35
berperan sebagai sel stok dan disimpan pada alat pendingin dengan suhu 4
o
C untuk dapat digunakan pada penelitian selanjutnya Widyatmoko, 2012.
4. Pembuatan Kultur Awal Starter
Media YPD cair yang telah disterilkan menggunakan autoklaf dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Sel ragi pada media diambil menggunakan
ose steril, kemudian dimasukkan ke dalam 10 mL YPD cair. Inkubasi dilakukan pada suhu kamar selama 12 jam Widyatmoko, 2012.
5. Pengamatan Profil Pertumbuhan Ragi S. cerevisiae
Sebanyak 25 mL media YPD cair dimasukkan dalam 2 buah Erlenmeyer 250 mL yang telah disterilkan terlebih dahulu. Media ditambah dengan starter
masing-masing 0,5 mL dari metode 4. Kultur tersebut diinkubasi menggunakan shaker dengan kecepatan 125 ppm pada suhu kamar selama 48
jam erlenmeyer ditutup dengan kapas. Pengukuran OD
600
dilakukan pada jam ke 0, 2, 4, 6, 8, 16, 24 dan 48. Profil pertumbuhan ragi S.cereviseae diketahui
dengan menghubungkan grafik antara waktu kontak dengan OD
600
Widyatmoko, 2012.
6. Pembuatan Larutan Induk Pb
2+
Pembuatan larutan induk Pb
2+
dilakukan dengan menimbang serbuk PbNO
3 2
dan dilarutkan dengan akuades hingga larut dalam erlenmeyer.
36
Larutan tersebut kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 mL dengan menambahkan akuades hingga tanda batas. Kemudian larutan digojog hingga
homogen. Larutan induk ini disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121
o
C selama 10 menit dan tekanan 1 atm. Pembuatan larutan induk didasarkan pada
perhitungan Widyatmoko, 2012. Massa kristal PbNO
3 2
= =
= 159,848 mg
7. Pembuatan Larutan Induk Cd
2+
Pembuatan larutan induk Cd
2+
dilakukan dengan menimbang serbuk CdSO
4
dan dilarutkan dengan akuades hingga larut dalam erlenmeyer. Larutan tersebut kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 mL dengan menambahkan
akuades hingga tanda batas. Kemudian larutan digojog hingga homogen. Larutan induk ini disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121
o
C selama 10 menit dan tekanan 1 atm. Pembuatan larutan induk didasarkan pada
perhitungan Widyatmoko, 2012. Massa kristal CdSO
4
= =
= 185,409 mg
37
8. Pengaruh Variasi Konsentrasi Pb
2+
terhadap Pertumbuhan Ragi S.
cerevisiae
Tahap ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai konsentrasi larutan Pb
2+
maksimum dengan kondisi sel ragi yang masih dapat hidup dengan baik. Variasi konsentrasi larutan Pb
2+
yang digunakan yakni 0; 5; 10; 15; 20 dan 25 ppm masing-masing dilakukan secara duplo.
Volume larutan Pb
2+
yang ditambahkan dapat ditentukan dengan rumus pengenceran berikut.
V
1
x C
1
= V
2
x C
2
Keterangan: V
1
: volume larutan Pb
2+
yang akan ditambahkan C
1
: konsentrasi larutan Pb
2+
yang akan ditambahkan V
2
: volume total sampel C
2
: konsentrasi larutan Pb
2+
total sampel Volume total sampel yaitu 10 mL termasuk 0,5 mL starter. Melalui rumus
di atas, maka akan diperoleh volume larutan Pb
2+
yang ditambahkan pada setiap variabel konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 3.
38
Tabel 3 . Volume Larutan Pb
2+
pada Setiap Variasi Konsentrasi
No. Konsentrasi
Pb
2+
ppm V
YPD
mL V
Pb
2+
mL V
starter
mL V
Total
Sampel mL
1. 9,5
0,5 10
2. 5
9,45 0,05
0,5 10
3. 10
9,4 0,1
0,5 10
4. 15
9,35 0,15
0,5 10
5. 20
9,3 0,2
0,5 10
6. 25
9,25 0,25
0,5 10
Sebanyak 12 buah erlenmeyer yang sudah disterilkan dengan autoklaf diisi dengan media YPD cair sesuai dengan tabel di atas. Setiap dua erlenmeyer
diisi masing-masing 9,5 mL; 9,45 mL; 9,4 mL; 9,35 mL; 9,3 mL; dan 9,25 mL. Starter sebanyak 0,5 mL ditambahkan pada masing-masing media cair dan
diinkubasi selama 6 jam, kemudian dilakukan pengukuran OD
600
setelah media diinkubasi.
Larutan Pb
2+
ditambahkan sesuai dengan variasi konsentrasi, setelah media diinkubasi selama 6 jam. Masing-masing kultur diinkubasi kembali
menggunakan shaker dengan kecepatan 125 rpm selama 10 jam sesuai hasil dari profil pertumbuhan ragi pada suhu kamar. Untuk mengetahui jumlah sel
ragi yang mampu hidup dalam media yang telah diberi Pb
2+
, dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan spektronik 20. Data yang didapatkan berupa
OD
600
pada variasi konsentrasi Pb
2+
. Data ini kemudian digambarkan dalam sebuah grafik yang menjelaskan mengenai konsentrasi Pb
2+
optimum dimana kondisi ragi S. cerevisiae masih tumbuh dengan baik.
39
9. Pengaruh Interferensi Variasi Konsentrasi Cd