Latar Belakang Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota Asean Dalam Rangka Menghadapi Asean Economic Community 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum internasional yang ada pada saat ini memiliki peranan yang sangat efektif dalam mengatur kehidupan serta pergaulan masyarakat internasional. Berkembangnya hukum tersebut tidak terlepas dari subjek-subjek atau para pelakunya. Sejak awal lahirnya hukum internasional, negara merupakan subjek hukum utama dan satu-satunya yang ada, namun seiring perkembangan zaman melalui munculnya teori-teori baru ataupun konflik yang lahir, maka lahirlah beberapa subjek hukum internasional. Salah satu subjek hukum internasional ialah organisasi internasional. Selayaknya kehidupan bermasyarakat, maka negara pun tidak dapat berdiri sendiri, sehingga negara perlu untuk bergaul dengan negara lain. Kebutuhan untuk memperluas pergaulan sebuah negara dengan negara lain diiringi dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi pengangkutan, komunikasi dan informasi. Berkumpulnya negara-negara dalam satu pergaulan dengan kepentingan untuk memenuhi kebutuhan tertentu dibalut dalam satu kelompok yang biasa disebut organisasi internasional. Disamping dibentuknya organisasi internasional ini, pada waktu yang sama juga berkembang organisasi-organisasi pemerintah NGOs 1 1 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, 2008, P.T. Alumni, Bandung, hal: 459 , sebagai contoh ialah organisasi non-pemerintah yang sangat terkenal pada awal abad ke-20, yaitu International Committee of The Red Cross. Universitas Sumatera Utara Organisasi internasional yang paling mendunia yang sangat diakui keberadaannya secara internasional ialah Persatuan Bangsa-Bangsa PBB. PBB adalah organisasi yang dibentuk akibat dari kegagalan Liga Bangsa-Bangsa LBB dalam usahanya untuk mengakhiri peperangan dan mendamaikan dunia. Persatuan Bangsa-Bangsa PBB didirikan di San Fransisco pada 24 Oktober 1945. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi, perlindungan sosial, hak asasi dan pencapaian perdamaian dunia 2 Organisasi terbesar yang dimasuki Indonesia adalah Persatuan Bangsa- Bangsa PBB dimana organisasi tersebut beranggotakan hampir seluruh negara merdeka di dunia. Indonesia resmi menjadi negara anggota PBB ke-60 pada tanggal 28 September 1950, yang ditetapkan dengan revolusi Majelis Umum PBB Nomor ARES491 V tentang Penerimaan Republik Indonesia dalam keanggotaan di Perserikatan Bangsa-Bangsa, kurang dari satu tahun setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag . Indonesia sebagai sebuah negara yang juga merupakan salah satu subjek hukum internasional, dapat melakukan hubungan dengan negara lain. Selain itu, dengan status Indonesia sebagai negara berkembang, maka dianggap penting bagi Indonesia untuk melakukan perjanjian atau kesepakatan dengan negara lain, bahkan untuk menjadi negara anggota dari sebuah organisasi internasional. 3 2 http:id.m.wikipedia.orgwikiPerserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses pada tanggal 18 Februari 2014 3 http:id.m.wikipedia.orgwikiindonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses pada tanggal 18 Februari 2014 . Universitas Sumatera Utara Keanggotaan sebuah negara dalam suatu organisasi internasional harus didasari oleh cita-cita dan tujuan bersama serta memiliki konsep pemikiran atau adanya kepentingan yang membuat sebuah negara memasuki organisasi tersebut. Hal ini dibuktikan oleh Indonesia, pada saat PBB meresmikan keberadaan Malaysia sebagai negara anggota Dewan Keamanan PBB pada tahun 1964, Indonesia merasa hal tersebut tidak menguntungkan negaranya, sehingga pada saat itu Presiden Soekarno menyatakan Indonesia keluar dari keanggotaan PBB dan oleh Soeharto, Indonesia masuk kembali pada 28 September 1966 menjadi anggota PBB untuk melanjutkan kerjasama penuh dengan PBB, dan untuk melanjutkan partisipasinya dalam sesi ke-21 sidang Majelis Umum PBB 4 ASEAN secara intensif menyepakati berbagai kesepakatan dalam bidang ekonomi, diawali dengan kesepakatan Preferential Tariff Arrangement PTA pada tahun 1977 . Organisasi dengan ruang lingkup terdekat yang melibatkan Indonesia sebagai negara anggotanya ialah ASEAN Association of South East Asian Nations yang merupakan organisasi bagi negara-negara di Asia Tenggara. ASEAN terbentuk melalui Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967, yang melahirkan berbagai kesepakatan serta kerja sama antar negara anggotanya. 