Penelitian yang Relevan KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

commit to user Keberhasilan hegemoni ditentukan oleh terciptanya kesepakatan. Jelaslah kiranya kesepakatan itu dibentuk melalui proses belajar H.A.R. Tilaar, 2009:138. Dengan demikian hegemoni adalah hubungan edukasional educational relationship. Hubungan edukasional inilah yang membentuk civil society yang di dalamnya terletak dasar dari kekuasaan. Lembaga- lembaga pendidikan tidak netral, tetapi merupakan perekat hegemoni dalam masyarakat, atau dengan kata lain secara intern terikat kepada intens dari kelompok yang berkuasa. Negara dan sistem politik cenderung menempatkan pendidikan sebagai agen dalam pembentukan realitas masyarakat, salah satunya melaui buku- buku teks yang telah ditentukan produksi, distribusi dan konsumsinya oleh pemerintah melalui kebijakan pendidikan. Konstruksi yang dibangun negara terhadap ideologi yang dipahaminya merupakan upaya yang komprehensif dan menyeluruh melalui praktik wacana baik dalam aspek teks maupun dalam aspek pengajarannya. Murti Kusuma Wirasti 2002:31 menyebutkan bahwa sebagai wacana resmi negara, teks-teks pendidikan berisi representasi- representasi sosial di mana makna dapat dianggap tidak netral karena dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai Buku Sekolah Elektornik BSE Sejarah secara khusus sampai saat ini masih belum dilakukan. Penelitian mengenai buku teks commit to user sejarah juga masih jarang dilakukan. Niels Mulder 1997 melakukan kajian kritis terhadap buku-buku pelajaran sekolah di Indonesia yang kemudian ditulisnya dalam sebuah buku “Individual, Society and History According to Indonesian School Text”. Permasalahan yang dikaji oleh Niels Mulder adalah bagaimana anak-anak sekolah di Indonesia diajar, dan apa yang diajarkan pada mereka mengenai masyarakat luas. Di sekolah, citra tertentu mengenai individu, sejarah, dan masyarakat ditanamkan dalam pikiran siswa melalui proses pedagogis yang kadang-kadang disebut kekerasan simbolis yang sah. Guna mewujudkan citra tertentu mengenai individu, masyarakat dan sejarah sesuai versi pemerintah yang sedang berkuasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melakukan kontrol ketat terhadap buku teks. Akibatnya, buku teks terlalu banyak dijejali oleh pesan-pesan moral dan ideologis, proyeksi masa kini ke masa lalu dan sebagainya. Kondisi demikian ini menjadikan sekolah sebagai penjara, dengan ideologi negara sebagai jerujinya. Penelitian mengenai buku teks sejarah pernah dilakukan oleh Murti Kusuma Wirasti 2001 dengan judul “Wacana Ideologi Negara dalam Pendidikan: Analisis Wacana Kritis pada Buku-buku Teks Pendidikan untuk SD dan SLTP Tahun 1975-2001”. Hasil dari penelitian ini antara lain tema- tema ideologi negara yang cenderung muncul dalam buku teks periode 1975- 2001 adalah stabilitaskeamanan nasional, kemajuan materiilpembangunan, anti-komunisme, dan nasionalismepersatuan dan kesatuan. Selain itu pendidikan di Indonesia merupakan hasil hegemoni negara pada masyarakat, yang dibangun atas dasar kesepakatan bersama dengan meneguhkan cara-cara commit to user lama yang mendorong kembali pada dasar negara Pancasila dan UUD 1945 sebagai orientasi kolektif masa lalu. Penelitian ini menunjukkan bahwa proses hegemoni yang dijalankan berdampingan dengan tindakan-tindakan represif, misalnya dengan tindakan hukum, pelarangan, dan sensor. Penelitian tentang buku teks sejarah SMA di Indonesia juga pernah dilakukan oleh Darmiasti 2002 dengan judul “Penulisan Buku Pelajaran Sejarah Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas tahun 1964 – 1984: Sejarah Demi Kekuasan”. Hasil dari penelitian ini antara lain buku-buku yang dipakai pada Kurikulum 1964 masih diwarnai dengan Nerlandosentris karena rujukannya masih banyak menggunakan buku-buku yang ditulis oleh orang- orang Belanda. Buku yang dipakai pada Kurikulum 1968 sudah mulai Indonesiasentris yang menempatkan orang Indonesia sebagai aktor utama dan menyebutkan bahwa bangsa Indonesia sudah ada sejak jaman Hindu-Budha. Selain itu buku-buku yang ditulis pada masa ini menyebutkan bahwa konsepsi Indonesia secara geopolitik sudah ada sejak masa Sriwijaya dan Majapahit. Nuansa ideologis juga sudah mulai nampak dalam buku-buku sejarah pada Kurikulum 1975, 1984 dan PSPB. Ada standarisasi nilai yang bersifat subyektif dalam menilai peristiwa sejarah yang ditulis dalam buku-buku ini, seperti standar “Nilai-nilai 45”, contohnya masa Demokrasi Liberal dianggap sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai 45. Penelitian tentang buku teks juga pernah dilakukan oleh Nurdin Hussin 2008 yang berjudul “A Critical Review on the Early History Textbooks in Malaysian Secondary School”. Hasil penelitian ini adalah buku teks sejarah commit to user pada sekolah menengah di Malaya Inggris dan Malaysia pada topik sejarah Malaysia setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis hanya berisi sejarah aktivitas orang-orang Eropa di semenanjung Malaya, Sabah dan Sewarak. Penulis buku teks tersebut kebanyakan adalah orang-orang Inggris. Selain itu silabus dan kurikulum sejarah di Malaysia mengadopsi silabus dan kurikulum kolonial Inggris. Penelitian lain tentang buku teks sejarah adalah “ A ‘Necessary’ Dictatorship: The ‘Age of Rosas’ in Argentine History Textbooks Published between 1956 and 1983 and the Defence of Authoritarianism” oleh Gonzalo de Amézola 2007. Hasil penelitiannya adalah semua buku teks sejarah yang terbit antara 1956 sampai 1983 di Argentina selalu memuat konsep tentang tanah air, otoritas, keteraturan, dan tingkatan. Kediktatoran digambarkan sebagai suatu hal yang tak terhindarkan dan wajar dalam pemerintahan Argentina. Penelitian lain tentang buku teks sejarah adalah “Old Wounds, New Narratives: Joint History Textbook Writing and Peacebuilding in East Asia” oleh Zheng Wang 2009. Hasil penelitiannya adalah buku teks sejarah telah menjadi sumber kontroversi di beberapa negara di Asia Timur. Guna mengatasi hal tersebut dilakukan penulisan buku teks secara bersama oleh sejarawan dari Cina, Jepang, dan Korea Selatan yang mampu membangun wacana perdamaian di kawasan Asia Timur. Penelitian lain tentang buku teks sejarah adalah “ Stigmatized by History or by Historians? The Peoples of Russia in School History Textbooks” oleh commit to user Victor Shnirelman 2009. Hasil penelitiannya adalah bahwa wacana sejarah dalam buku pelajaran sejarah di Rusia sangat tersentralisasi dan dikuasai oleh negara. Wacana alternatif di luar wacana resmi negara tidak diperkenankan untuk muncul dalam buku teks. Implikasi dari sentralisasi dan penyeragaman wacana ini adalah adanya beberapa kelompok etnis tertentu di Rusia yang termarjinalkan dan memori kolektifnya tidak diakui oleh negara.

C. Kerangka Pikir