4.6.1. Lakukan Tata Batas Ulang Secara Mufakat
Meskipun PT Toba Pulp Lestari TPL memiliki konsesi dan areal kerja di areal permukiman masyarakat Pandumaan dan Sipituhuta namun nyatanya
dilapangan belum ada tata batas yang jelas antara hutan adat masyarakat dengan areal kerja TPL. Kondisi inilah yang mengakibatkan tetap ditemukan aktivitas
pemanfaatan penyelesaian RKT TPL didaerah konflik ini, dan ditambah menggangu hutan adat Hutan Kemenyan yang berbatasan dengan areal kerja PT
TPL. Dalam rangka mengurangi permasalahan ini maka sebagai perusahaan besar dan memiliki konsesi yang jelas sebaiknya lakukan tata batas ulang yang
mmelibatkan masyarakat dan stakeholder lainnya. Sebelum melakukan pembatasan ulang harus dipastikan setiap masyarakat dua desa yaitu Desa
Pandumaan dan Desa Sipituhuta mengetahui tentang pelaksanaan pembatasan ulang beserta kompensasi dan aturan yang harus disepakati, dan setelah itu agar
tidak menimbulkan konflik di kemudian hari sebaiknya membangun patok-patok yang kokoh dengan jarak yang teratur setelah tata batas tersebut.
4.6.2. Kerjasama Intensif dengan Aparat Penegak Hukum
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan masyarakat Desa Pandumaan dan Desa Sipituhuta Kecamatan Pollung bahwa selama ini
masyarakat di dua desa lebih menerapkan hukum adat yang berlaku di Desa ini jadi setiap masalah yang terjadi selalu diselesaikan dengan hukum adat, terkait
dengan konflik masyarakat dengan PT TPL karena konflik ini tergolong konflik yang sudah terbuka dan semua pihak sudah mengetahui permasalahan ini, hukum
adat mungkin kurang efektif untuk penyelesaiannya, jadi perlu kerjasama yang intesif dengan Aparat Penegak Hukum. Adanya penegakan hukum secara nyata,
Universitas Sumatera Utara
akan mendidik masyarakat untuk berindak dalam koridor hukum yang berlaku, sehingga keamanan akan tercipta. Pendidikan hukum bagi masyarakat dan pihak
Pengelola PT TPL sangatlah penting agar tidak ada hak-hak masyarakat yang hilang sehingga unsur keadialan tercipta.
4.6.3. Koordinasi Antar Lembaga