Peran Pekerja Sosial dalam Masalah KDRT Kerangka Pemikiran

c. Perempuan adalah lemah, memiliki posisi lebih rendah, tidak mampu menjaga dirinya sendiri dan tidak mampu menjaga anak-anaknya. d. Laki-laki dewasa adalah pengganggu dan berbahaya. Anak-anak dari keluarga demikian akan cenderung kurang mampu menyatakan perasaan-perasaannya secara verbal, dan lebih terbiasa menunjukan kegelisahannya, ketakutan dan kemarahan melalui prilakunya. Bila sikap diam karena hal takut adalah hal lumrah pada keluarga yang diwarnai kekerasan dapat dimengerti bahwa cara adaptasi seperti ini juga dipelajari oleh anak. Anak akan menekan perasaan-perasaannya sendiri. Emosi-emosi negatif yang tidak dapat diberinya nama dirasakan campur aduk, takut, marah, bingung, merasa bersalah, sedih, khawatir, kecewa, ambivalen Cicie, 1999 : 37

2.4 Peran Pekerja Sosial dalam Masalah KDRT

Beberapa peranan pekerja sosial yang saling berkaitan, menunjang dan melengkapi dalam penyelesaian masalah kekerasan dalam rumah tangga tercakup dalam aspek-aspek sebagai berikut: a. Informasi, yaitu menghimpun, mengembangkan, memanfaatkan serta menyediakan data dan informasi yang berkaitan dengan penanganan masalah kekerasan dalam rumah tangga. b. Partisipasi, yaitu mengambil langkah-langkah aktif asilitas, proaktif dalam penyediaan sumber yang dibutuhkan oleh sasaran serta pengembangan pendekatan penanggulangan masalah dan peningkatan kesejahteraan sasaran. Universitas Sumatera Utara c. Pemberdayaan, yaitu meningkatkan pengertian, kesadaran, tanggungjawab, komitmen, partisipasi dan kemampuan semua pihak yang terkait dengan penanganan masalah kekerasan dalam rumah tangga. d. Fasilitas, yaitu memberikan kemudahan berupa sumber dan peluang bagi organisasi dan lembaga penyedia pelayanan sosial dalam penanganan kekerasan dalam rumah tangga. e. Asistensi, yaitu menyediakan bantuan, baik material maupun konsultasi, bagi organisasi dan lembaga penyedia pelayanan sosial dalam penanganan kekerasan dalam rumah tangga. f. Mediasi, yaitu menjalurkan kepentingan berbagai pihak, baik kepentingan antar organisasi atau lembaga penyedia peayanan maupun antara pihak yang membutuhkan dengan pihak pemilik sumber, sehingga tercipta suatu sistem yang baik untuk penanganan kekerasan dalam rumah tangga. g. Kemitraan, yaitu menjalin hubungna dengan pemilik sumber serta menyalurkan hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi atau lembaga penyedia pelayanan dengan pemilik sumber. h. Mobilisasi, yaitu menghimpun, mendayagunakan, mengembangkan dan mempertanggungjawabkan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam penanganan kekerasan dalam rumah tangga Solekhah, 2009 : 8.

2.5 Kerangka Pemikiran

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah kekerasan dalam keluarga yang banyak terjadi menimpa rumah tangga di Indonesia saat ini. Kekerasan dalam Universitas Sumatera Utara rumah tangga kadang dikaitkan dengan istilah kekerasan terhadap pasangan. Adapun kekerasan pasangan didefenisikan sebagai penggunaan kekerasan fisik oleh pasangannya yang terjadi pada hubungan yang tela intim pada pasangannya. Kekerasan pasangan ini mencakup kekerasan secara psikologis seperti intimidasi, ancaman, penghinaan dimuka umum, kata-kata kasar dilakukan secara berulang-ulang. Perkembangan ruang lingkup kekerasan dalam rumah tangga selanjutnya ialah bentuk kekerasan terhadap anak, yang sering ikut manjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga disebabkan oleh berbagai faktor yang memicu terjadinya kekerasan tersebut. Faktor-faktor pemicu ini menjadi alasan pelaku untuk melakakukan kekerasan terhadap isteri atau anak yang menjadi korban kekerasan. Korban menjadi tempat pelampiasan si pelaku dalam menyalurkan emosinya yang dikeluarkan dalam bentuk kekerasan, sehingga menyebabkan korban merasa tersakiti. Masalah kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh beberapa belah pihak keluarga inipun seringkali memutuskan untuk membawa permasalahan kekerasan dalam rumah tangga langsung diproses pada pengadilan agamahukum yang hanya akan memberikan solusi untuk bercerai. Untuk itu, Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Deli Serdang yang bergerak di bidang kesejahteraan keluarga memuat adanya penanganan kekerasan dalam rumah tangga. Dari penanganan kekerasan dalam rumah tangga diharapkan para keluarga dapat menghindari terjadi berkembang, dan terjadinya kembali masalah yang dialami anggota keluarga; mengatasi masalah serta memulihkan dan meningkatkan kedudukan dan peranan sosial anggota keluarga, dan mempertahankan dan sekaligus memperbaiki Universitas Sumatera Utara dan meningkatkan kualitas kondisi yang ada pada saat ini agar tidak terjadi penurunan yang berdampak pada tumbuh kembangnya masalah. Dimana dalam penanganan kekerasan dalam rumah tangga mempunyai jenis pelayanan yaitu konsultasi dan advokasi. Konsultasi berupa informasi, program, dan pemecahan masalah keluarga, sedangkan advokasi berupa advokasi terhadap penanganan kasus. Tujuan dari lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga itu sendiri adalah agar keluarga dapat memanfaatkan pelayanan, agar keluarga dapat memecahkan masalah kekerasan dalam rumah tangga dan agar keluarga memperoleh informasi tentang pencegahan dan pemecahan masalah keluarga. Universitas Sumatera Utara 2. Advokasi Advokasi keluarga adalah suatu peroses pertolongan untuk membantu keluarga sehingga mendapatkan pelayanan atau dapat memanfaatkan sumber-sumber yang dibutuhkan atau yang menjadi hak mereka dengan cara-cara melindungi martabat mereka serta untuk mempengaruhi dan mendorong terjadinya perubahan dalam kebijakan-kebijakan praktek-praktek dan aturan- aturan dalam memecahkan masalah atau mewujudkan kesejahteraan kelurga pada suatu komunitas atau masyarakat secara menyeluruh. Berdasarkan pengertian tersebut advokasi sosial keluarga berupa advokasi kasus menunjukan advokasi pada satu kasus. Advokasi ini dilaksanakan dalam situasi dimana individu konflik dengan suatu organisasi karena satu dan lain hal menyebabkan hak atau kebutuhannya tidak terpenuhi oleh organisasi.

BAB III Metode Penelitian

3.1 Tipe Penelitian