Pengaruh Konsentrasi Ion Pb

50 Berdasarkan Gambar 7 diperoleh ilustrasi yang menunjukkan bahwa sel ragi S. cerevisiae memiliki fase adaptasi pada jam ke-0 sampai jam ke-4 Fase adaptasi terjadi karena sel ragi S. cerevisiae mulai menyesuaikan diri dengan media pertumbuhan baru dan dapat tumbuh dengan baik. Fase selanjutnya yaitu fase pertumbuhan eksponensial yang terjadi pada jam ke-6 hingga jam ke-16. Pada fase ini sel S. cerevisiae mulai mengalami pertumbuhan serta perkembangbiakan secara optimal. Setelah mengalami fase pertumbuhan sel S. cerevisiae mengalami fase stationer pada jam ke-16 hingga jam ke-48. Setelah inkubasi selama 48 jam terjadi penurunan jumlah sel ragi yang menunjukkan bahwa sel S. cerevisiae telah memasuki fase kematian. Fasa kematian dapat disebabkan oleh berkurangnya sumber nutrisi yang dapat diserap sel S. cerevisiae, sehingga ragi mengalami penurunan jumlah sel dan mengakibatkan kematian. Berdasarkan hasil di atas diperoleh informasi yang berhubungan dengan ketepatan waktu dalam penambahan ion logam. Penambahan ion Pb 2+ maupun Cd 2+ pada kultur sel dapat dilakukan pada jam ke-6. Pada jam ke-6 menunjukkan sel S. cerevisiae telah memasuki fase pertumbuhan. Penambahan ion Pb 2+ maupun Cd 2+ yang dilakukan sebelum jam ke-6 dikhawatirkan akan mengganggu fase pertambuhan dari S. cerevisiae.

B. Pengaruh Konsentrasi Ion Pb

2+ terhadap Pertumbuhan Sel S. cerevisiae Pertumbuhan sel ragi dapat diamati dari nilai OD 600 yang mewakili jumlah mikroorganisme dalam suspensi. Data OD 600 kultur sel diperlukan untuk 51 5 10 15 20 25 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 OD 600 Konsentrasi ppm OD 600 awal inkubasi OD 600 akhir inkubasi mengetahui konsentrasi Pb 2+ optimum, kondisi yang menunjukkan ragi masih dapat hidup dengan baik. Profil pertumbuhan ragi S. cerevisiae ketika dikontakkan dengan variasi konsentrasi larutan Pb 2+ disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. OD 600 Kultur Ragi S. cerevisiae pada Variasi Konsentrasi Pb 2+ No. Pb 2+ ppm OD 600 awal Rata- rata OD 600 akhir Rata- rata Pengence ran Konsentrasi selmL 1. 0,112 0,104 0,132 0,159 10 1,59 x 10 7 0,096 0,186 2. 5 0,208 0,202 0,296 0,258 10 2,58 x 10 7 0,196 0,220 3. 10 0,199 0,206 0,230 0,231 10 2,31 x 10 7 0,212 0,232 4. 15 0,215 0,218 0,271 0,251 10 2,51 x 10 7 0,220 0,230 5. 20 0,222 0,232 0,292 0,293 10 2,93 x 10 7 0,242 0,293 6. 25 0,270 0,264 0,281 0,277 10 2,77 x 10 7 0,258 0,272 Data mengenai pertumbuhan sel S. cerevisiae yang terdapat pada Tabel 6 bila diilustrasikan dalam bentuk grafis disajikan sesuai Gambar 8. Gambar 8. Grafik Hubungan Konsentrasi Pb 2+ dengan Besarnya OD 600 . 52 Pengukuran OD 600 kultur sel S. cerevisiae dilakukan sebelum dikontakkan dengan larutan Pb 2+ yaitu pada jam ke-6 yang merupakan fase adaptasi dari S. cerevisiae, dan pada jam ke-16 setelah dikontakkan dengan larutan Pb 2+ selama 10 jam. Dari pengukuran OD 600 dapat diperoleh konsentrasi ion Pb 2+ maksimum, namun kondisi ragi S. cerevisiae masih dapat hidup dengan baik. Rerata besarnya OD 600 kultur sel ragi sebelum maupun setelah dikontakkan dengan larutan Pb 2+ menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan sel S. cerevisiae. Berdasarkan Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ion Pb 2+ menyebabkan semakin kecil rerata OD 600 . Semakin kecil rerata OD 600 ini dapat disebabkan adanya ion Pb 2+ dalam media yang dapat menghambat pertumbuhan sel S. cerevisiae. Pada konsentrasi Pb 2+ , 0 sampai dengan 20 ppm nilai OD 600 mengalami peningkatan dan menurun pada konsentrasi 25 ppm. Konsentrasi maksimum Pb 2+ pada penelitian ini adalah 20 ppm dengan nilai OD 600 sebesar 0,293. Pada konsentrasi tersebut sel S. cerevisiae masih tumbuh dengan baik. Untuk penelitian selanjutnya menggunakan konsentrasi ion Pb 2+ sebesar 15 ppm, hal ini karena jika menggunakan konsentrasi ion Pb 2+ sebesar 20 ppm sel S. cerevisiae berada pada fase pertumbuhan maksimum dan akan menyebabkan pertumbuhan ragi S. cerevisiae tidak optimal. Konsentrasi 15 ppm ini digunakan untuk mengetahui efisiensi biosorpsi ion Pb 2+ variasi waktu kontak dan pH media tanpa dan adanya interferensi Cd 2+ pada tahapan selanjutnya. 53

C. Pengaruh Interferensi Variasi Konsentrasi Cd