Regulasi Hukum Nasional Indonesia sebagai Negara Anggota ASEAN

sub-sektor baru tambahan ke sub-sektor lainnya yang sudah disepakati pada tahun 2014. Pemberian fasilitas arus bebas jasa di kawasan ASEAN, juga dilakukan upaya-upaya untuk melakukan pengakuan tenaga profesional di bidang jasa guna memudahkan pergerakan tenaga kerja tersebut di kawasan ASEAN berupa antara lain penyusun Mutual Recognation Arrangements MRAs. Mutual Recognition Arrangements MRA di sektor jasa merupakan perkembangan yang relatif baru dalam kerja sama ASEAN di bidang perdagangan jasa. Sebuah MRA memungkinkan kualifikasi pemasok jasa yang diakui oleh pihak yang berwenang di negara asal mereka untuk juga diakui oleh negara-negara anggota penandatangan lainnya. Hal ini membantu memfasilitasi aliran penyedia jasa profesional di kawasan ini, sejalan dengan ketentuan dan peraturan domestik yang relevan. 144 Fakta menunjukan, akhir tahun 2015 akan menjadi batas waktu bagi Indonesia untuk memasuki masyarakat ekonomi ASEAN yang membuka batas- batas aturan mengenai pajak, tarif dan bea untuk barang dan jasa di kawasan Asia Tenggara. Hadirnya AEC ini juga akan berpengaruh pada banyak sektor, tidak hanya pada sektor perdagangan bebas untuk berbagai produk barang tetapi juga

D. Regulasi Hukum Nasional Indonesia sebagai Negara Anggota ASEAN

dalam Rangka Menghadapi ASEAN Economic Community AEC 2015 144 Ditjen Kementerian Perdagangan Internasional, Ibid, hal. 31 Universitas Sumatera Utara akan berpengaruh terhadap sektor tenaga kerja dan perkembangan teknologi. Nantinya berbagai negara di ASEAN akan dengan bebas bersaing untuk mengisi sektor tenaga kerja di seluruh negara ASEAN. Bagi negara yang memiliki tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan dan kompetensi yang tinggi, ini akan menjadi peluang untuk melakukan ekspansi tenaga kerja ke negara ASEAN lainnya. 145 ASEAN Economic Community AEC 2015 banyak disorot dalam pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa sehingga membawa Indonesia cukup aktif dalam kancah internasional. Walaupun AEC ini dilaksanaan pada tahun 2015 setahun setelah pemilihan umum yang berarti ada individu baru yang akan menjalankannya, namun persiapan menuju AEC 2015 ini sangat penting dalam menentukan posisi Indonesia ke depannya. Sebagai individu pembuat kebijakan, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa sendiri cukup berhasil dalam mengamankan kedudukan Indonesia sebagai negara yang patut diperhitungkan dalam tingkat ASEAN, sementara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selain ikut aktif dalam urusan regional tersebut juga cukup mengurusi persiapan domestik Indonesia. Terbukti dengan beberapa kebijakan yang dibuatnya seperti Inpres RI Nomor 9 Tahun 2013 tentang kebijakan upah minimum dalam rangka keberlangsungan usaha dan peningkatan kesejahteraan pekerja serta Kepres RI Nomor 18 Tahun 2013 tentang kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Batam. Sementara sebagai responnya terhadap wacana perdagangan bebas ASEAN sebagai dasar AEC 2015, Presiden SBY menciptakan peraturan seperti Peraturan Presiden Perpres RI 145 https:www.selasar.compolitikpendidikan-dan-masyarakat-ekonomi-asean, diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2010 tentang pengesahan persetujuan barang ASEAN. Dalam masa pemerintahan SBY pula sektor UKM dan kekhasan daerah mulai mendapat perhatian. 146 Pemerintah telah menyiapkan policy paper tentang Peningkatan Daya Saing Menghadapi MEA 2015. Kebijakan ini disusun oleh Kementerian Koordinator dan Perekonomian selaku AEC Council Indonesia bersama kementerian dan sektor terkait. Policy paper ini difokuskan pada penyiapan daya saing dengan pilar pasar tunggal dan basis produksi regional, yakni sektor perdagangan, jasa dan investasi yang juga dilengkapi dengan rekomendasi berupa Rencana Aksi Peningkatan Daya Saing RAPDS untuk setiap kementeriansektor. Secara khusus, keberadaan regulasi nasional dapat dilihat dari masing- masing sektor prioritas AEC 2015 yang terdiri dari 7 sektor barang, yaitu: agro- based products produk berbasis agro, automotive otomotif, , electronics elektronik, fisheries perikanan, rubber-based products produk berbasis karet, textiles apparels tekstil dan pakaian, wood-based products produk berbasis kayu dan 5 sektor jasa, yaitu: air-travel transportasi udara, e-ASEAN, healthcare kesehatan, tourism pariwisata, logistics services jasa logistik. 147 Untuk pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, sehingga perlu menetapkan peta panduan Road Map. Pada bidang agro based products 146 http:www.academia.edu7210491PLNRI_AEC, diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 147 http:www.hukumonline.comberitabacalt5266278a11557kuatkan-industri-- pemerintah-buat-ipolicy-paper-i, diakses pada tanggal 14 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara produk berbasis agro, Menteri Perindustrian Republik Indonesia pada saat itu, Mohamad S. Hidayat, telah mengeluarkan peta panduan road map mengenai Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Berbasis Agro Tahun 2010- 2014. Industri berbasis agro ini dibagi kedalam beberapa kelompok dengan peraturannya, yaitu 148 148 Buku II Prioritas Industri Berbasis Agro, rocana.Kemenperin.go.id, diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 a Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit, Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 111M-IndPer102009 Tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit; b klaster Industri Kakao Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 113M-IndPer102009 Tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Kakao; c Klaster Industri Pengolahan Kelapa, Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 114M- IndPer102009 Tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kelapa; d Klaster Industri Pengolahan Kopi, Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 115M-IndPer102009 Tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi; e Klaster Industri Gula, Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 116M-IndPer102009 Tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Gula; f Klaster Industri Tembakau, Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 117M-IndPer102009 Tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Hasil Tembakau; g Klaster Industri Pengolahan Buah, Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 118M-IndPer102009 Tentang Peta Panduan Road Universitas Sumatera Utara Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Buah; h Klaster Industri Furniture, Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 119M- IndPer102009 Tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Furniture; i klaster Industri Kertas, Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 121M-IndPer102009 Tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Kertas; j Klaster Industri Pengolahan Susu, Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 122M- IndPer102009 Tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Susu. Penerbitan seperangkat peraturan tersebut diharapkan pelaksanaan pengembangan industri dapat lebih fokus dan menjadi; i Pedoman operasional pelaku klaster industri, dan aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya; ii Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah Provinsi dan KabupatenKota; iii Informasi dalam menggalang partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri. 149 Pada bidang automotive otomotif, Pengamat ekonomi internasional dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Elisabeth Kartikasari menilai, dalam ASEAN Economic Community 2015, Indonesia hanya mengincar pasar otomotif 149 http:id.scribd.comdoc112911840Buku-2-Prioritas-Industri-Berbasis-Agro, diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara semata, namun belum memunculkan produk dalam negeri sendiri untuk bersaing didalamnya. “Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini menjadi basis produksi otomotif. Namun perlu diingat bahwa kendaraan yang diproduksi, dirakit, dan diekspor dari Indonesia seluruhnya adalah merek asing. Ini merupakan ironi, sebab mengapa pemerintah lebih mendukung merek asing untuk meningkatkan jumlah ekspor daripada mendorong merek mobil lokal untuk ikut bersaing dalam AEC?” ujarnya. Memang, prestasi Indonesia di bidang otomotif ASEAN patut diacungi jempol. Namun persaingan pangsa pasar otomotif dengan Thailand bisa dibilang hanya “berebut mahkota semu.” Pasalnya, baik Indonesia maupun Thailand sama- sama menjadi basis produksi produsen otomotif asing, namun juga sama-sama tidak memiliki produk lokal untuk dijadikan sebagai andalan sektor otomotif. 150 Namun sejatinya, sampai saat ini pemerintah belum mengeluarkan regulasi yang jelas tentang mobil nasional. Regulasi yang bisa dibilang mendekati mobil nasional saat ini adalah Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 33M- INDPER72013 yang mengatur tentang pengembangan industri kendaraan roda empat yang hemat energi dan terjangkau, atau saat ini populer disebut Low Cost and Green Car LCGC. Regulasi ini berisikan pemerintah yang memberi keringanan pajak pertambahan nilai barang mewah PPnBM, kepada produsen otomotif yang memproduksi mobil dengan kriteria tertentu, seperti konsumsi BBM minimal 20 150 http:scientiarum.uksw.edu20140701industri-otomotif-indonesia-antara-aec-dan- eksistensi-merek-lokal, diakses pada tanggal 10 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara kilometer per liter, menggunakan bahan baar beroktan RON 92, dan harga jualnya paling tinggi 95 juta rupiah. 151 Pemerintah harus menbuat regulasi yang jelas tentang definisi mobil nasional. Selain itu, pemerintah juga harus membuat pemisahan yang jelas antara LCGC dengan merek mobil lokal. Hal ini agar produsen-produsen mobil lokal bisa memiliki dasar hukum yang jelas soal mobil nasional. Selain regulasi, pemerintah perlu memberikan bantuan kepada produsen mobil lokal, semisal dengan memberi Insentif berupa potongan pajak, bantuan finansial, serta bantuan riset agar merek lokal bisa berkembang. 152 Pada bidang elektronics elektronik, tanggal 25 Maret 2008 pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informasi Depkominfo telah mengesahkan undang–undang baru tentang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE atau cyberlaw-nya Indonesia. Indonesia telah resmi mempunyai undang-undang untuk mengatur orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam dunia maya. Di berlakukannya undang-undang ini, membuat oknum-oknum nakal ketakutan karena denda yang diberikan apabila melanggar tidak sedikit kira-kira 1 miliar rupiah karena melanggar pasal 27 ayat 1 tentang muatan yang melanggar kesusilaan. sebenarnya UU ITE Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik tidak hanya membahas situs porno atau masalah asusila. Total ada 13 Bab dan 54 Pasal yang mengupas secara mendetail bagaimana aturan hidup di