27 “Bapak sedang mencangkul, ibu memasak, saya menggembala sapi”
Sandhangan pangkon dapat digunakan untuk menghindarkan tulisan aksara Jawa bersusun lebih dari dua tingkat.
Misalnya: benik klambi
“kancing baju”
3. Evaluasi Penilaian Membaca Aksara Jawa
Menurut Endang Poerwanti, dkk. 2008: 5, evaluasi merupakan proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara
membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu, dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan, batas keberhasilan,
dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, dan patokan lainnya. Untuk melakukan evaluasi diperlukan tes dengan bentuk tes yang
disesuaikan dengan pembelajaran. Dalam melakukan evaluasi atau penilaian membaca dan menulis aksara
Jawa, guru seringkali hanya mengandalkan penilaian dengan bentuk instrumen pilihan ganda dan esai. Padahal bentuk instrumen tes dan skoringnya dapat dibuat
bervariasi. Menurut Venny Indria Ekowati dalam Mulyana 2008: 261-262 untuk materi membaca aksara Jawa, ujian lisan mutlak diperlukan karena akan diketahui
kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa baik kecepatan maupun ketepatan pelafalan. Sedangkan untuk ujian tertulis dinilai kurang efektif. Venny Indria
Ekowati dalam Mulyana 2008: 262 kembali menegaskan bahwa dengan ujian lisan, akan diketahui kemampuan sebenarnya masing-masing siswa. Bahan ujian
28 tidak perlu terlalu panjang, sejauh mampu mendeteksi kemampuan individu setiap
siswa dalam membaca aksara Jawa. Mendasarkan pada pendapat yang dikemukakan Venny di atas, maka untuk
evaluasi keterampilan membaca aksara Jawa dalam penelitian ini dilakukan secara lisan dan tidak terlalu panjang yaitu masing-masing siswa maju untuk membaca
dua kalimat beraksara Jawa. Untuk pedoman penilaian diadopsi dari pedoman penilaian Soni Indrawan 2014: 55. Aspek yang dinilai meliputi ketepatan
menyuarakan tulisan, ketepatan pelafalan dan juga kelancaran membaca. Tabel 3. Pedoman Penilaian Membaca Aksara Jawa
No. Aspek yang
Dinilai Skor
Kriteria 1
Ketepatan menyuarakan
tulisan 1
2 3
4 Jika tepat menyuarakan satu kata dalam kalimat
Jika tepat menyuarakan dua kata dalam kalimat Jika tepat menyuarakan tiga kata dalam kalimat
Jika tepat menyuarakan empat kata dalam kalimat
2 Lafal
1 2
3 4
Jika benar dalam melafalkan satu kata dalam kalimat Jika benar dalam melafalkan dua kata dalam kalimat
Jika benar dalam melafalkan tiga kata dalam kalimat Jika benar dalam melafalkan empat kata dalam kalimat
3 Kelancaran
1 2
3 4
Jika lancar mengucapkan satu kata tanpa pengulangan Jika lancar mengucapkan dua kata tanpa pengulangan
Jika lancar mengucapkan tiga kata tanpa pengulangan Jika lancar mengucapkan empat kata tanpa pengulangan
Aspek ketepatan menyuarakan tulisan digunakan untuk menilai ketepatan
setiap kata yang diucapkan siswa dengan tulisan yang ditulis dengan aksara Jawa. Aspek lafal digunakan untuk menilai ketepatan siswa dalam mengucapkan bunyi
bahasa fonem. Hal ini perlu dinilai karena dalam aksara Jawa terdapat fonem yang diucapkan berbeda dengan tulisannya, misalnya vokal a ada yang diucapkan
sebagai a seperti dalam kata “ada” , misalnya sandhal, adapula yang diucapkan
29 sebagai o seperti dalam kata “organ”, misalnya punakawan dibaca punokawan.
Aspek kelancaran digunakan untuk menilai kelancaran siswa dalam membaca aksara Jawa .
C. Kajian tentang Active Learning Tipe Index Card Match
1. Pembelajaran Aktif
Active Learning a.
Pengertian Pembelajaran Aktif Active Learning
Proses pembelajaran semestinya melibatkan siswanya baik secara intelektual maupun emosional. Siswa dipandang sebagai inti dalam kegiatan
belajar mengajar, sehingga siswa benar-benar berperan dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dengan adanya partisipasi aktif dari siswa,
pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Lebih dari 2400 tahun yang lalu Confusius Mel Silberm
an, 2009: 1 pernah menyatakan bahwa: “what I hear, I forget apa yang saya dengar, saya lupa, what I see, I remember
apa yang saya lihat, saya ingat, what I do, I understand apa yang saya lakukan, saya paham. Pernyataan tersebut oleh Mel Silberman 2009: 1-2
dimodifikasi dan diperluas menjadi: What I hear, I forget.
What I hear, see, and ask question about or discuss with someone else, I begin to undertand.
What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master.
Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan
beberapa kolegateman, saya mulai paham Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya
memperoleh pengetahuan dan keterampilan Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya.