22 khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda tata tulis Sutrisna Wibawa,
dkk., 2004: 17-21. Akan tetapi, dalam penelitian ini pembahasan dibatasi pada materi aksara Jawa nglegena dan pasangan, serta sandhangan dan juga panyigeg
yang sudah digunakan semenjak kelas IV. Untuk cara menulis aksara Jawa yaitu dari kiri ke kanan. Letak
penulisannya di bawah garis atau menggantung. Penulisan aksara Jawa tidak memisahkan satu kata dengan kata yang lain, melainkan ditulis terus
menyambung.
a. Aksara
Legena dan Pasangan
Aksara legena merupakan 20 aksara Jawa dasar yang masih telanjang atau belum diberi sandhangan ataupun tanda lainnya. Aksara ini masing-masing
memiliki pasangan yang berfungsi untuk mengikuti suku kata mati atau tertutup dengan suku kata berikutnya.
Sumber gambar: http:faroidcs.wordpress.com20120125aksara-jawa. Diunduh pada 18 Februari 2014, Jam 14.30 WIB
Gambar 1. Aksara Carakan Legena dan Pasangan
23 Contoh penulisan kata yang menggunakan pasangan sebagai berikut:
1 tandha
,
terdiri dari huruf ta yang diikuti suku kata mati n na sehingga berbunyi tan, kemudian suku kata berikutnya ditulis
pasangan dha sehingga terbaca tandha tanda.
2 tamba lara
pasangan ba
3 sampah
pasangan pa
4 bapak lara
pasangan la
5 nanem nanas
pasangan na
Aksara Jawa apabila tidak diberi sandhangan, menurut Darusuprapta, dkk 1994:13 diucapkan sebagai gabungan konsonan dan vokal a. Vokal a di dalam
bahasa Jawa mempunyai dua macam variasi ucapan yaitu: 1
a dilafalkan seperti lafal o dalam kata bahasa Indonesia: pokok, tolong, tokoh. Misalnya:
ana berarti
ada dalam
bahasa Jawa 2
a dilafalkan seperti vokal a dalam kata bahasa Indonesia: ada, siapa, semua. Misalnya:
malam berarti lilin untuk membatik
b. Sandhangan dan Panyigeg
Sandhangan merupakan penanda yang berfungsi sebagai pengubah bunyi aksara Jawa Darusuprapta dkk, 1994: 13. Sandhangan aksara Jawa dibagi
menjadi dua golongan yaitu sandhangan suaravokal sandhangan swara yang meliputi wulu, pepet, suku, taling, taling tarung, dan sandhangan konsonan
penutup suku kata panyigeg wanda yang meliputi wignyan, layar, cecak, dan pangkon.
24 Tabel 2 . Sandhangan dan Panyigeg
Nama Sandhangan
Aksara Jawa
Keterangan Nama
Sandhangan Aksara
Jawa Keterangan
Wulu Tanda vokal i
Wignyan Konsonan h
Suku Tanda vokal u
Cecak Konsonan ng
Taling Tanda vokal e’
Pangkon Penghilang vokal
Pepet Tanda vokal e
Pengkal Konsonan ya
Taling Tarung Tanda vokal o
Cakra Konsonan ra
Layar Konsonan r
Cakra keret Konsonan re
Contoh penulisan kata yang menggunakan sandhangan dan panyigeg 1
Sandhangan Wulu Sandhangan wulu digunakan untuk melambangkan suara atau vokal i
dalam suatu suku kata, ditulis di atas bagian akhir aksara. Contoh: basa Jawi
2 Sandhangan Pepet
Sandhangan pepet digunakan untuk melambangkan suara atau vokal e, ditulis di atas bagian akhir aksara.
Contoh: kesel “lelah”
Sandhangan pepet tidak dipakai dalam menulis suku kata re dan le yang bukan sebagai pasangan karena re dan le yang bukan pasangan, dilambangkan
dengan dan
. Misalnya: rega lemari
“harga almari.
25 3
Sandhangan Suku Sandhangan suku digunakan untuk melambangkan suara vokal u.
Sandhangan suku ditulis serangkai dengan bagian akhir aksara, dan apabila yang diberi sandhangan suku itu pasngan ka, ta, dan la, bentuknya diubah seperti
aksara pokok masing-masing, kemudian dirangkai dengan sandhangan suku. Misalnya:
samak buku “sampul buku”
kraton kuna “kerajaan kuna”
4 Sandhangan Taling
Sadhangan taling digunakan untuk melambangkang suara vokal e`. Sandhangan taling ditulis di depan aksara.
Misalnya: e`di p`eni
“ indah permai” 5
Sandhangan Taling Tarung ... Sandhangan taling tarung digunakan untuk melambangkan suara vokal o.
Sandhangan taling tarung ditulis di depan dan di belakang mengapit aksara, sedangkan pada pasangan ditulis mengapit aksara mati dan pasangan-nya.
Misalnya: soto
, bis kota 6
Sandhangan Wignyan Sandhangan wignyan digunakan untuk melambangkan konsonan h sebagai
penutup suku kata, ditulis di belakang aksara. Misalnya:
sawah , cahya
“cahaya”
26 7
Sandhangan Layar
Sandhangan layar digunakan untuk melambangkan konsonan r sebagai penutup suku kata. Sandhangan layar ditulis di atas bagian akhir aksara.
Misalnya: pesisir
“ pantai”, bubur
“bubur” 8
Sandhangan Cecak Sandhangan cecak digunakan untuk melambangkan konsonan ng sebagai
penutup suku kata. Sandhangan cecak ditulis di atas bagian akhir aksara. Apabila digunakan bersama sandhangan wulu suara vokal i maka ditulis di belakang
sandhangan wulu. Apabila digunakan bersama sandhangan pepet suara vikal e maka ditulis di dalam sandangan pepet.
Misalnya: wayang wong
“wayang orang” ing wingking
“di belakang” sugeng rawuh
“sugeng rawuh” 9
Sandhangan Pangkon Sandhangan pangkon digunakan untuk menyatakan konsonan matipenutup
dalam suku kata. Sandhangan pangkon ditulis di belakang aksara yang dimatikan. Misalnya:
kantor pos
Sandhangan pangkon juga dapat berfungsi sebagai batas bagian kalimat atau rincian yang belum selesai.
Misalnya: Bapak lagi macul, simbok masak, aku angon sapi.
27 “Bapak sedang mencangkul, ibu memasak, saya menggembala sapi”
Sandhangan pangkon dapat digunakan untuk menghindarkan tulisan aksara Jawa bersusun lebih dari dua tingkat.
Misalnya: benik klambi
“kancing baju”
3. Evaluasi Penilaian Membaca Aksara Jawa