3. Dewan Komunitas ASEAN ASEAN Community Councils yang terdiri
dari tiga pilar komunitas ASEAN, yaitu i Dewan Komunitas Politik- Keamanan ASEAN ASEAN Political-Security Community Council, ii
Dewan Komunitas Ekonomi ASEAN Economic Community Council, iii Dewan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN Socio-Cultural
Community Council 4.
ASEAN Sectoral Ministerial Bodies merupakan badan di bawah koordinasi ASEAN Community Councils sesesuai dengan masing-masing
pilar dalam Masyarakat ASEAN. Badan ini akan melakukan kerja sama di masing-masing sektor dan mengimplementasikan keputusan-keputusan
KTT ASEAN 5.
Committee of Permanent Representatives to ASEAN, merupakan komite wakil tetap ASEAN yang terdiri dari wakil tetap negara ASEAN pada
tingkat duta besar dan berkedudukan di Jakarta 6.
Sekretariat Jenderal ASEAN yang dibantu oleh 4 empat orang wakil Sekretaris Jenderal dan Sekretariat ASEAN
7. ASEAN National Secretariats, yang dipimpin oleh pejabat senior untuk
melakukan koordinasi internal di masing-masing negara ASEAN
D. Kedudukan ASEAN Sebagai Organisasi Internasional Menurut
Hukum Internasional Yang Berlaku
Suatu organisasi internasional yang telah mampu menunjukkan kemandiriannya, berarti organisasi tersebut telah memiliki kepribadian hukum
Universitas Sumatera Utara
internasional internasional legal personality.
51
Seorang sarjana hukum internasional, Ian Brownlie, mengemukakan pandangannya tentang kualifikasi
dari suatu organisasi internasional yang sudah memiliki international legal personality, yaitu
52
a A permanent association of states, with lawful objects, equipped with
organs; organisasi internasional itu merupakan suatu persekutuan antara negara-negara yang bersifat permanen dengan tujuan yang sesuai atau
tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, serta dilengkapi dengan organ-organnya;
:
b A distinction, in terms of legal powers and purposes, between the
organisation and its member states; adanya suatu pemisahan atau pembedaan dalam kewenangan hukum maupun maksud dan tujuan dari
organisasi internasional itu sendiri pada satu pihak dengan negara-negara anggotanya;
c The existance of legal power exercisable on the international plane and
not solely within the system of one or more states; adanya suatu kekuasaan hukum yang dapat dilaksanakan oleh organisasi internasional itu sendiri,
tidak saja dalam hubungannya dengan sistem hukum nasional dari satu atau lebih negara-negara, tetapi juga pada tingkat internasional.
Berdasarkan kualifikasi di atas, ASEAN sebagai suatu organisasi internasional sudah dapat dikategorikan memiliki kepribadiankedudukan hukum.
Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
51
I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, 2003, Mandar Maju, Bandung, hal. 105
52
I Wayan Parthiana, ibid, hal. 106
Universitas Sumatera Utara
Pertama, Jika dilihat dari kualifikasi organisasi internasional adalah kumpulan dari negara-negara permanen yang sesuai dengan hukum internasional
yang berlaku dan memiliki organ, maka ASEAN merupakan organisasi internasional antar-negara atau antar-pemerintah inter-governmental
organisationIGO yang didirikan oleh para anggotanya, yang terdiri dari 5 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. ASEAN juga
memiliki anggota yang tetap, keanggotaan ASEAN terbuka bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya dengan syarat bahwa negara calon anggota dapat
menyetujui dasar-dasar dan tujuan organisasi ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi ASEAN.
53
ASEAN didirikan untuk mencapai tujuan yang dapat dibenarkan berdasarkan hukum yang berlaku, baik hukum internasional maupun hukum
nasional negara-negara anggotanya. Sesuai dengan ketentuan tersebut, maka keanggotaan ASEAN yang
semula hanya terdiri dari lima negara yang merupakan negara pendiri mengalami penambahan, pada tahun 1987 Brunei Darussalam meresmikan dirinya sebagai
negara keenam anggota ASEAN setelah kemerdekaan negara tersebut, negara anggota ketujuh ditempati oleh Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995. Laos dan
Myanmar menjadi negara anggota ASEAN kedepalan dan kesembilan pada tanggal 23 Juli 1997, diikuti oleh Kamboja pada 16 Desember 1998.