5 4 http:id.answers.yahoo.comquestionindex?qid=20130304061948AAfiNuf, diakses pada tanggal 18 Februari 2014 5 Departemen Perdagangan RI, Menuju ASEAN Economic Community 2015, Departemen Perdagangan, Jakarta, hal. 3 . Perjanjian tersebut mengarah kepada keterbukaan dalam bidang perdagangan di daerah Asia Tenggara. Perdagangan yang dimaksud adalah perdagangan yang bebas tarif pajak untuk memberikan keuntungan bagi para pedagang yang berasal dari negara-negara di ASEAN. Namun, sistem PTA tidak Universitas Sumatera Utara memberikan banyak manfaat untuk mengembangkan perdagangan di antara negara anggota ASEAN 6 Pada Konferensi Tingkat Tinggi KTT IX ASEAN di Kuala Lumpur, Desember 2005, kepala negarapemerintah ASEAN bersepakat untuk menyusun rancangan sebuah piagam agar ASEAN jadi suatu organisasi berdasar hukum dan peraturan hukum legally based yang memiliki legal personality . Tidak berhenti pada PTA saja, ASEAN terus membuat kesepakatan dalam bidang ekonomi demi memajukan perekonomian regional, salah satu yang paling menonjol ialah ASEAN-China FTA Free Trade Area pada tahun 2004 yang merupakan kerja sama pertama negara di luar ASEAN dalam bidang ekonomi. 7 ASEAN Charter menjadi dasar hukum untuk integrasi sub-kawasan sebagai kesatuan yang dilandaskan dengan 3 tiga pilarnya, yaitu: 1 komunitas politik; 2 komunitas ekonomi; 3 komunitas sosial budaya . Rancangan tersebut akhirnya menghasilkan ASEAN Charter Piagam ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi KTT 19-22 November 2007 di Singapura. 8 Menguatnya eksistensi ASEAN sebagai suatu organisasi yang sangat berperan dalam perkembangan perekonomian Asia Tenggara dan berdasarkan ASEAN Charter yang telah dibentuk, membuat ASEAN perlu untuk melakukan tindakan yang lebih nyata sebagai aksi berkelanjutan dari AFTA Asian Free . Ketiga pilar tersebut menjadi pendorong terbentuknya komunitas ASEAN. 6 Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, 2005, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 134 7 http:www.infoanda.comfollowlink.php?lh=C1MEAAVSBgAL, diakses pada tanggal 18 Februari 2014 8 http:hazpohan.blogspot.com201010implikasi-terbentuknya-asean- komunitas.html?m=1, diakses pada tanggal 18 Februari 2014 Universitas Sumatera Utara Trade Area untuk mencapai perdagangan yang bebas dibuktikan dengan adanya kesepakatan untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community AEC 2015 sebagai bentuk integrasi ekonomi ASEAN. Suatu landasan produksi yang terintegrasi akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi pembagian kegiatan industri di ASEAN dan dengan demikian menciptakan kesempatan bagi efisiensi industri yang lebih besar dan cost competitiveness dalam rangkaian pilihan produk dan jasa yang lebih besar pula 9 . ASEAN Economic Community AEC 2015 merupakan wadah terbesar dan membuka sebesar-besarnya peluang bagi seluruh negara anggota ASEAN, khususnya Indonesia untuk mengembangkan perekonomian dan perdagangan menuju arah yang lebih baik. Namun, dengan adanya keterbukaan pasar yang terjadi di anatara negara, tidak tertutup kemungkinan terjadinya persaingan yang menimbulkan konflik di masa yang akan datang. Hal inilah yang membuat ASEAN perlu untuk membuat pedoman pelaksanaan ASEAN Economic Community AEC 2015 serta penerapannya terhadap regulasi hukum nasional Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penting untuk dibahas mengenai pelaksanaan ASEAN Economic Community AEC 2015 dan pengaturannya dalam hukum nasional Indonesia. 9 C.P.F. Luhulima, Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 40-41. Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

4 105 139

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 10

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 2

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 21

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 1 21

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 7

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 1

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 13

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 54

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 4