Pelaku Kekerasan Perempuan Istri Sebagai Korban Kekerasan

2.3.1 Pelaku Kekerasan

Pelaku adalah seseorang atau beberapa orang yang melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga. Pelaku kekerasan rumah tangga dalam berbagai bentuk kekerasan ternyata tidak terbatas pada usia, tingkat pendidikan, agama, status sosial-ekonomi, suku, kondisi psikopatologi, maupun hal-hal lain. Kekerasan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga sering memiliki persamaan dalam hal latar belakang kehidupan pelaku dan kepribadian yang berkaitan dengan tingkah laku agresif. Banyak pelaku kekerasan dalam rumah tangga berasal dari keluarga yang biasa terjadi kekerasan dalam kehidupan sehari-harinya, karenanya pelaku belajar dari keluarganya itu menjadi menganggap kekerasan sebagai bentuk pengkambingitaman atau sekedar sebagai tumpahan frustasi, merupakan bentuk penyelesaian konflik yang biasa dan dapat diterima. Salah satu karakteristik penting pelaku kekerasan dalam rumah tangga adalah rendahnya harga diri. Seorang suami atau laki-laki sering memiliki anggapan bahwa laki- laki harus menjadi penguasa, pengambil keputusan, orang nomor satu, mungkin diakui atau tidak merasa ia tidak dapat mencapai tuntutan itu atau sulit menggapainya, sehingga merasa tidak kompeten, tidak cukup hebat, tidak cukup kuat, tidak cukup berhasil. Ia kemudian melakukan penganiayaan pada yang lebih lemah sebagai bentuk mekanisme perthanan dirinya, untuk mengatasi perasaan tidak berdayanya Ciciek, 1999: 39

2.3.2 Perempuan Istri Sebagai Korban Kekerasan

Korban adalah orang yang mengalami tindak kekerasan dalamlingkup rumah tangga. Perempuan korban kekerasan, seperti juga pelaku kekerasannya, dapat berasal Universitas Sumatera Utara dari berbagai latar belakang usia, pendidikan, tingkat sosial-ekonomi, agama, dan suku bangsa. Khusus untuk kekerasan dalam rumah tangga, korban kekerasan yang dapat teridentifikasi adalah mereka yang mencari pertolongan dan datang ke lembaga-lembaga yang mereka anggap dapat membantu mereka. Perempuan demikian tidak jarang tampil sebagai perempuan yang sangat pasif, menunjukan ketakutan dan kekhawatiran berlebihan, terkesan sangat emosional, labil, banyak menangis, histeris atau sebaliknya terkesan sangat sulitdiajak berkomunikasi dan terpaku kepada pemikiran-pemikirannya sendiri Luhulima, 2000 : 32. Menganggapi hal ini, orang-orang yang tidak menekuni isu kekerasan terhadap perempuan akan cenderung mengambil sikap blaming the victim dengan menyatakan bahwa perempuan tersebut memang aneh, memiliki banyak masalah pribadi atau mungkin sedikit terganggu sehingga pasangan hidupnya kehilangan kesabaran menghadapinya. Sementara itu, konselor yang memahami isu kekerasan terhadap perempuan, atau berpandangan feministik akan mengajukan atau memandang gangguan atau patoogi yang ditampilkan korban sebagai akibat kekerasan yang dialami bukan sebagai penyebab. Studi terhadap perempuan-perempuan korban kekerasan domestik memang menunjukkan bahwa perempuan dengan sejarah kekerasan yang panjang memang cenderung menjadi sangat membatasi diri dan terisolasi. Mereka sering menarik diri dari temen-temen dan keluarga karena merasa malu dan bersalah. Dapat dipahami bila perempuan demikian akan menunjukan respon penyesuaian sosial yang canggung. Bahkan aneh dimata orang luar yang tidak memahami permasalahannya secara mendalam. Universitas Sumatera Utara Banyak sekali pertanyaan dan keheranan : mengapa banyak perempuan tetap tinggal dalam hubungan yang penuh kekerasan? Mengapa mereka tidak meninggalkan suaminya? Beberapa alasannya adalah : a. Ketiadaan dukungan sosial yang sungguh memahami kompleksitas situasi yang dihadapi perempuan b. Citra diri yang negatif c. Keyakinan bahwa suami akan berubah d. Kesulitan ekonomi e. Kekhawatiran tidak dapat membesarkan anak dengan baik tanpa kehadiran pasangan f. Keraguan bahwa meraka akan dapat bertahan dalam dunia yang kejam g. Akhirnya perempuan dapat terus bertahan daam kondisi kekerasan karena kekhawatiran adanya pembalasan dan kekerasan yang lebih hebat yang akan diterimanya Luhulima, 2000 : 33.

2.3.3 Anak Sebagai Korban Kekerasan