Spektronik 20 Spektroskopi Serapan Atom

24

5. Pengukuran

Pengukuran untuk memperoleh data selama pelaksanaan penelitian dilakukan menggunakan:

a. Spektronik 20

Spektronik 20 dapat mengukur kepekaan sel dalam suspensi dengan parameter optical density OD. Dalam mikrobiologi OD sebagai suatu hitungan karena OD sebanding dengan jumlah sel dalam suspensi biakan Bibiana, 1994. Dalam penggunaanya, penentuan jumlah sel dengan spektronik 20 dengan parameter OD memerlukan dua tahap. Pada tahap pertama, spektronik 20 dikalibrasikan hingga mempunyai nilai 0 bila tidak ada sel. Langkah ini dilakukan dengan memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko, sedangkan pada tahap kedua dilakukan dengan memasukkan kuvet yang berisi larutan sampel hingga diperoleh nilai OD Bibiana, 1994. Pengukuran densitas optik dengan menggunakan spektronik 20 didasarkan pada pemisahan cahaya pada panjang gelombang 600 nm. Panjang gelombang 600 nm memiliki warna oranye, pemilihan panjang gelombang 600 nm ini dikarenakan dengan panjang gelombang 600 nm bahan organik lebih mudah menyerap cahaya. Prinsipnya gelombang cahaya akan melewati suspensi biakan hingga banyaknya cahaya yang akan ditransmisikan setelah melewati suspensi dapat 25 diukur. Jumlah cahaya yang ditransmisikan setelah melewati biakan berbanding terbalik dengan jumlah mikroorganisme. Densitas optik suatu supensi tidak langsung menunjukkan jumlah sampel dalam suatu populasi, namun menunjukkan jumlah cahaya yang disebar oleh populasi tersebut. Untuk memperoleh jumlah sel mikroorganisme, maka nilai kerapatan optik harus disetarakan dengan jumlah organisme. Semakin besar OD 600 maka semakin banyak selnya OD 600 = 1 menjadi 10 7 selmL.

b. Spektroskopi Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi atom-atom logam dalam fase gas. Metode ini seringkali mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi atom-atom logam berbentuk gas yag digunakan untuk analisis kuantitatif dari logam dalam sampel. Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada prinsip absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Gambar 5. Komponen pada Spektrofotometer Serapan Atom 26 Spektroskopi serapan atom pada penelitian ini digunakan untuk mengukur jumlah konsentrasi Pb 2+ yang tersisa maupun Pb 2+ yang sudah terinteferensi oleh Cd 2+ . Metode analisis yang digunakan untuk mengukur jumlah atom logam yang kembali dari energi tinggi menuju pada energi dasarnya. Khopkar 1990 menjelaskan bahwa metode ini mampu mendeteksi logam sampai jumlah yang sangat kecil, yaitu bagian per juta ppm. Dengan metode pengukuran ini dapat mendeteksi kadar logam berat salah satunya kadmium dan timbal dengan jumlah yang sangat kecil. Energi radiasi disebabkan oleh terjadinya perpindahan elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi . Pengurangan interaksi yang ditimbulkan sebanding dengan jumlah atom pada tingkat energi dasar yang menyerap energi tersebut. Sehubungan dengan itu intensitas radiasi yang dapat diserap menunjukkan konsentrasi unsur dalam suatu larutan Khopkar, 1990. Teknik analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometer serapan atom digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan dalam sampel dengan menggunakan kurva standar berdasarkan persamaan Lambert-Beer, A = bc. Bila  dan b tetap maka persamaan Lambert-Beer secara matematik dapat dinyatakan dengan Y= aX. Y menyatakan besarnya absorbansi, X menyatakan konsentrasi dan a menyatakan tetapan dengan a= bc,  merupakan koefisien ektingsi molar dan b adalah tebal media dalam cm. 27

B. Penelitian yang Relevan

Nunik Ekawati 2014 melakukan penelitian mengenai biosorpsi ion logam Cd oleh biomassa S. cerevisiae dengan menggunakan logam simulasi. Biosorspi dilakukan dengan menambahkan biomassa S. cerevisiae yang telah diinokulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa S. cerevisiae mencapai waktu optimum pada jam ke-6 dan pada suhu 25 o C biomassa S. cerevisiae mencapai suhu optimum. Adanya interferensi logam lain mengakibatkan penurunan efisiensi biosorpsi dari 24,57 menjadi 16,23 dan pada variasi suhu inkubasi terjadi penurunan efisiensi dari 44,47 menjadi 35,22. Sunardi 2011 telah melakukan penelitian adanya penurunan kadar krom VI dengan Sargassum Sp, S. cerevisiae dan kombinasinya pada limbah cair industri batik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan S. cerevisiae dapat digunakan untuk menurunkan kadar kromVI serta limbah cair industri batik. Rahmadhan dan Handajani 2010, melakukan penelitian untuk mengetahui biomassa S. cerevisiae sebagai biosorben untuk menyerap kandungan ion logam Cr yang terdapat pada larutan. Penelitian dilakukan dengan menguji kemampuan biosorpsi pada variasi pH, waktu kontak dan konsentrasi logam Cr. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa biosorpsi tertinggi mencapai 45 dengan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 62,5 mg Crg sorben. Muwardi et al 1997 telah meneliti mengenai pemanfaatan biomassa S. cerevisiae untuk penyerapan logam Pb 2+. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang lebih 86 dari total serapan terjadi pada 10 menit pertama waktu kontak