54
53
Sekretariat Nasional ASEAN, op.cit, hal. 7
54
I Wayan Parthiana, op.cit, hal. 107
Untuk mencapai tujuannya, ASEAN telah merumuskan hal-hal sebagai pedoman pelaksanaannya pada Deklarasi Bangkok
dan Piagam ASEAN. Selain itu, ASEAN juga telah dilengkapi dengan organ-
Universitas Sumatera Utara
organ struktur kelembagaan yang menjalankan mekanisme organisasi demi tercapainya tujuan tersebut.
Kedua, berkaitan dengan kualifikasi yang memerlukan adanya pemisahan atau pembedaan kewenangan hukum, demi menghindari adanya tumpang tindih
dalam pelaksanaannya serta demi membedakan dan memisahkan hak dan kewajiban maupun tanggung jawab dalam hubungannya dengan pihak ketiga,
maka perlu adanya pemisahan atau pembedaan antara kekuasaan atau kewenangan hukum legal power atau legal authority.
Ketiga, sejalan dengan kulifikasi yang kedua maka organisasi dapat berjalan secara mandiri melakukan hubungannya dengan organisasi lain hingga
skala internasional, maka adanya struktur kelembagaan ASEAN serta dasar pelaksanaan organisasi tersendiri yang tercantuk dalam perjanjian-perjanjian atau
deklarasi-deklarasi antar negara ASEAN, membuktikan bahwa ASEAN mampu memisahkan seluruh kepentingan organisasi dengan kepentingan negara secara
pribadi. Hal tersebut membuat ASEAN dapat bertindak secara mandiri dalam hubungan-hubungan internasional tanpa intervensi negara-negara anggotanya.
Kepribadian hukum internasional dari suatu organisasi internasional tidak begitu mudah untuk diukur berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Ian
Brownlie di atas, hal ini dikarenakan tingkat integrasi antara negara-negara anggotanya sendiri yang berbeda-beda dalam setiap organisasi internasional,
terutama organisasi regional.
55
55
I Wayan Parthiana, op.cit, hal 108
Universitas Sumatera Utara
Kenyataannya, ASEAN merupakan organisasi yang tampak masih longgar atau kurang solid. Namun, setelah 40 tahun berdirinya ASEAN, bentuk kerja sama
regional semakin diperkuat dan bertransformasi dengan ditandatanganinya Piagam ASEAN oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-13, 20
November 2007. Transformasi mendasar yang dilakukan oleh Piagam ASEAN adalah memberikan legal personality kepada ASEAN. Adanya identitas tersendiri
bagi ASEAN yang terpisah dari status negara anggotanya membuat ASEAN beraktivitas dan membuat perjanjian atas namanya dan dapat pula menuntut dan
dituntut secara hukum.
56
Piagam ASEAN merupakan konstitusional yang memuat tentang norma- norma, penegasan tentang kedaulatan, hak-hak dan kewajiban-kewajiban dan
sejumlah kekuasaan-kekuasaan dalam proses legislatif, eksekutif dan yudisial. Piagam ASEAN menegaskan bahwa negara-negara anggota mampu mengadopsi
nilai-nilai demokrasi dan penghormatan akan HAM termasuk hak-hak sipil dan politik. Piagam ASEAN mempunyai standar yang cukup ideal untuk perlindungan
HAM berdasarkan perjanjian internasional. Piagam ASEAN sebagai dokumen konstitusional memuat beberapa elemen yang sangat penting antara lain
57
1. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN adalah organisasi internasional
yang memiliki kepribadian hukum internasional, dengan demikian ASEAN mampu melaksanakan hak dan kewajiban di tingkat
internasional; :
56
Bank Indonesia, op.cit, hal. 14
57
http:www.academia.edu5141396EFEKTIVITAS_PIAGAM_ASEAN_ASEAN_CH ARTER_BAGI_ASEAN_SEBAGAI_ORGANISASI_INTERNASIONAL, diakses pada tanggal
23 Februari 2014
Universitas Sumatera Utara
2. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN memiliki tujuan-tujuan, fungsi- fungsi dan kewenangan-kewenangan seperti organisasi internasional
lainnya. Dengan kata lain, Piagam ini akan mengubah ASEAN menjadi into a rulesbased organization;
3. Pembentukan mekanisme legislatif, the rule-making mechanismorgans and procedures di dalam ASEAN;
4. Pembentukan sebuah mekanisme eksekutif atau organ yang bertugas untuk melaksanakan serta memonitoring pelaksanaan peraturan-
peraturan dan keputusan-keputusan organisasi; 5. Pembentukan mekanisme judicial dan quasi judicial yang berfungsi
untuk menginterpretasikan dan melaksanakan setiap peraturan dan keputusan yang dikeluarkan oleh ASEAN;
6. Secara langsung Piagam ASEAN akan membantu untuk mendorong dan memperkuat penataan terhadap perjanjian-perjanjian ASEAN oleh
negara anggotanya dan secara tidak langsung dapat meningkatkan sense of region di antara pemerintah ASEAN.
