Tapanuli Utara termasuk Toba Samosir, Tapanuli Selatan, Dairi, Simalungun, dan Tapanuli Tengah.
Kawasan hutan yang luas di daerah Humbang Hasundutan, menuntut pengelolaan yang intensif, ditengah tuntutan kehidupan tidak jarang
membangkitkan permasalah hidup akibat dari orang-orang yang berkepentingan menyalah gunakan peratuaran yang pada akhirnya dapat memicu konflik sosial.
Konflik merupakan hal yang tidak terhindarkan dalam pengelolaan sumber daya hutan Indonesia. Alasannya sederhana, karena banyak pihak yang berkepentingan
terhadap hutan, sementara masing-masing berbeda kebutuhan dan tujuannya. Kebutuhan akan sumberdaya hutan mengalami peningkatan bersamaan dengan
berbagai perkembangan yang terjadi seperti peningkatan standart hidup, turunnya angka kematian dan perkembangan infrastruktur yang pesat sehingga
menimbulkan kesenjangan sosial dalam masyarakat.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam rangka pembangunan daerah, baik di era otonomi maupun di daerah sebelumnya yaitu era terpusat sentralistik, pemerintah Indonesia selalu
dihadapkan pada berbagai persoalan-persoalan sosial ekonomi yang dihadapi dan masih berlangsung sampai sekarang ini. Seperti yang terjadi di Desa Pandumaan
dan Desa Sipituhuta, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Pemerintah daerah menghadapi kendala dan tantangan dalam persengketaan atau
konflik lahan antara masyarakat dengan PT Toba Pulp Lestari TPL, adapun yang menjadi inti permasalahan antara masyarakat dengan PT Toba Pulp Lestari TPL
yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Masyarakat mengklaim tanaman kemenyan yang tumbuh didalam areal
konsesi PT Toba Pulp Lestari TPL adalah tanah adat milik masyarakat, dimana tanah adat ini dikeluarkan oleh Peraturan Daerah PERDA yang di
usahai secara turun temurun oleh nenek moyang masyarakat dari dua Desa ini. 2.
Peran stakeholder yaitu Pemerintah Kabupaten PEMKAB Humbang Hasundutan, LSM yaitu Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa
Masyarakat KSPPM dan PT Toba Pulp Lestari TPL yang memanfaatkan jasa kehutanan memberikan pengaruh dalam keberlangsungan kelestarian
hutan kerena tidak jarang juga mengambil keuntungan, baik luasan lahan maupun menjadi mediator dalam penyelesaian konflik antara masyarakat dan
perusahaan yang mengelolah kawasan hutan.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1.
Mengetahui isu, wujud dan penyebab konflik pengelolaan hutan kemenyan di Desa Pandumaan dan Desa Sipituhuta.
2. Mengetahui dampak dari konflik pengelolaan hutan kemenyan di Desa
Pandumaan dan Desa Sipituhuta. 3.
Memberikan masukan kepada pihak PT Toba Pulp Lestari dalam menyelesaikan konflik lahan dengan masyarakat Desa Pandumaan dan Desa
Sipituhuta.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini,yaitu: 1.
Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang kondisi konflik yang terjadi antara masyarakat dengan PT Toba Pulp Lestari
TPL. 2.
Bagi instasi pendidikan, dapat memberikan dokumentasi ilmiah yang bermanfaat untuk kepentingan akademik ataupun penelitian serupa lainnya.
3. Bagi individu, penelitian ini dapat menumbuhkan semangat untuk menemukan
ide-ide kreatif berkaitan dengan penyelesaian konflik lahan.
Universitas Sumatera Utara
II. TINJAUAN PUSTAKA