dunia maya dan transaksi yang terjadi didalamnya. Sebagian orang menolak 151 Ibid 152 Ibid Universitas Sumatera Utara adanya undang-undang ini, tapi tidak sedikit yang mendukung undang-undang ini. 153 Berdasarkan dari pengamatan para pakar hukum dan politik UU ITE mempunyai sisi positif bagi Indonesia. Misalnya memberikan peluang bagi bisnis baru bagi para wiraswastawan di Indonesia karena penyelenggaraan sistem elektronik diwajibkan berbadan hukum dan berdomisili di Indonesia. Otomatis jika dilihat dari segi ekonomi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain pajak yang dapat menambah penghasilan negara juga menyerap tenaga kerja dan meninggkatkan penghasilan penduduk. Undang-Undang itu juga dapat mengantisipasi kemungkinan penyalahgunaan internet yang merugikan, memberikan perlindungan hukum terhadap transaksi dan sistem elektronik serta memberikan perlindungan hukum terhadap kegiatan ekonomi misalnya transaksi dagang. Penyalahgunaan internet kerap kali terjadi seperti pembobolan situs-situs tertentu milik pemerintah. Kegiatan ekonomi lewat transaksi elektronik seperti bisnis lewat internet juga dapat meminimalisir adanya penyalahgunaan dan penipuan. 154 Pada bidang fisheries perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan arah kebijakan dan strategi pembangunan kelautan dan perikanan melalui Industrialisasi Perikanan. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk serta meningkatkan daya saing berbasis pengetahuan agar mampu bersaing di pasar tunggal ASEAN pada 153 http:bestchildrenofgod.wordpress.comuu-ite-indonesia-dengan-4-negara-asean, diakses pada tanggal 12 Agustus 2014 154 http:herdygooverclock.wordpress.comuu-ite-dengan-5-negara-di-asean, diakses pada tanggal 12 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara tahun 2015. Untuk Pelaksanaan industrialisasi perikanan ini memerlukan dukungan berbagai instansi dan stakeholder terkait, seperti pemerintah daerah, perbankan, perguruan tinggi, Perusahaan Listrik Negara PLN, pelaku usaha termasuk misalnya bagaimana efisiensi dan utilitas Unit Pengolahan Ikan UPI, efisiensi sitem pengangkutan, dan kesiapan baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Mengenai industri perikanan telah Dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 120M-IndPer102009 Tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan yang merupakan regulasi tambahan menindaklanjuti Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta programrencana aksi pengembangan klaster industri Pengolahan Ikan untuk periode 5 lima tahun. Road Map ini dibuat agar tercapai misi pengembangan industri perikanan yang berskala mengengah dan besar, serta meningkatnya ekspor ikan olahan. Selain bidang produk berbasis agro dan perikanan, juga terdapat Rubber- Based Products Produk Berbasis Karet dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 112M-IndPer102009 Tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Karet dan Barang Karet, yang telah mencapai hasil antara lain; i Melakukan koordinasi dalam rangka pengamanan Universitas Sumatera Utara pasokan gas untuk industri sarung tangan karet; ii Pemetaan potensi bahan baku industri pengolahan karet untuk penyusunan profil investasi pengembangan industri hilir karet; ii Telah dilakukan kajian cara pendeteksian dini vulkanisat karet dalam bahan olah karet Bokar; iii Telah diberlakukan SNI wajib untuk produk selang karet sejak 27 Nopember 2007 sesuai SK Menteri Perindustrian Nomor : 92M-INDPer112007, tetapi berhubung kesiapan produsen dalam negeri belum siap maka pemberlakuannya ditunda sampai 1 Juli 2008; iv Telah tersusun konsep standar kompetensi kerja SDM karet dan barang-barang karet oleh BPPI tetapi pada tahun 2008 baru akan dikonvensikan; v Pemetaan potensi pasar dalam negeri dan industri permesinan dalam mendukung pengembangan industri barang karet. Pada bidang jasa perawatan kesehatan health care, Menghadapi ASEAN Economic Community AEC 2015, Kementerian Kesehatan telah menyiapkan sejumlah penguatan regulasi di tanah air, sebagai syarat bagi tenaga kesehatan asing yang ingin bekerja di Indonesia. Jelang AEC regulasi yang mengatur syarat untuk bisa masuknya Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing TKWNA diperketat dan ada beberapa tahapan perizinan juga uji kompetensi yang akan sangat sulit dilalui untuk bisa bekerja di Indonesia, kata Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumberdaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Tritarayati, dalam keterangan persnya, Sabtu 238. 