Suatu organisasi internasional yang dibentuk melalui suatu perjanjian dengan bentuk “instrumen pokok” apapun akan memiliki suatu personalitas
hukum di dalam hukum internasional.
58
58
Pembentukan ASEAN sebagai organisasi internasional telah dilakukan di bawah hukum internasional. Bangkok Declaration
1967, Kuala Lumpur Declaration 1971, Declaration of the ASEAN Secretariat 1976, dan Treaty of Amity and Cooperation TAC 1976, semuanya adalah
http:rephoyt.blogspot,com201109.organisasi-internasional-sebagai- subjek_06.html?m=1, diakses pada tanggal 23 Februari 2014
Universitas Sumatera Utara
persetujuan-persetujuan internasional antara kelima negara anggotanya yang mengikat secara hukum internasional.
59
Sebagai sebuah keputusan atau resolusi atau deklarasi, maka ia mengikat terhadap negara-negara anggotanya. Pada ASEAN, sepanjang menyangkut
keputusan dari organisasi internasional regional yang tingkat integrasi dan kerja sama antara negara-negara anggotanya dalam kerangka organisasi internasional
tersebut, tampak cukup baik dan intensif, maka dapat dikatakan keputusan- keputusannya itu mengikat sebagai hukum bagi para anggotanya. Apabila para
anggotanya ada yang bersengketa mengenai suatu masalah yang sudah diatur di dalam keputusan organisasi internasional itu, penyelesaian sengketa tersebut baik
oleh suatu badan peradilan ataupun di kalangan intern atau di dalam organisasi internasional itu sendiri, badan peradilan ataupun para pihak dapat mencari dan
menerapkan norma hukum yang terkandung di dalam keputusan organisasi internasional tersebut.
60
Treaty of Amity and Cooperation TAC yang ditandatangani di Bali pada KTT pertama ASEAN tahun 1976 sering disebut sebagai wujud dari nilai-nilai
global yang mendasari pembentukan organisasi regional.
61
59
Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, 1997, Alumni, Bandung, hal. 85
60
I Wayan Parthiana, ibid, hal. 296
61
Bambang Cipto, op.cit. hal 23
Hal ini sejalan dengan pendapat Acharya, ada beberapa norma dasar yang tumbuh dalam proes evolusi
ASEAN selaku organisasi regional. Terdapat paling tidak empat norma dan
Universitas Sumatera Utara
prinsip yang melandasi kehidupan ASEAN, yang dapat diuraikan sebagai berikut
62
1. Menentang Penggunaan Kekerasan dan Mengutamakan Solusi Damai
:
Berakhirnya konfrontasi dan keikutsertaan Indonesia dalam pembentukan ASEAN merupakan blessing in disguise bagi pembentukan
norma hubungan antarnegara yang menentang penggunaan kekerasan no- use of force. Walaupun konfrontasi menciptakan ketegangan luar biasa,
keputusan Soeharto untuk menghentikan konfrontasi tersebut melegakan negara-negara tetangga dan memuluskan jalan menuju pembentukan
organisasi regional yang menentang prinsip penggunaan kekerasan dalam membangun hubungan sesama anggota. Di samping itu, pembentukan
ASEAN pada hakikatnya membuka jalan bagi Indonesia untuk mendapatkan pengaruh tanpa harus menggunakan kekerasan
2. Otonomi Regional
Prinsip otonomi regional lahir karena adanya akesepakatan antar negara anggota ASEAN bahwa sebagai organisasi internasional yang
masih muda, ASEAN tidak mungkin menolak sepenuhnya pengaruh negara-negara besar di kawasan Asia Tenggara sebagaimana yang
dikatakan Lee Kuan Yew, negara-negara ASEAN paling tidak dapat meminta negara-negara besar untuk memperhatikan kepentingan mereka
bukan sebagai negara tetapi sebagai organisasi regional. Dengan demikian,
62
Bambang Cipto, loc.cit
Universitas Sumatera Utara
ASEAN dapat lebih leluasa menumbuhkan dan mengembangkan harapan mereka selaku organisasi otonom.
