Analisis Teks 3 Analisis Teks untuk Menemukan Tema-tema Ideologi dalam BSE Sejarah Kelas XII IPA

commit to user 67 Indonesia juga terlibat dalam APEC yang kemudian menyeret Indonesia ke dalam derasnya arus globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas. Secara eksplisit disebutkan bahwa latar belakang pendirian APEC adalah karena kekhawatiran terhadap gagalnya perundingan Putaran Paraguay tentang perdagangan bebas. Latar belakang terbentuknya APEC adalah perkembangan situasi politik dan ekonomi dunia pada waktu itu yang berubah dengan cepat. Hal ini diikuti dengan kekhawatiran gagalnya perundingan Putaran Uruguay masalah perdagangan bebas. Apabila perdagangan bebas gagal disepakati, diduga akan memicu sikap proteksi dari negara-negara maju…Sidang APEC di Tokyo tahun 1995, memutuskan bahwa era perdagangan bebas akan mulai diberlakukan tahun 2003 bagi negara maju dan 2010 bagi negara berkembang. Teks ini merepresentasikan bahwa perdagangan bebas adalah hal yang baik dan tidak dapat dihindari. Jika perdagangan bebas gagal disepakati, dikhawatirkan akan memicu proteksi dari negera-negara maju yang justru akan merugikan negara-negara berkembang. Masalah yang akan timbul dari perdagangan bebas tidak ditampilkan dalam teks ini. Perdagangan bebas dan globalisasi ekonomi mengarah pada integrasi ekonomi pasar di antara negara-negara di dunia. Integrasi ekonomi pasar dunia ini sebenarnya merupakan rekayasa ekonomi politik negara-negara maju agar dapat lebih mudah dalam menjual komoditinya ke seluruh penjuru dunia.

c. Analisis Teks 3

Bab : I. Perkembangan Masyarakat Indonesia Pada Masa Orde Baru commit to user 68 Subbab : C. Meningkatnya Peran Negara dan Dampaknya Bagi Masyarakat Tema Ideologi : stabilitas, demokrasi, dan anti Orde Baru Deskripsi : Subbab ini menarik jika dikaitkan dengan subbab sebelumnya. Pada dua subbab terdahulu rezim Orde Baru direpresentasikan sebagai pihak yang baik dan tidak pernah mempertanyakan kebijakan Orde Baru, maka pada bagian ini nampak ada sedikit perubahan. Teks pada subbab ini mulai mempertanyakan dan mempermasalahkan kebijakan Orde Baru sehingga mengarah pada anti Orde Baru. …Melalui Pemilu, rakyat dapat menggunakan hak politiknya untuk memilih calon-calon wakilnya yang akan duduk dalam lembaga perwakilan rakyat. Pemilihan umum mempunyai fungsi dan tujuan yang amat penting dalam rangka menegakkan demokrasi di suatu negara…Dalam upaya memurnikan demokrasi Pancasila, sejak Pemilu tahun 1971 dasar yang dipakai adalah Pancasila dan UUD 1945. Di dalam sistem demokrasi Pancasila Pemilu berasas langsung, umum, bebas, dan rahasia. Tujuannya pun sesuai dengan UUD 1945, yaitu memilih anggota- anggota DPR, DPRD I, DPRD II, dan mengisi keanggotaan MPR. Begitu pula waktu penyelenggaraan Pemilu sudah memenuhi aturan UUD 1945, yaitu setiap lima tahun sekali. Hal yang demikian itu belum bisa dilaksanakan pada masa Orde Lama. Teks ini merepresentasikan bahwa pada masa Orde Baru praktik demokrasi sudah berjalan sesuai dengan konstitusi. Teks ini juga menojolkan mengenai usaha “pemurnian demokrasi Pancasila”. Pemilu juga sudah dapat terlaksana tiap lima tahun sekali, tidak seperti pada masa Orde Lama. Hal ini sebenarnya juga merepresentasikan Orde Lama tidak demokratis dan tidak konstitusional karena commit to user 69 tidak dapat melaksanakan pemilu lima tahun sekali seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945. Pertanyaan yang seharusnya diajukan adalah apakah benar praktik demokrasi Pancasila berjalan sebagaimana mestinya? Praktik demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru lebih merupakan demokrasi prosedural daripada demokrasi substansial, salah satu indikasinya adalah negara tidak memerikan hak pilih kepada orang-orang yang dianggap bekas PKI dan ormas-ormasnya yang dianggap terlibat dalam G30SPKI. Dalam rangka membersihkan aparatur negara dan tata kehidupan bernegara dari unsur-unsur PKI dan segala ormasnya, pemerintah tidak memberi hak pilih kepada bekas anggota PKI dan segala ormasnya yang terlibat G 30 SPKI. Ketegasan sikap ini sangat penting dalam rangka tetap mewaspadai bahaya laten PKI dan penyusupan ideologinya. Teks ini merepresentasikan tindakan Orde Baru yang tidak memberikan hak pilih pada bekas anggota PKI dan segala ormasnya sebagai tindakan yang tegas. Tindakan itu dibenarkan bahkan direpresentasikan sebagai tindakan yang sangat penting untuk dilakukan dalam rangka mewaspadai “bahaya laten PKI dan penyusupan ideologinya”. Jargon “bahaya laten PKI” atau “bahaya laten komunis” sangat khas Orde Baru untuk mencegah kebangkitan PKI. PKI direpresentasikan sebagai sesuatu yang buruk dan mengandung bahaya laten yang setiap saat dapat bangkit kembali sehingga segala cara harus ditempuh untuk mencegahnya, termasuk dengan tidak memberikan hak pilih pada orang yang dianggap sebagai bekas anggota PKI dan segala ormasnya. commit to user 70 Pada bagian selanjutnya direpresentasikan bahwa tindakan Orde Baru tersebut sangat kebablasan hingga membelenggu berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pemerintahan Orde Baru juga direpresentasikan mirip dengan Demokrasi Terpimpin. Hal ini sekaligus merepresentasikan Demokrasi Terpimpin sebagai sesuatu yang tidak baik. …sikap waspada dan kehati-hatian pemerintahan Orde Baru itu sangat kebablasan yang menyebabkan peran negara makin membelenggu berbagai aspek kehidupan masyarakat. Istilah pembangunan, atas nama rakyat, stabilitas, dan pertumbuhan menjadi jargon yang dilontarkan pemerintahan Orde Baru. Untuk mencapai tujuan semua itu, negara mengambil peran besar yang sangat menentukan dengan menempatkan pada tangan presiden. Sebetulnya, secara semu pemerintahan Orde Baru mirip pada masa Indonesia melaksanakan Demokrasi Terpimpin. Hanya pejabat presidennya saja yang ganti, sistemnya tetap sama. Orde Baru juga direpresentasikan melakukan segala cara untuk mempertahankan kekuasaannya, termasuk menyederhanakan partai politik yang ada di Indonesia. PDI dan PPP direpresentasikan sebagai partai penggembira dan pelengkap dalam demokrasi semu gaya Orde Baru yang diklaim sebagai Demokrasi Pancasila. Orde Baru dengan motor penggerak Golongan Karya Golkar dan ABRI berusaha mengambil peranan yang lebih besar pada aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan mengatasnamakan negara. Golkar yang dibina oleh Presiden Soeharto terus berusaha mengamankan posisi pemerintahan sejak Pemilu 1971… Akibat penyederhanaan peserta Pemilu oleh negara pada Pemilu 1977 sampai akhir masa pemerintahan Orde Baru hanya diikuti tiga kontestan. Partai peserta Pemilu itu terdiri atas Golongan Karya, Partai Demokrasi Indonesia, dan Partai Persatuan Pembangunan. Dua partai kecil, yaitu Partai Demokrasi Indonesia dan Partai Persatuan Pembangunan hanyalah partai penggembira dan partai pelengkap dari sistem demokrasi model Indonesia, yaitu Demokrasi Pancasila . commit to user 71 Orde Baru juga direpresentasikan ketakutan dengan ideologi komunis. Pancasila kemudian dijadikan alat negara yang digunakan untuk menghantam komunis. ABRI juga direpresentasikan sebagai alat Orde Baru untuk melanggengkan kekuasaan melalui konsep dwifungsi ABRI. …Orde Baru juga seakan-akan ketakutan dengan ideologi komunis. Pancasila dijadikan alat negara yang ampuh untuk menghantam ideologi komunis. Untuk lebih memasyarakatkan Pancasila dan dengan dalih mencegah berkembangnya komunis di tengah masyarakat, mulai tahun 1978 dengan ketetapan MPR dikeluarkan penjabaran Pancasila yang dikenal sebagai Eka Prasetya Pancakarsa atau Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila P-4. Semua aspek kehidupan bermasyarakat harus bersendikan Pancasila dan P-4. Setiap pelajar, mahasiswa, masyarakat, dan pegawai pemerintah wajib mengikuti penataran P-4 agar wawasan dan cara berpikir mereka seragam untuk mendukung pemerintah Orde Baru. Sertifikat kelulusan hasil penataran P-4 menjadi dokumen penting. Pada pemerintahan Orde Baru, ABRI juga menempati posisi penting dalam kehidupan bernegara. ABRI memang memegang kendali sejak penumpasan G 30 SPKI dan adalah kebetulan sekali kalau kepala pemerintahan Indonesia adalah mantan militer. Melalui konsep dwifungsi, ABRI merupakan kekuatan signifikan dalam percaturan politik Indonesia. Mereka banyak yang ditunjuk menjadi anggota MPR. Dengan memanfaatkan dwifungsi ABRI ini, Orde Baru telah berhasil melegitimasi kekuasaan. Secara umum, pada subbab ini Orde Baru direpresentasikan sebagai pemerintahan yang buruk dan melakukan segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya. Orde Baru digambarkan melakukan berbagai kamuflase dan menggunakan alat-alat negara untuk mengamankan kekuasaannya. Penggambaran Orde Baru seperti ini mengindikasikan adanya tema ideologi anti Orde Baru dalam teks. commit to user 72

d. Analisis Teks 4