Henry mengatakan jika negara ASEAN ingin menerapkan integrasi hukum maka pekerjaan rumah yang pertama kali harus dilakukan adalah membereskan
dahulu masalah di negara masing-masing atau yang disebut dalam istilah hukum trend nasional. Jika trend nasional di negara sudah beres, baru pemerintah
memikirkan untuk menerapkan integrasi hukum.
C. Pengaturan Arus Barang dan Arus Bebas Jasa dalam ASEAN
Economic Community AEC 2015
ASEAN Economic Community merupakan langkah maju dan komprehensif dari kesepakatan perdagangan bebas ASEAN ASEAN Free Trade
AreaAFTA. AEC Blueprint mengamanatkan liberalisasi perdagangan barang yang lebih meaningful dari CEPT-AFTA. Maka dari itu, negara-negara anggota
ASEAN telah menyepakati ASEAN Trade in Goods Agreement ATIGA pada pertemuan KTT ASEAN ke-14 tanggal 27 Februari 2009 di Chaam Thailand.
135
ASEAN Trade in Goods Agreement ATIGA merupakan kodifikasi atas keseluruhan kesepakatan ASEAN dalam liberalisasi dan fasilitasi perdagangan
barang trade in goods. ATIGA terdiri dari 11 bab, 98 pasal, dan 10 lampiran, yang antara lain mencakup prinsip-prinsip umum perdagangan internasional non-
discrimination, Most favoured Nations-MFN treatment, national treatment, liberalisasi tarif, pengaturan non-tarif, ketentuan asal barang, fasilitasi
perdagangan, kepabeanan, standar, regulasi teknis dan prosedur pemeriksaan
135
Departemen Perdagangan RI, Ibid, hal. 18
Universitas Sumatera Utara
penyesuaian, SPS Sanitary and Phytosanitary Measures, dan kebijakan pemulihan perdagangan safeguards, anti-dumping, countervarting measures.
136
a Mewujudkan kawasan arus barang yang bebas sebagai salah satu
prinsip untuk membentuk pasar tunggal dan basis produksi dalam ASEAN Economic Community AEC 2015 yang dituangkan
dalam AEC Blueprint; ATIGA bertujuan untuk:
b Meminimalkan hambatan dan memperkuat kerjasama diantara
negara-negara Anggota ASEAN; c
Menurunkan biaya usaha; d
Meningkatkan perdagangan dan investasi efisiensi ekonomi; e
Menciptakan pasar yang lebih besar dengan kesempatan dan skala ekonomi yang lebih besar untuk para pengusaha di negara-negara
anggota ASEAN; dan f
Menciptakan kawasan investasi yang kompetitif. Selain itu terdapat beberapa elemen penting dari ATIGA,
137
136
Ibid, hal. 19
137
Ditjen Kementerian Perdagangan Internasional, Informasi Umum: Masyarakat Ekonomi ASEAN – ASEAN Community in a Global Community of Nations, 2011, hal. 15-16
yaitu : i ATIGA mengkonsolidasikan dan menyederhanakan
seluruh ketentuan yang terdapat dalam CEPT-AFTA,
sekaligus memformalkan beberapa keputusan tingkat
menteri. Sebagai hasilnya, ATIGA menjadi perangkat hukum tunggal
tidak hanya bagi pejabat pemerintahan yang menerapkan dan mengamankan
perjanjian tersebut, namun juga bagi pelaku usaha yang menjadi
pemetik manfaatnya,
ii Annex pada ATIGA menunjukkan jadwal penurunan tarif secara
Universitas Sumatera Utara
menyeluruh dari setiap negara anggota dan menguraikan tingkat tarif yang dikenakan kepada setiap produk per tahunnya hingga tahun 2015.
Hal ini membuat rencana penurunan tarif menjadi lebih transparan dan memberikan kepastian bagi komunitas bisnis. Sebuah pengundangan komitmen
juga telah dilakukan untuk menerapkan secara efektif jadwal penurunan tarif sampai dengan tahun 2015, yaitu sejak 1 Januari 2010, untuk ASEAN-6 Brunei,
Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand hampir seluruh tarif Bea Masuk Barang sudah 0. Untuk Cambodia, Laos, Myanmar, Vietnam tarif 0
pada tahun 2015;
138
138
iii ATIGA mencakup beberapa elemen untuk dapat memastikan terwujudnya arus perdagangan bebas barang di kawasan ASEAN,
termasuk di antaranya: liberalisasi tarif, penghapusan hambatan non-tarif, keterangan asal barang, fasilitasi perdagangan, kepabeanan, standar dan
kesesuaian, dan kebijakan sanitary and phyto-sanitary. ATIGA meliputi cakupan komprehensif dari komitmen di bidang perdagangan barang, serta mekanisme
penerapan serta pengaturan kelembagaannya. Hal ini akan memungkinkan terbentuknya sinergi dari langkah-langkah yang diambil oleh berbagai badan-
badan sektoral ASEAN, iv Hal ini akan memungkinkan pembentukan sinergi atas langkah yang diambil oleh berbagai unit di ASEAN, v Dengan tujuan untuk
menghilangkan hambatan non-tarif, ketentuan mengenai kebijakan non-tarif NTMs dalam ATIGA telah dikembangkan lebih jauh melalui kodifikasi
tindakan-tindakan, dan melalui penyusunan mekanisme untuk mengawasi komitmen pengurangan hambatan-hambatan non-tarif, vi ATIGA memberikan
http:www.academia.edu7210491PLNRI_AEC, diakses pada tanggal 15 Juli 2014
Universitas Sumatera Utara
penekanan pada langkah-langkah fasilitasi perdagangan dengan memasukkan Kerangka Kerja Fasilitasi Perdagangan ASEAN. Lebih jauh, ASEAN telah
mengembangkan Program Kerja Fasilitasi Perdagangan untuk periode 2009-2015. Bagi Indonesia, ATIGA diharapkan dapat memberikan manfaat di bidang
perdagangan antara lain, terciptanya kepastian hukum dalam menjalankan usaha di bidang perdagangan barang, adanya kemudahan dan penyederhanaan prosedur
kepabeanan, perijinan dan imigrasi bagi para pelaku usaha dan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan persetujuan ini, serta terciptanya lapangan kerja baru
dan meningkatnya sektor swasta dalam perdagangan bebas sehingga peran serta Indonesia nyata dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
ATIGA mulai berlaku setelah diratifikasi oleh seluruh negara anggota. Pada saat ATIGA berlaku, beberapa perjanjian ASEAN yang berhubungan
dengan perdagangan barang seperti perjanjian CEPT dan beberapa protokol lainnya akan tergantikan. Indinesia meratifikasi ATIGA melalui Peraturan
Presiden No. 2 tahun 2010 tentang Pengesahan ASEAN Trade in Good Agreement ATIGA yang kemudian diteruskan dengan Peraturan Menteri
Keuangan No. 128PMK.0112010 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor Dalam Rangka ASEAN Trade in Goods Agreement ATIGA.
Selain manfaat, tantangan yang akan dihadapi Indonesia sebagai konsekuensi diterapkannya ketentuan arus barang bebas, Indonesia harus
meningkatkan daya saingnya dengan:
139
139
Departemen Perdagangan Internasional, Ibid, hal. 20-21
i meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kualitas produksi; ii menciptakan usaha yang kondusif dalam rangka
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan daya saing; iii memperluas jaringan pemasaran; iv meningkatkan kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi termasuk promosi pemasaran dan lobby. Selain arus bebas barang, arus bebas jasa juga merupakan salah satu
elemen penting dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community yang berkaitan dengan penghilangan hambatan penyediaan jasa diantara negara-negara ASEAN
diatur melalui ASEAN Framework Agreement on Services AFAS. Selain yang telah disebutkan pada Bab sebelumnya, AFAS dibentuk bertujuan untuk
140
Liberalisasi jasa pada dasarnya adalah menghilangkan hambatan- hambatan perdagangan jasa yang terkait dengan pembukaan akses pasar market
access dan penerapan perlakuan nasional national treatment untuk setiap mode of supply
i meningkatkan kerjasama diantara negara anggota di bidang jasa dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan daya saing, diversifikasi kapasitas produksi dan pasokan serta distribusi jasa dari para pemasok jasa masing-masing negara
anggota baik di luar ASEAN maupun di dalam ASEAN, ii menghapus secara signifikan hambatan-hambatan perdagangan jasa diantara negara-negara anggota,
dan iii meliberalisasikan perdagangan jasa dengan memperdalam tingkat dan cakupan liberalisasi jasa dalam GATS dalam mewujudkan perdagangan bebas di
bidang jasa.