Selain itu, prinsip otonomi regional juga dipengaruhi oleh perubahan-perubahan global yang mengarah pada kebutuhan masing-
masing negara di kawasan Asia Tenggara untuk mengembangkan politik luar negeri mandiri dan tidak tergantung sepenuhnya pada dukungan
negara-negara besar. 3.
Tidak Mencampuri Urusan Internal Negara Anggota Lain Prinsip tidak mencampuri urusan negara lain atau doctrine of non-
interference merupakan salah satu pondasi paling kuat menopang kelangsungan regionalisme ASEAN. Berlandaskan pada doktrin ini,
ASEAN dapat memelihara hubungan internal sehingga menutup pintu bagi konflik militer antar negara ASEAN.
Sudut pandang negara anggota ASEAN, doktrin ini muncul sebagai bentuk kesadaran masing-masing negara anggota yang pada
tingkat domestik masih rentan terhadap ancaman internal berupa kerusuhan hingga kudeta. Ancaman komunis di sebagian besar negara
anggota merupakan alasan dasar mengapa negara-negara ASEAN menganggap ancaman domestik lebih berat dibandingkan ancaman luar.
Selanjutnya, Doctrine of Non Interference ini menjadi alasan bagi negara anggota ASEAN untuk : a Berusaha agar tidak melakukan
penelitian kritis terhadap kebijakan pemerintah negara anggota terhadap rakyatnya masing-masing agar tidak menjadi penghalang bagi
Universitas Sumatera Utara
kelangsungan organisasional ASEAN, b Mengingatkan negara anggota lain yang melanggar prinsip tersebut, c Menentang pemberian
perlindungan bagi kelompok oposisi negara anggota lain, d Mendukung dan membantu negara anggota lain yang sedang menghadapi gerakan anti-
kemapanan. 4.
Menentang Pakta Militer, Mendukung Kerja Sama Pertahanan Bilateral Sejak awal pembentukannya para negara anggota ASEAN
cenderung menolak kerja sama militer dalam kerangka ASEAN. Perhatian awal ASEAN adalah pada isu-isu ekonomi dan kebudayaan walaupun isu
keamanan sudah pasti mempengaruhi pembentukan ASEAN, sedangkan dalam isu-isu keamanan ASEAN cenderung mendukung bilateralisme.
Berlakunya Piagam ASEAN maka ASEAN mengalami evolusi dari suatu
asosiasi longgar menjadi rule-based organization dan mempunyai legal
personality. Seluruh isi Piagam ASEAN masih merupakan gambaran dan penjelasan yang bersifat umum, dengan berbagai kata kunci yang komprehensif
sifatnya. Piagam ASEAN memang tidak otomatis akan mengubah banyak hal di ASEAN karena Piagam ASEAN makin mengekalkan kebiasaan lama, misalnya
pengambilan keputusan di ASEAN tetap dengan cara konsensus dan KTT ASEAN menjadi tempat tertinggi pengambilan keputusan jika konsensus tidak
tercapai atau jika sengketa di antara negara anggotanya terjadi. Apabila terjadi sengketa wajib diselesaikan secara damai sesuai dengan Piagam ASEAN dan
TAC. Dengan demikian efektivitas Piagam ASEAN dapat dilihat dari kepatuhan
Universitas Sumatera Utara
dan kesediaan negara-negara anggota ASEAN untuk menerapkan Piagam ASEAN dan hal-hal yang diatur dalam TAC.
63
63
loc.cit
Universitas Sumatera Utara
BAB III ASEAN
ECONOMIC COMMUNITY AEC SEBAGAI BENTUK INTEGRASI EKONOMI ASEAN
A. Kesepakatan ASEAN Dalam Bidang Ekonomi