20
c. Fase Penurunan Deceleration Phase
Fase ini berlangsung selama 20 menit, dimana pertumbuhan mengalami perlambatan Satriyo Krido., dkk, 2011.
d. Fase Penetapan Konstan Stationer Phase
Pada fase ini kecepatan pertumbuhan S. cerevisiae adalah nol. Namun demikian, bukan berarti tidak terjadi pertumbuhan sel. Konsentrasi biomassa
pada fase ini berada dalam keadaan maksimum. Pada fase ini menghasilkan metabolisme sekunder, yaitu merupakan inhibitor dan bersifat racun. Nutrien
yang merupaka asupan nutrisi bagi S. cerevisiae mulai berkurang, sehingga adanya persaingan antar mikroba yang mengakibatkan semakin cepat
kematian Satriyo Krido., dkk, 2011.
e. Fase Kematian Decline Phase
Tahapan pada fase ini terhentinya aktifitas kehidupan S. cerevisiae, dikarenakan tidak adanya energi yang digunakan untuk melakukan
metabolisme Satriyo Krido., dkk, 2011.
Gambar 4. Fase Pertumbuhan S. cerevisiae
21
Mekanisme dalam proses biosorpsi S. cerevisiae diawali dengan pengikatan logam pada gugus sulfur yang terdapat dari asam amino sistein yang
terdapat pada dinding sel. Berikut kandungan asam amino yang terdapat dalam S. cerevisiae:
Tabel 1. Kandungan Asam Amino dalam Khamir S. cerevisiae
No. Asam Amino
Jumlah
1. Fenilalanin
4,1-4,8 2.
Isoleusin 4,6-5,3
3. Lisin
7,7-7,8 4.
Leusin 7,0-7,8
5. Metionin
1,6-1,7 6.
Sistein 0,9
7. Treonin
4,8-5,4 8.
Triptofan 1,1-1,3
9. Valin
5,3-5,8 Suriawiria, 1990
Gugus sulfur yang terdapat pada asam amino sistein sebesar 0,9 dalam ragi S. cerevisiae dimungkinkan dapat mengikat logam berat seperti timbal dan
kadmium. Metallothionein sebagai protein pengikat logam metal-binding protein berfungsi dan berperan dalam pengikatan atau penyekapan logam
dalam jaringan makhluk hidup. Kandungan dalam metallothionein berupa residu sistein yang dibutuhkan dalam mendetoksifikasi logam-logam berat
dengan mengikat kation dalam logam transisi. Terdapat dua domain dalam metallothionein yang mempunyai peran fungsional yaitu
domain β N-terminal yang terlibat dalam homeostasis dari ion logam esensial, dan domain α C-
terminal yang mengikat dengan kuat logam-logam toksik Ekawati, 2014.
22
Pertukaran ikatan dengan protein lain dalam metallothionein dapat berlangsung dengan mudah, meskipun metallothionein dapat mengikat logam
dengan sangat kuat. Peristiwa ini karena ikatan metallothionein terhadap logam memiliki kestabilan termodinamik yang tinggi namun stabilitas kinetiknya
rendah. Alasan inilah yang menjadikan metallothionein mempunyai fungsi biologis sebagai distributor dan mediator intraseluler terhadap logam-logam
yang diikatnya Ekawati, 2014.
4. Asam-Basa Lunak-Keras