya kerja sama ekstradisi ASEAN. 33 Bali Concord II mengacu pada penerapan kesempatan dalam bidang membangun dan mengembangkan integrasi regional yang saling menguntungkan satu sama lain antar negara anggota dan bertekad untuk menjamin terciptanya stabilitas dan keamanan Asia Tenggara itu sendiri dari segala macam pengaruh dan campur tangan asing. Lebih lanjut dapat dilihat di http:www.seniberpikir.comasean-perbedaan-bali-concord-ii-dan-iii, diakses pada tanggal 23 Februari 2014 34 Bali Concord III lebih mempertegas dan memperluas bagaimana ASEAN yang merupakan salah satu organisasi internasional yang sukses menerapkan partisipasi dan kontribusi yang dimiliki terhadap dunia global. Ibid 35 http:pengertianadalahdefinisi.blogspot.com2014kerjasams-negara-negara-asia- tenggara.html?m=1, diakses pada tanggal 23 Februari 2014 Universitas Sumatera Utara menekankan pentingnya upaya bersama guna mencapai pengaturan preferensi perdagangan dan upaya untuk meningkatkan akses ke pasar di luar ASEAN. Deklarasi juga menegaskan perlunya suatu pendekatan bersama untuk menghadapi masalah komoditi internasional dan masalah ekonomi dunia lainnya. Mengenai proyek industri bersama, telah dilaksanakan beberapa proyek, antara lain pendirian pabrik pupuk urea di Indonesia Provinsi NAD dan di Malaysia, pendirian pabrik tembaga di Filipina, proyek abu soda di Thailand dan proyek vaksin di Singapura. 36 Kerja sama ASEAN di bidang sosial juga diiringi dengan perkembangan kebudayaan. Committee On Social Development COSD adalah badan yang menaungi kerja sama ASEAN di bidang sosial dan budaya. Beberapa programnya, antara lain program peningkatan kesehatan, pertukaran budaya dan seni termasuk festival film ASEAN, penandatanganan kesepakatan bersama di bidang pariwisata ASEAN Bidang sosial, Deklarasi mengharapkan suatu tindakan bersama untuk mengakselerasi pembangunan kelompok-kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah dan penduduk kurang maju. Bidang sosial ini juga mensyaratkan kerja sama lebih intensif dalam menangani masalah penyalahgunaan narkotika dan lalu lintas di bidang obat-obatan terlarang. 36 Ibid Universitas Sumatera Utara Tourism Agreement ATA dan penyelenggaraan pesta olahraga SEA- Games. 37 3. Agreement of Establishment of the Permanent Secretariat Bidang keamanan regional, Deklarasi menyetujui kelanjutan kerjasama bukan atas dasar kerja sama ASEAN antara negara anggota ASEAN sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bersama. Deklarasi tidak dengan tegas menyatakan digunakannya ketentuan “kerja sama bukan atas dasar kerja sama ASEAN cooperation on a non-ASEAN basis. Alasan yang dapat diterima adalah karena memang sejak awal ASEAN bukan organisasi regional yang bergerak di bidang kerja sama keamanan atau militer. The Agreement of Establishment of The Permanent Secretariat Perjanjian Pembentukan Sekretariat Tetap ASEAN ditandatangani pada tanggal 24 Februari 1976 di Bali. Perjanjian ini mendirikan suatu Sekretaris Jenderal Secretary General ASEAN yang tugasnya mengkoordinasikan fungsi-fungsi sekretaris-jenderal nasional ASEAN yang didirikan oleh Deklarasi ASEAN 1967. Perjanjian ini juga menetapkan tiga biro di bawah sekretariat tetap, yakni di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sosial dan budaya. Menindaklanjuti perjanjian ini, seseorang Secretary General 37 Ibid Universitas Sumatera Utara ditunjuk pada bulan Juni 1976 dan Sekretariat ASEAN didirikan oleh perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 Desember 1969. Suatu dana untuk ASEAN ditetapkan oleh suatu perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 Desember 1969. Dana ini terdiri dari satu jumlah yang disepakati oleh setiap negara anggota. Dana ini digunakan untuk membiayai, antara lain, proyek-proyek ASEAN yang disetujui.

B. Tujuan Pembentukan ASEAN

Dokumen yang terkait

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

4 105 139

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 10

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 2

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 21

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 1 21

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 7

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 1

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 13

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 54

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 4