Wujud Konflik Lahan Konflik Sosial Yang Berkepanjangan

II2005 dan Eksistensi PT Toba Pulp Lestari di Kabupaten Humbang Hasundutan. Namun hingga sekarang, belum ada kejelasan dari pemerintah khususnya Kementerian Kehutanan tentang hal ini. Sementara itu, di lapangan di Tombak Haminjonhutan kemenyan pihak TPL tetap melakukan aktifitas penebangan, dan mulai melakukan pembukaan jalan di Tombak, agar dapat dengan mudah dilalui alat-alat berat dan mengangkut kayu tebangan dari areal ini. Melihat tindakan pihak TPL tersebut: agar tidak melakukan penebangan dan membuka jalan, karena sampai sekarang belum ada penyelesaian atas kasus ini dan posisinya masih stanvast. Hal ini sesuai dengan surat DPRD 2009 dan kesepakatan ketika Komnas HAM datang ke Desa Pandumaan pada 2010 yang lalu. Namun teguran dan larangan warga ini tidak diindahkan pihak TPL yang selalu dikawal aparat Brimob dengan senjata laras panjang.

4.3.2. Wujud Konflik Lahan

Menurut Wijardjo 1998 dalam Fuad dan Maskanah 2000, konflik dapat berwujud konflik tertutup latent, konflik mencuat emerging, dan konflik terbuka manifest. Tabel 2. Wujud konflik tertutup di Desa Panduman Kecamatan Pollung Wujud Konflik Frekuensi Persentase 100 Tertutup 16 25 Mencuat 21 32 Terbuka 28 43 Jumlah 65 100 Sumber: Data Primer hasil wawancara 2013 Universitas Sumatera Utara Konflik yang terjadi antara masyarakat dengan PT TPL mencuat sebesar 32. Masyarakat yang tinggal di Desa Pandumaan dan Sipituhuta mengetahui konflik yang terjadi hanya 43, konflik tersebut terbuka dan sampai kearah hukum. Dan konflik ini tertutup sebesar 25, Jumlah 25 bukanlah persentase yang kecil untuk diabaikan, penyelesaiankesepakatan adalah jawaban agar tidak terulang hal-hal seperti ini. Menurut wujudnya konflik yang terjadi di dua Desa ini yaitu Desa Pandumaan dan Desa Sipituhuta tertutup dalam waktu yang cukup lama, hal tersebut terjadi karena komitmen masyarakat terhadap hukum adat yang mereka akui kuat dari nenek moyangnya. Hal senada dikatakan Fuad dan Maskanah 2000 bahwa konflik laten dicirikan dengan adanya tekanan- tekanan yang tidak tampak, tidak sepenuhnya berkembang dan belum terangkat ke puncak kutub konflik, seringkali salah satu atau kedua pihak belum menyadari adanya konflik bahkan paling potensi sekalipun. Situasi konflik dikatakan mencuat jika masing-masing pihak yang berselisih mulai mengetahui adanya perselisihan dan kebanyakan permasalahannya jelas namun proses penyelesaian masalahnya belum ada respon. Konflik masyarakat dengan PT TPL mulai mencuat setelah pendampingan LSM dengan masyarakat dan membantu menyuarakan yang tidak berkenan dihati masyarakat. Kehadiran LSM memberikan wacana baru kepada masyarakat, dari segi wawasan, mereka memiliki cara pandang baru terhadap kasus yang terjadi dalam artian proses penyadaran akan pentingnya memiliki kekuatan yang sama dalam mengakses dan mengontrol sumber daya alam. Universitas Sumatera Utara Setelah pendampingan LSM konflik ini mengarah ke konflik terbuka sebesar 43 dikarenakan keinginan masyarakat konflik ini harus menjadi rahasia umum, dan besar harapan masyarakat dengan semua pihak mengetahui konflik ini terutama instansi pemerintah Kementerian Kehutanan dapat meberikan solusi dalam pemecahan konflik ini.

4.4. Efektivitas Penyelesaian Konflik