155 155 http:infopublik.kominfo.go.idread87509hadapi-aec-2015-kemkes-perketat- regulasi-tenaga-kesehatan-asing-.html, diakses pada 12 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara Menurutnya, pengetatan regulasi ini untuk menjamin keamanan dan keselamatan masyarakat di berbagai daerah dari praktik-praktik yang bisa merugikan negara. Sejumlah syarat yang digunakan tersebut diantaranya merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2013 tentang pendayagunaan tenaga kesehatan asing. Antara lain, TKWNA harus memiliki sertifikat standar uji kompetensi, harus ada permintaan dari pengguna fasilitas pelayanan kesehatan, dimana pengguna harus melakukan permohonan ke Kementerian Kesehatan RI pemerintah pusat dan harus memenuhi persyaratan- persyaratan yang ditentukan. Selain itu, TKWNA ini harus bisa berbahasa Indonesia, hanya bisa di tipe rumah sakit kelas A dan kelas B yang telah terakreditasi atau fasilitas pelayanan kesehatan tertentu yang ditetapkan Menteri Kesehatan. Pada tahun 2013 misalnya, ada 190 permohonan TKWNA yang masuk 65 persennya untuk kegiatan bakti sosial. Padahal ini tidak sesuai ketentuan yang berlaku dan dikhawatirkan akan menjadi celah bagi masuknya tenaga kesehatan asing. Indonesia telah mengatur regulasi tentang Tenaga Kesehatan Asing, dalam Undang-Undang Kesehatan secara umum diatur dalam: 156 1. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Ps. 21 2. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Ps. 14 3. UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran Ps.30 156 http:wkprspp.blogspot.com201406afta-afas-mra-dan-aec-2015.html, diakses pada 12 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara 4. Perkonsil No. 17KKIKEPIV2008 Tentang Pedoman Tatacara registrasi sementara dan registrasi bersyarat dokter dokter gigi Warga Negara Asing WNA 5. Perkonsil No. 157KKIPERXII2009 Tentang Tatacara registrasi dokter dokter gigi Warga Negara ASEAN yang akan melakukan praktek kedokteran di Indonesia 6. Permenkes 3172010 Tentang Pendayagunaan TK-WNA di Indonesia Ps.11 7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 2574MenkesSKXII2011 Tentang Tim Koordinasi Perizinan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing di Indonesia 8. Permenkes No. 2052 Tahun 2011 Tentang Izin praktek dan pelaksanaan kedokteran Ps.17-18 sedangkan dalam Strategi SDM Kesehatan Dalam Menghadapi AFTA 2015, terdapat dua hal penting, yaitu a Komitmen ASEAN Framework Agreement on Services AFAS; i Meminimalisasimeniadakan hambatan terhadap penyediaan pelayanan jasa oleh profesional asing; ii Penyediaan Jasa pelayanan yang tidak dibatasi oleh wilayah suatu negara; iii 4 Modes of supply, Mode 1 : Cross-border supply, Mode 2 : Consumption abroad, Mode 3 : Commercial presence, Mode 4 : Presence of Natural persons . b Mutual Recognition Arrangement MRA; i Nursing 2006 : Asean Joint Coordinating Committee on Nursing AJCCN, ii Medical Practitioners 2009 : Asean Joint Coordinating Committee on Medical Universitas Sumatera Utara practitioner AJCCM, iii Dental Practitioners 2009 : Asean Joint Coordinating Committee on Dentistry AJCCD. Sektor air transport transportasi udara, Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2014 yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 21 April 2014, pada lampiran 2 dua disebutkan bidang usaha sektor perhubungan yang terbuka untuk penanaman modal asing, maupun bidang usaha yang hanya boleh dimasuki dengan modal dalam negeri 100. Bidang usaha sektor perhubungan yang terbuka untuk modal asing itu adalah: 157 6. Penyediaan fasilitas pelabuhan dermaga, gedung, penundaan kapal terminal peti kemas, terminat curah cair, terminah curang kering, dan terminal Ro- 1. Angkutan Laut Dalam Negeri, dengan batasan modal asing maksimal 49. 2. Angkutan Laut Luar Negeri, saham asing maksimal 49. 3. Angkutan Laut Luar Negeri tidak termasuk cabotage , baik untuk penumpang maupun untuk barang, modal asing diizinkan sampai 60. 4. Angkutan Penyeberangan Umum dan Perintis antar provinsi, antar kabupatenkota modal asing diizinkan maksimal 49. 5. Angkutan Sungai dan Danau Kapal 30GT untuk penumpang dengan trayek tetap dan teratur dan tidak teratur, untuk wisata, untuk barang umum danatau hewan, untuk barang khusus, dan untuk barang berbahaya modal asing diizinkan maksimal sampai 49. 157 http:www.dnaberita.comberita-110099-modal-asing-diizinkan-masuk-di-angkutan- laut-penyeberangan-dan-udara.html.html, diakses pada tangga 14 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara Ro modal asing diizinkan masuk sampai maksimal 49 atau maksimal 95 apabila dalam rangka KPS selama masa konsensi. 7. Penyediaan fasilitas pelabuhan berupa penampungan limbah modal asing maksimal 49. 8. Jasa salvage danatau Pekerjaan Bawah Air PBA maksimal modal asing 49. 9. Usaha penunjang pada terminal modal asing diizinkan masuk maksimal sampai 49. 10. Jasa Kebandarudaraan modal asing diizinkan maksimal sampai 49. 11. Jasa Penunjang Angkutan Udara sistem reservasi melalui komputer, pelayanan di darat untuk penumpang dan kargogrand handling, dan penyewaan pesawat udaraaircraft leasing modal asing diizinkan maksimal sampai 49. 