10. Akomodasi. Dominasi dan takluknya salah satu pihak apabila kekuatan pihak- pihak yang bertentangan seimbang, maka mungkin akan timbul akomodasi.
2.6. Pengelolaan Konflik
Penyelesaian konflik bertujuan untuk memfasilitasi proses pembuatan keputusan oleh kelompok-kelompok yang bersengketa, sehingga sedapat mungkin
menghindari penyelesaian masalah melalui meja hukum. Terdapat beberapa karakteristik teknik penyelesaian konflik, yaitu: 1 Lebih menekankan pada
kesamaan kepentingan kelompok yang saling bersengketa daripada posisi tawar menawar; 2 Berpikir kreatif untuk mencari upaya penyelesaian; 3 Menuntut
kesepakatan banyak pihak untuk suatu keputusan. Seorang mediator yang tidak memihak biasanya diperlukan dalam penyelesaian sengketa
Maguire dan Boiney, 1994 dalam Mitchell, et al., 2000. Ketika sengketa muncul dan berkaitan dengan perbedaan kepentingan
tentang alokasi sumberdaya dan lingkungan, ada empat pendekatan yang dapat dipakai, yaitu: politis, administratif, hukum, dan alternatif penyelesaian konflik
APK. APK terdiri dari konsultasi publik, negosiasi, mediasi, dan arbitrasi. APK muncul sebagai jawaban atas berbagai ketidakpuasan terhadap pendekatan hukum,
juga sebagai jawaban atas tumbuhnya kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam. APK juga
dikembangkan untuk menghindari model pihak pemenang dan pihak yang kalah, yang dihasilkan oleh pendekatan hukum Mitchell, et al., 2000.
Selain itu, terdapat pendekatan lain dalam melihat penyelesaian konflik, yaitu pendekatan akomodasi. Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti,
Universitas Sumatera Utara
yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti kenyataan adanya suatu
keseimbangan equilibrium dalam interaksi antara orang - perorangan atau kelompok - kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan
nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sedangkan sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan dan merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan,
sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Adapun bentuk-bentuk akomodasi sebagai suatu proses menurut
Young dan Mack 1959 dalam Soekanto 1990 dan Ibrahim 2002, adalah sebagai berikut:
1. Coercion adalah suau bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi dimana salah
satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik secara langsung, maupun
secara psikologis secara tidak langsung. 2. Compromise adalah bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat melaksanakan compromise adalah bahwa
salah satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula sebaliknya.
3. Arbitration merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak- pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan
Universitas Sumatera Utara
diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihakpihak yang
bertentangan. 4. Mediation adalah suatu bentuk akomodasi yang hampir menyerupai arbitration.
Pada mediation diundang pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Pihak ketiga tersebut tugas utamanya adalah mengusahakan suatu
penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanyalah sebagai penasehat belaka dan dia tidak mempunyai wewenang untuk memberi
keputusan penyelesaian perselisihan tersebut. 5. Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginankeinginan
dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. 6. Toleration juga sering dinamakan t o ler a n t -pa r t i c i pat i o n , ini
merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan,
hal mana disebabkan karena adanya watak orangperorangan atau kelompok- kelompok manusia untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari suatu
perselisihan. 7. Stalemate merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan
berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya karena mempunyai kekuatan yang seimbang. Hal ini disebabkan oleh karena bagi
kedua belah pihak sudah tidak ada kemungkinan lagi untuk maju atau mundur. 8. Adjudication yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Membandingkan dari delapan bentuk akomodasi tersebut, bentuk mediation dan compromise dipandang lebih efektif daripada bentuk-bentuk akomodasi
Universitas Sumatera Utara
lainnya, karena sifatnya lebih lunak daripada coercion, dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang bersangkutan untuk mengadakan asimilasi.
Oleh karena itu di dalam suatu masyarakat yang secara relatif berada dalam keadaan tenteram; cara-cara persuasive proses pengendalian sosial tanpa
kekerasan mungkin akan lebih diterima daripada menggunakan cara-cara coercive proses pengendalian sosial dengan cara kekerasan dan paksaan, karena
biasanya kekerasan dan paksaan akan melahirkan reaksi negatif dan pihak-pihak tertentu akan selalu mencari-cari kesempatan dan menunggu saatnya dimana
pihak lawan berada dalam keadaan lemah. Meskipun penyelesaian konflik ada yang diselesaikan melalui jalur hukum pengadilan, Namun kebanyakan kasus
konflik pada saat ini tidak diselesaikan di pengadilan, tetapi melalui negosiasi diantara perusahaan dan para warga yang menuntut dengan penengah pemerintah
daerah. Oleh karena itu,peranan pemerintah daerah, serta konteks sosial dan politik dapat dikatakan mempengaruhi proses dan solusi sengketa tanah di
Indonesia Sakai, 2002.
Universitas Sumatera Utara
III. METODOLOGI PENELITIAN