126 Kenaikan nilai rata-rata siswa mulai dari pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat
dilihat dari diagram batang berikut ini
Gambar 10. Diagram Peningkatan Nilai Rata-Rata Kelas
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain: 1.
Pelaksanaan tindakan hanya dilakukan dua pertemuan setiap siklus, dan diakhiri setelah keberhasilan tindakan tercapai pada siklus II mengingat
waktu yang dialokasikan untuk pembelajaran aksara Jawa terbatas. 2.
Pada saat tindakan atau melaksanakan pembelajaran aksara Jawa menggunakan active learning tipe index card match, kehadiran siswa tidak
mencapai 100 dalam setiap tahapannya, sehingga data yang diamati dilakukan terhadap 17 siswa saja yang benar-benar konsisten kehadiran dan
keikutsertaannya dalam proses pembelajaran menggunakan active learning tipe index card match.
63,82 73,41
78,29
50 55
60 65
70 75
80
Tahapan Kegiatan
DIAGRAM NILAI RATA-RATA KELAS
Pratindakan Siklus I
Siklus II
ju ml
ah n
il ai
rat a
-rat a
Keterangan:
127
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca aksara Jawa siswa kelas V SD N
Karen dapat ditingkatkan dengan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran active learning tipe index card match yang merupakan model pembelajaran yang
terintegrasi dengan media kartu. Dalam active learning tipe index card match, strategi meninjau ulang membuat siswa menjadi lebih ingat, paham akan materi
aksara Jawa, serta terampil dalam membacanya. Media kartu indeks membuat siswa lebih antusias dalam belajar dan mudah memahami materi aksara Jawa.
Teknik belajar yang dilakukan secara berpasangan membuat siswa lebih berani dan percaya diri dalam mengungkapkan pendapat, bertanya, maupun menjawab
pertanyaan dalam suasana yang menyenangkan. Peningkatan keterampilan membaca aksara Jawa siswa tersebut dapat dilihat
dari adanya peningkatan rerata nilai membaca aksara Jawa mulai dari 63,82 pada pratindakan, menjadi 73,41 pada siklus I, dan naik sampai dengan 78,29 pada
siklus II. Selain itu, persentase siswa yang mencapai KKM atau masuk kategori terampil termasuk sangat terampil juga mengalami peningkatan yaitu berawal
dari 23,53 pada pratindakan, naik menjadi 52,94 pada siklus I, dan naik kembali menjadi 82,35 pada siklus II. Hasil observasi menunjukkan bahwa
partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat, siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, siswa menjadi lebih percaya diri dalam menyatakan