III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Panduman dan Desa Sipitu Huta Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan. Dengan selang
pengumpulan data kurang lebih satu bulan antara bulan Februari sampai Maret 2013.
3.2. Alat dan Objek Penelitian
Penelitian ini memerlukan alat bantu seperti camera digital, kuisoner, dan alat tulis lainnya sedangakan objek penelitian ini yaitu masyarakat yang tinggal di
Desa Sipitu Huta Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.
3.3. Metode pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan beberapa teknik berdasarkan jenis data yang dibutuhkan.
a. Teknik observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung pihak-pihak yang
memungkinkan mengalami konflik lahan di kawasan hutan Kemenyan. b.
Wawancara, yaitu wawancara responden dari pihak pemerintah yaitu Dinas Kehutanan , masyarakat sekitar konsesi PT Toba Pulp Lestari TPL yaitu
Desa Panduman dan Desa Sipitu Huta, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM. Wawancara dilakukan secara mendalam dan berulang untuk memahami
jawaban dari pertanyaan yang diajukan secara luwes, terbuka, tidak kaku, dan informal. Hasil dari wawancara ini akan menjadi data primer. Jumlah
Universitas Sumatera Utara
responden yang diambil sebanyak 20 responden yang merupakan penduduk yang berbatasan dengan konsesi TPL.
3.4. Jenis Data
Adapun jenis data-data yang dikumpulkan terdiri atas data pokok dan data penunjang yaitu:
3.4.1. Data Pokok
Data yang diperoleh berdasarkan stakeholder dalam pengelolaan sumberdaya hutan oleh masyarakat dan perusahaan melalui pengamatan langsung
di lapangan observasi, wawancara mendalam dan study pustaka dan literatur kemudian dijadikan sebagai data pokok dalam menganalisa data.
3.4.2. Data Penunjang
Data untuk menunjang data pokok sehingga dapat menambah ketajaman serta informasi dalam menganalisis data untuk mengahasilkan tujuan penelitian.
Data dapat diperoleh dari data umum dari pihak terkait serta studi literatur dan pustaka.
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Berdasarkan pada pendapat Miles dan Huberman 1992 dalam Sitorus 1998, bahwa ananalisis data kualitatif mencakup reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan, ketiga jalur analisis data tersebut menjadi acuan dalam tulisan ini. Penelitian ini sudah berada pada kondisi jenuh, yaitu pada saat
peneliti menanyakan kepada informan yang diwawancarai tentang informasi lain yang direkomendasikan, jawabannya tetap berkisar pada responden-responden
sebelumnya yang sudah penulis wawancari.
Universitas Sumatera Utara
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dilapangan, wawancara mendalam dengan responden serta dengan studi pustaka literatur dianalisis
berdasarkan tiga jalur analisis data kulitatif tersebut. analisis data kuantitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Analisis data
dilakukan melalui analisis stakeholder untuk mendapatkan hasil subtantif. Reduksi data dilakukan dengan menyederhanakan data yang diperoleh dari
lapangan dengan meringkas dan menggolongkan. Kegiatan ini dilakukan untuk menajamkan dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga didapat data
utama yang menjadi pokok penelitian serta mendapatkan kesimpulan akhir. Penyajian data dilakukan secara naratif deskriptif yaitu menyajikan data dengan
menggunakan bagan tabel, untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil analisis data yang telah diperoleh secara lebih terpadu. Penarikan kesimpulan
dengan melakukan verifikasi data yaitu melakukan pemikiran ulang dan peninjauan ulang data untuk menarik kesimpulan.
Universitas Sumatera Utara
Bagan alur pemikiran kajian konflik lahan antara masyarakat dengan PT TPL
KONFLIK
TPL
Stakeholder
Kementerian Kehutanan
Dinas Kehutanan Provinsi
Pemkab Humbang Hasundutan
Dewan Kehutanan Nasional
Lembaga Swadaya Masyarakat
Masyarakat sekitar kawasan
Aparat Keamanan
SOLUSI
Isu Konflik
Wujud Konflik
Isu Konflik Penyebab
Konflik
Universitas Sumatera Utara
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Konflik Pengelolaan Hutan Kemenyan
Konflik terbuka yang terjadi antara komunitas adat Pandumaan dan Sipituhuta dengan PT. Toba Pulp Lestari Tbk TPL telah terjadi sejak Juni 2009.
Masyarakat adat Pandumaan dan Sipituhuta menolak wilayah adatnya digusur untuk kepentingan industri bubur kertas PT. Toba Pulp Lestari TPL karena di
dalam wilayah adat tersebut terdapat Tombak Haminjon hutan kemenyan yang sangat penting bagi masyarakat. Konflik masyarakat dengan perusahaan sampai
saat ini masih belum ditemukan penyelesaiannya yang dikarenakan masyarakat merasa hak - hak mereka belum didapatkan seutuhnya. Pada tanggal 25 dan 26
Februari 2013 telah terjadi penangkapan 31 warga masyarakat dari komunitas adat Pandumaan dan Sipituhuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera
Utara. Bagi masyarakat adat Panduman dan Sipituhuta, Hutan kemenyan tidak
hanya bernilai ekonomis tetapi juga merupakan harga diri dan titipan leluhur yang menjadi salah satu identitas serta sumber penghidupan masyarakat adat
Pandumaan dan Sipituhuta. Sejak konflik ini terjadi, banyak penyelesaian yang menjadi kebijakan dari pemerintah, tetapi belum dapat diterima masyarakat
karena menurut masyarakat didalam kebijakan itu keadilan masih setimpang, meskipun bentrokan yang telah berulang-ulang terjadi antara masyarakat dengan
perusahaan maupun dengan pihak kepolisian sudah mencapai tahap yang memprihatinkan karena melibatkan kekerasan dan tindakan-tindakan tidak adil
terhadap komunitas.
Universitas Sumatera Utara