141
140
Ibid, hal. 30
. Hambatan yang mempengaruhi akses pasar adalah pembatasan dalam
141
Mode 1 cross-border supply: jasa yang diberikan oleh penyedia jasa luar negeri kepada pengguna jasa dalam negeri; Mode 2 consumption abroad: jasa yang diberikan oleh
penyedia jasa luar negeri kepada konsumen domestik yang sedang berada di negara penyedia jasa; Mode 3 commercial presence: jasa yang diberikan oleh penyedia jasa luar negeri kepada
Universitas Sumatera Utara
jumlah penyedia jasa, volume transaksi, jumlah operator, jumlah tenaga kerja, bentuk hukum dan kepemilikan modal asing. Sedangkan hambatan dalam
perlakuan nasional dapat berbentuk peraturan yang dianggap diskriminatif untk persyaratan pajak, kewarganegaraan, juga waktu menetap, perizinan standarisasi
dan kualifikasi, kewajiban pendaftaran serta batasan kepemilikan properti dan lahan.
142
Secara umum, tindakan yang harus dilakukan dalam rangka liberalisasi bidang jasa, antara lain;
143
konsumen di negara konsumen; Mode 4 movement of individual service providers: tenaga kerja yang menyediakan keahlian tertentu dan datang ke negara konsumen
142
Ibid, hal. 31
menghilangkan secara nyata hambatan perdagangan jasa untuk 4 sektor jasa prioritas yaitu transportasi udara, e-ASEAN, kesehatan
dan pariwisata pada tahun 2010, dan pada tahun 2013 untuk prioritas sektor jasa yang kelima yaitu jasa logistic dan tahun 2015 untuk seluruh sektor jasa lainnya.
Hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah melaksanakan liberalisasi setiap putaran perundingan 1 kali dalam 2 tahun yaitu 2008, 2010, 2012, 2014 dan
2015. Langkah berikutnya menjadwalkan jumlah minimum sub-sektor baru yang akan diliberalisasikan untuk setiap putaran perundingan sebagai berikut: a Pada
tahun 2008: 10 sub-sektor baru tambahan ke sub-sektor lainnya yang sudah disepakati pada tahun sebelumnya. b Pada tahun 2010 : 15 sub-sektor baru
tambahan ke sub-sektor lainnya yang sudah disepakati pada tahun 2008. c Pada tahun 2012 : 20 sub-sektor baru tambahan ke sub-sektor lainnya yang sudah
disepakati pada tahun 2010. d Pada tahun 2014 : 20 sub-sektor baru tambahan ke sub-sektor lainnya yang sudah disepakati pada tahun 2012. e Pada tahun 2015 : 7
143
http:www.academia.edu7210491PLNRI_AEC, diakses pada tanggal 15 Juli 2014
Universitas Sumatera Utara
sub-sektor baru tambahan ke sub-sektor lainnya yang sudah disepakati pada tahun 2014.
Pemberian fasilitas arus bebas jasa di kawasan ASEAN, juga dilakukan upaya-upaya untuk melakukan pengakuan tenaga profesional di bidang jasa guna
memudahkan pergerakan tenaga kerja tersebut di kawasan ASEAN berupa antara lain penyusun Mutual Recognation Arrangements MRAs.
Mutual Recognition Arrangements MRA di sektor jasa merupakan perkembangan yang relatif baru
dalam kerja sama ASEAN di bidang perdagangan jasa. Sebuah MRA memungkinkan kualifikasi pemasok jasa yang diakui oleh pihak yang berwenang
di negara asal mereka untuk juga diakui oleh negara-negara anggota penandatangan lainnya. Hal ini membantu memfasilitasi aliran penyedia jasa
profesional di kawasan ini, sejalan dengan ketentuan dan peraturan domestik yang relevan.
144
Fakta menunjukan, akhir tahun 2015 akan menjadi batas waktu bagi Indonesia untuk memasuki masyarakat ekonomi ASEAN yang membuka batas-
batas aturan mengenai pajak, tarif dan bea untuk barang dan jasa di kawasan Asia Tenggara. Hadirnya AEC ini juga akan berpengaruh pada banyak sektor, tidak
hanya pada sektor perdagangan bebas untuk berbagai produk barang tetapi juga
D. Regulasi Hukum Nasional Indonesia sebagai Negara Anggota ASEAN