32
b. Ciri-Ciri Active Learning
Beberapa ciri active learning sebagaimana dikemukakan dalam pembelajaran model ALS Active Learning In School, 2009 dalam Hamzah
B. Uno dan Nurdin Muhammad, 2011: 76 adalah sebagai berikut. 1 pembelajaran berpusat pada siswa, 2 pembelajaran terkait dengan
kehidupan nyata, 3 pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi, 4 pembelajaran melayani gaya belajar anak yang
berbeda-beda, 5 pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah siswa-guru, 6 pembelajaran menggunakan lingkungan
sebagai media atau sumber belajar, 7 pembelajaran berpusat pada anak, 8 penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk
melakukan kegiatan belajar, 9 guru memantau proses belajar siswa, dan 10 guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak.
Sementara itu, menurut Dalyono 2009: 201-202 ada beberapa ciri
yang harus tampak dalam active learning, yakni: 1
situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi terkendali,
2 guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak memberikan
rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah, 3
guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa baik sumber tertulis maupun sumber manusia,
4 kegiatan belajar siswa bervariasi ada kegiatan yang dilakukan secara
bersama, ada yang dilakukan secara kelompok dengan diskusi dan ada pula yang dilakukan secara mandiri,
5 hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan
manusia layaknya hubungan bapak anak, bukan atasan dengan bawahan,
33 6
situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan kebutuhan siswa,
7 belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai
siswa tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan siswa,
8 adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan
atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupun siswa lain, dan
9 guru senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas dari benar dan
salah, dan tidak diperkenankan membunuh atau mengurangi atau menekan pendapat siswa di depan siswa lainnya, serta harus
mendorong siswa agar selalu mengajukan pendapatnya secara bebas. Dalam penelitian ini, pembelajaran aksara Jawa yang semula terasa
pasif dan kurang menarik bagi siswa, akan dibuat menjadi pembelajaran yang menantang bagi siswa dan menyenangkan dengan beraneka macam
kegiatan atau aktivitas yang harus dilakukan siswa. Selain itu, pembelajaran aksara Jawa dengan active learning ini membuat siswa berani bertanya dan
mengemukakan gagasannya, menciptakan situasi kelas yang fleksibel, dengan susunan yang bisa diubah-ubah untuk memudahkan dan membuat
nyaman siswa untuk bergerak ke sana dan ke mari. Peran guru dalam pembelajaran aksara Jawa juga tidak akan mendominasi, akan tetapi guru
sebagai fasilitator, akan memandu jalannya pembelajaran hingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
34
c. Prinsip