12. Pelayanan Jasa Terkait Bandar Udara modal asing diizinkan sampai 49. 13. Bongkar muat barang maritime cargo handling services dengan CPS 7412 modal asing maksimal 49, namun bagi investor dari negara-negara ASEAN bisa sampai 60. 14. Jasa Pengurusan Transportasi modal asing diizinkan sampai maksimal 49. 15. Agen Penjualan Umum GSA Perusahaan Angkutan Udara Asing saham asing maksimal 49. Universitas Sumatera Utara 16. Penyediaan dan pengusahaan pelabuhan penyeberangan, perusahaanmodal asing diizinkan dengan persyaratan khusus, yakni bekerjasama dengan perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintah. 17. Penyediaan dan pengusahaan pelabuhan sungai dan danau, modal asing diizinkan masuk dengan persyaratan khusus yaitu bekerjasama dengan perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintah. Bidang textiles apparels tekstil dan pakaian juga memiliki peta panduan pengembangan tersendiri yang diatur pada Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 109M-IndPer102009 Tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil. 158 Visi industri Tekstil dan Produk Tekstil ialah terwujudnya industri Tekstil dan Produk Tekstil Nasional sebagai produsen kelas dunia dengan misi, yaitu: Meningkatkan produktifitas, kualitas dan efisiensi yang berdaya saing ke arah “competitive advantage”, meningkatkan daya saing melalui spesialisasi pada produk tekstil bernilai tambah tinggi dan high fashion yang berbahan baku lokal. Kebijakan yang diperlukan sektor Tekstil dan Produk tekstil TPT untuk memperbaiki iklim usahanya adalah untuk merestrukturisasi permesinannya, ketersediaan bahan baku, ketersediaan energi listrik dan ketenagakerjaan, yaitu: 159 a. Melanjutkan program peningkatan teknologi restrukturisasi permesinan di industri Tekstil dan Produk Tekstil TPT. 158 Buku I Prioritas Basis Industri manufaktur, rocana.Kemenperin.go.id, diakses pada 14 Agustus 2014 159 Ibid Universitas Sumatera Utara b. Peninjauan ulang kebijakan ekspor MIGAS agar dapat lebih memenuhi kebutuhan PTA dan MEG didalam negeri dan memberikan kontinuitas suplai energi dengan harga dibawah 6 cent kwh. c. Kebijakan kemudahaninsentif bagi industri yang melakukan diversifikasi sumber energi dan industri yang memproduksi disolving pulp. d. Pengaturan peningkatan kemampuan SDM melalui peningkatan standar kompetensi kerja nasional dan penyiapan Lembaga Sertifikasi Profesi industri Tekstil dan Produk Tekstil TPT. e. Pengaturan pengembangan penelitian teknologi dalam negeri yang terintegrasi dan berkualitas melalui pemberian insentif. Pada bidang logistic service jasa logistik, dalam rangka pengembangan Sistem Logistik Nasional sebagai salah satu prasarana dalam membangun daya saing nasional serta mendukung pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 – 2025, telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2012 Tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional. Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional ditujukan sebagai panduan dan pedoman bagi pemangku kepentingan terkait. Sistem Logistik Nasional akan dikembangkan menuju Sistem Logistik terintegrasi yang efektif dan efisien dengan menggunakan konsep Manajemen Rantai Pasok Supply Chain ManagementSCM yang berbasis pada sinkronisasi, integrasi dan kolaborasi berbagai pihak terkait pemangku kepentingan, dengan memanfaatkan penggunaan teknologi informasi yang diwadahi dalam suatu tatanan kelembagaan yang terpercaya dan sistem organisasi yang efektif. Sistem Universitas Sumatera Utara Logistik Nasional ini diharapkan dapat dioperasionalisasikan oleh pelaku dan penyedia jasa logistik yang profesional dan beretika, serta didukung oleh tersedianya infrastuktur logistik yang mencukupi dan handal. 160 Pariwisata yang menjadi salah satu sektor andalan Indonesia dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community 2015 masih mengalami pembenahan diri terkait dengan pemenuhan standarisasi untuk menjadi industri pariwisata Indonesia yang lebih baik. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, melalui pernyataannya pada Tempo, Kamis 27 Februari 2014 161 Berdasarkan uraian tersebut, seluruh kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah dinyatakan kurang memadai dan kurang mampu untuk bahwa Ia mengatakan sebanyak 21 jenis usaha di bidang pariwisata ditargetkan dapat memiliki standar di 2014. Sedangkan 30 jenis usaha lainnya ditetapkan sebagai target pemerintah di 2015. Beberapa jenis usaha yang akan dikejar pemerintah di 2014 antara lain, usaha jasa perjalanan wisata, spa, restoran, rumah makan, pondok wisata, usaha perjalanan wisata syariah, spa syariah, restoran syariah, selam, vila , bar, pub, kafe, kelab malam, jasa boga, diskotik, angkutan wisata, arung jeram, taman rekreasi, kawasan pariwisata, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, dan wisata perahu layar. