Tingkat pertumbuhan harga Perkembangan harga CPO Internasional, harga CPO Domestik, harga TBS

nominal TBS Sumatera Utara yang mengalami peningkatan grafik. Dimana sebelumnya pada bulan Januari 2001 hingga bulan Agustus 2007, grafik perkembangan harga nominal TBS Sumatera Utara lebih rendah dengan grafik perkembangan harga rill TBS Sumatera Utara. Tetapi secara keseluruhan grafik perkembangan harga nominal TBS Sumatera Utara mengalami peningkatan secara signifikan dibandingkan dengan grafik perkembangan harga rill TBS Sumatera Utara. Dan ini sama seperti halnya pada gambar 6, yaitu grafik perkembangan harga nominal dan perkembangan harga rill CPO Domestik cenderung sama Jadi, dapat disimpulkan bahwa perkembangan harga nominal dan harga rill TBS Sumatera Utara cenderung sama yaitu mengalami peningkatan harga yang sama secara fluktuatif.

5.1.4. Tingkat pertumbuhan harga

Tingkat pertumbuhan harga pada harga TBS Sumatera Utara, harga CPO Domestik dan harga CPO Internasional mengalami pergerakkan yang cenderung sama pada setiap tahunnya. Pada tahun 2001 sampai 2009 tingkat pertumbuhan harga rill masing-masing harga per tahun mengalami pergerakkan fluktuasi yang sama. Tetapi di tahun 2010 tingkat pertumbuhan harga rill TBS Sumatera Utara dan harga rill CPO Domestik mengalami penurunan, sedangkan tingkat pertumbuhan harga rill CPO Internasional mengalami peningkatan. Pada tahun 2001, 2003 sampai 2009 tingkat pertumbuhan harga nominal masing- masing harga per tahun mengalami pergerakkan fluktuasi yang sama. Tetapi di tahun 2002 dan 2010 tingkat pertumbuhan harga nominal TBS Sumatera Utara dan harga nominal CPO Domestik mengalami penurunan, sedangkan tingkat pertumbuhan harga nominal CPO Internasional mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan masing-masing harga ini dapat kita lihat pada tabel 6 di bawah ini : Tabel 6. Tingkat pertumbuhan harga Tahun P TBS P CPO Domestik P CPO Internasional Nominal RpKg Rill RpKg Nominal RpKg Rill RpKg Nominal USTon Rill RpKg 2001 3,642 2,753 3,731 2,840 2,749 2,630 2002 2,855 2,089 2,395 1,626 3,020 1,112 2003 0,035 -0,402 0,205 -0,231 0,614 -0,214 2004 -0,754 -1,279 -0,922 -1,449 -2,342 -4,017 2005 0,220 -1,091 0,227 -1,090 -0,083 -0,879 2006 1,641 1,120 1,977 1,457 2,841 1,665 2007 4,135 3,608 4,056 3,535 4,062 3,809 2008 -5,474 -6,391 -4,594 -5,511 -6,902 -5,914 2009 2,861 2,624 2,368 2,131 3,559 1,921 2010 1,487 0,931 1,177 0,619 3,782 2,856 Sumber : Data olahan dari lampiran 9,10 dan 11 Pada tabel 6 tampak jelas bahwa tingkat pertumbuhan harga di tahun 2010 mengalami tingkat pertumbuhan harga per tahun yang berbeda pada tingkat pertumbuhan harga TBS Sumatera Utara, harga CPO Domestik dengan harga CPO Internasional dimana tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 0,931, 0,619 dan 2,856. Ini dikarenakan pada bulan November 2010 harga CPO Internasional mengalami kenaikkan harga sebesar Rp 863,809 per Kg dengan tingkat pertumbuhan harga per bulan sebesar 11,262, sedangkan harga TBS Sumatera Utara dan CPO Domestik masing-masing mengalami kenaikkan harga sebesar Rp 0,007 dan Rp 37,295 per Kg dengan tingkat pertumbuhan per bulan masing-masing sebesar 0,001 dan 0,619. Pergerakan tingkat pertumbuhan harga nominal juga cenderung sama dalam sepuluh tahun terakhir, hanya saja di tahun 2002 dan 2010 tingkat pertumbuhan harga TBS Sumatera Utara dan Harga CPO Domestik mengalami penurunan, sedangkan tingkat pertumbuhan harga CPO Internasional mengalami peningkatan. Pada tabel 6 tampak jelas bahwa tingkat pertumbuhan harga di tahun 2002 dan 2010 mengalami tingkat pertumbuhan harga per tahun yang berbeda pada tingkat pertumbuhan harga TBS Sumatera Utara, harga CPO Domestik dengan harga CPO Internasional dimana tingkat pertumbuhan di tahun 2002 dan 2010 masing-masing sebesar 2,855, 2,395, 3,02, dan 1,478, 1,177, 3,782 . Ini dikarenakan pada bulan Juni 2002 dan November 2010 harga CPO Internasional mengalami kenaikkan harga masing-masing sebesar 38,180 US per Ton dan 123,790 US per Ton dengan tingkat pertumbuhan harga per bulan masing-masing sebesar 10,154 dan 11,262, sedangkan harga TBS Sumatera Utara dan CPO Domestik masing-masing mengalami kenaikkan harga sebesar Rp 44,833 dan Rp 195,503 per Kg dengan tingkat pertumbuhan masing-masing 7,288 dan 6,319 di bulan Juni 2002, serta Rp 9,210 dan Rp 90,510 per Kg dengan tingkat pertumbuhan per bulan masing-masing sebesar 0,597 dan 1,212 di bulan November 2010. Tahun 2004 dan 2008 merupakan tahun dimana tingkat pertumbuhan harga nominal masing-masing harga mengalami penurunan harga jual yang sangat drastis, yaitu antara 0 – 11. Penyebabnya adalah : • Sejak Juli-September 2008 karena berkurangnya permintaan akibat melambatnya kinerja perekonomian global atau terjadinya krisis global • Harga minyak mentah dunia yang melemah • Meningkatnya produksi minyak kedelai dan bunga matahari di Amerika Latin, Amerika Serikat, dan Eropa semakin menekan harga CPO • Meningkatnya produksi minyak sawit di negara Malaysia dan Indonesia, sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia • Adanya isu-isu seperti produk yang tidak higienis, pengrusakan ekosistem hutan termasuk isu pemusnahan orang utan merupakan isu yang diangkat untuk menjatuhkan harga CPO dunia oleh negara penghasil produk subtitusi minyak nabati selain CPO. Sedangkan tahun 2006 dan 2009 merupakan tahun dimana tingkat pertumbuhan masing- masing harga mengalami peningkatan harga jual yang sangat drastis, yaitu antara 1 - 3. Ini dikarenakan : • Penurunan produksi sawit dan kedelai, yang merupakan bahan baku utama minyak nabati dunia • Munculnya El Nino yang menyebabkan kekeringan panjang di Asia Tenggara. Sebaliknya, fenomena alam itu menyebabkan hujan luar biasa deras di Amerika Latin, sehingga merusak panen kedelai • Membaiknya kembali harga minyak mentah dunia, seiring dengan mulai pulihnya perekonomian di Amerika Serikat AS, Jepang, dan negara-negara di Eropa. Terkhususnya meredanya krisis global yang terjadi di Amerika Serikat • Sentimen pemanfaatan CPO sebagai bahan baku biodiesel, sebagai dampak dari meningkatnya harga minyak bumi dunia Crude Oil Tahun 2004 dan 2008 merupakan tahun dimana tingkat pertumbuhan harga Rill masing-masing harga mengalami penurunan harga jual yang sangat drastis, yaitu antara 6 – 9. Ini di karenakan : • Pada umumnya faktor yang mempengaruhi penurunan harga nominal ikut juga juga mempengaruhi penurunan harga rill • Setiap tahun pada semester kedua, Indonesia sebagai negara produsen CPO Dunia mengalami “banjir buah”. Terkhususnya pada tahun 2008, banyak TBS yang dibiarkan busuk akibat imbas krisis global • Terjadinya peningkatan persentase inflasi yang ditandai dengan meningkatnya persentase Index Harga Konsumen IHK secara fluktuatif Sedangkan tahun 2003 dan 2009 merupakan tahun dimana tingkat pertumbuhan masing- masing harga mengalami peningkatan harga jual yang sangat drastis, yaitu antara 2 - 5. Penyebabnya adalah : • Pada umumnya faktor yang mempengaruhi peningkatan harga nominal ikut juga juga mempengaruhi peningkatan harga rill. Terkhususnya di tahun 2009, dimana Indonesia mengalami perbaikan ekonomi pasca krisis global terjadi • Setiap tahun pada semester pertama, Indonesia sebagai negara produsen CPO Dunia mengalami “track buah” • Terjadinya penurunan persentase inflasi yang ditandai dengan menurunnya persentase Index Harga Konsumen secara fluktuatif Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan harga nominal dan harga rill CPO Internasional, CPO Domestik, dan TBS Sumatera Utara cenderung sama yaitu mengalami peningkatan harga yang sama secara fluktuatif.

5.2. Hubungan korelasi antara harga CPO Internasional, harga CPO Domestik, dan