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mendorong terealisasinya konsep eco-tourism sebagai Prime-Mover multimedia nusantara, jendela produk unggulan, wisata kulturaspiritualkuliner dan eco health. 160 http:kp3ei.go.idinmain_indcontent2121122, diakses pada tanggal 14 Agustus 2014 161 http:lsupariwisata.comaec-2015-baru-3-usaha-pariwisata-penuhi-standar, diakses pada tanggal 14 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Belum Padunya Beberapa Peraturan Dalam Mendukung AEC 2015 antara lain, adanya beberapa peraturan perundang-undangan yang belum harmonis, antara lain Undang-Undang Kehutanan dan Undang-Undang Pertambangan sehingga terjadi tumpang tindih. Ketidak harmonisan Undang-Undang tersebut menimbulkan ketidak pastian hukum dan usaha, sehingga para investor masih enggan untuk melakukan investasi di Indonesia. Masih terjadinya ketidakharmonisan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat dalam hal perijinan. Pemerintah Daerah Kabupaten belum seluruhnya membuat Peraturan Daerah tentang Wilayah Pertambangan sebagaimana diamanatkan Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, sehingga setiap perijinan yang telah dikeluarkan baik oleh Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah selalu terjadi tubrukan dan tidak sinkron. Belum adanya kepastian hukum yang dapat menjamin pelaksanaan kegiatan AEC. 162 Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden No. 11 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN, namun masih memerlukan suatu mekanisme pengawasan untuk mengawal implementasi Instruksi Presiden tersebut dalam rangka mendukung kesiapan Indonesia guna menghadapi AEC 2015 dan menjamin kepastian hukum. Undang- Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, memperluas kesempatan pihak asing untuk menguasai sektor pertambangan. Sejak tahun 1998 sampai 2009 kurang lebih terdapat 474 Undang-Undang telah disahkan. Namun dari sekian 162 http:antariksa2010.blogspot.com201311antisipasi-kesiapan-indonesia.html, diakses pada tanggal 14 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara banyak, yang dirasakan paling menyedihkan adalah Undang-Undang terkait dengan bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam yang dicirikan sebagai berikut: 1 Hilangnya campur tangan negara dalam perekonomian diserahkan pada mekanisme pasar. 2 Penyerahan kekuasaan pada modal besarasing berkaitan dengan ekspansi dan eksploitasi sumber daya alam di Indonesia. 3 Perlakuan diskriminatif terhadap mayoritas usaha rakyat. 163 Jadi, secara umum kesiapan regulasi Indonesia dapat dilihat dari empat fokus komitmen utama ASEAN Economic Community 2015, yaitu 164 163 Ibid 164 Ibid arus barang, arus jasa, arus investasi, arus bebas modal Pertama arus barang, kesiapan Indonesia belum optimal antara lain regulasi dan pelayanan masih dalam penataan yang disiapkan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai. Kedua arus jasa, kesiapan Indonesia belum optimal antara lain regulasi dan SDM-nya khususnya dibidang jasa keuangan dan perbankan serta jasa non keuangan dan perbankan Jasa Profesi Akuntan, Jasa Profesi Penilai, Jasa Profesi Kontruksi, Jasa Profesi Dokter, Jasa Profesi Hukum, dan sebagainya. Ketiga Komitmen AEC untuk arus investasi, kesiapan Indonesia belum optimal antara lain regulasi dibidang investasi sektor riil masih ada yang membatasi kepemilikan asing pada sektor-sektor tertentu. Selain itu kebijakan dalam penanaman modal belum didukung dengan kebijakan di bidang pembangunan infrastruktur, keamanan dan perburuhan yang memadai. Dibandingkan dengan Vietnam dan Thailand yang belomba-lomba menarik investasi asing dengan menyediakan berbagai infrastruktur industri, jaminan keamanan dan tingkat upah buruh yang lebih murah, kesiapan Indonesia Universitas Sumatera Utara masih kurang. Keempat komitmen AEC untuk Arus Modal. Liberalisasi arus modal di ASEAN dapat mendorong arus investasi dan perdagangan internasional, penempatan modal yang lebih tepat dan lebih efisien dan mengembangakan pasar keuangan. Kesiapan Indonesia masih belum optimal, karena proses regulasi maupun pengawasan masih dalam tahap persiapan misalnya pembentukan Otoritas Jasa KeuanganOJK. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

4 105 139

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 10

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 2

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 21

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 1 21

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 7

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 1

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 13

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 54

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 4