Sejarah Hutan Kemenyan TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Hutan Kemenyan

Sejarah pohon kemenyan di Negara Indonesia tumbuh dan menghasilkan di Pulau Sumatera khususnya di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara. Kebun kemenyan tombak haminjon sudah diusahai oleh masyarakat sejak tahun 1875 sebagai sumber kehidupan dan penghidupan atau mata pencaharian utama di daerah ini. Dari generasi ke generasi kebun kemenyan ini tetap menjadi sumber pencaharian utama sampai sekarang, selanjutnya generasi yang mengelola dan mengusahai kemenyan ini merupakan generasi keenam. Pohon kemenyan tidak akan pernah dijumpai tertata rapi layaknya perkebunan, dan juga pohon kemenyan tidak dibudidayakan. Kemenyan sebagai komoditi yakni getah yang disadap dari batang pohon tersebut. Tombak haminjon hutan kemenyan, yakni areal tanah adat yang berisi tanaman kemenyan yang sudah dibudidayakan beserta tanaman lainnya milik masyarakat adat Desa Pandumaan dan Desa Sipituhuta, yang sudah dimiliki dan diusahai sejak masa leluhur atau nenek moyang mereka, diperkirakan sejak 300 tahun yang lalu, sesuai tindakan generasi yang sudah mendiami desa ini.Tombak haminjon ini berada di 3 areal yang mereka beri nama : Tombak Sipiturura, Dolokginjang, Lombang Nabagas. Marga-marga awal yang membuka perkampungan sekaligus yang membuka Tombak Haminjon dan yang tinggal hingga sekarang di 2 desa ini terdiri dari komunitas marga yakni : 1. Turunan dari marga Marbun yakni Lumban Batu yang hingga sekarang sudah 13 generasi; Lumban Gaol 13 generasi; Universitas Sumatera Utara 2. Boru bius sebagai marga boru yakni Nainggolan dan Pandiangan 13 generasi; 3. Turunan Siraja Oloan yakni marga Sinambela, Sihite, Simanullang masing-masing 13 generasi; 4. Marga yang datang kemudian yakni: Munthe dan Situmorang 3generasi. Berdasarkan data desa, saat ini ada 770 KK 3715 jiwa warga yang mendiami 2 desa ini, dan menggantungkan hidupnya dari hasil kemenyan. Total luas wilayah adat yang belakangan diketahui menjadi konsesi PT Toba Pulp Lestari TPL, 6001,153 ha. Dari pemetaan yang dilakukan, sudah termasuk perkampungan menjadi konsesi PT Toba Pulp Lestari TPL. Komunitas marga diataslah yang sejak awal membuka perkampungan dan areal Tombak Haminjon ini dan memiliki serta mengusahainya, yang selanjutnya diwariskan secara turun-temurun dari generasi yang terdahulu hingga sekarang, secara hukum adat ataupun kebiasaan yang berlangsung secara terus-menerus, diakui, dan hidup di komunitas 2 desa ini. Sebagai komunitas masyarakat adat, batas-batas kepemilikan tanah di antara komunitas 2 desa ini juga ditentukan sesuai kebiasaan atau hukum adat. Demikian juga dalam penentuan batas-batas kepemilikan dengan desakomunitas desa lainya. Ada sejenis rotan yang menjadi tanda batas kepeilikan di antara mereka. Dan hal ini mereka patuhi hingga saat ini. Di areal tombak haminjon ini dulunya terdapat jalan yang merupakan jalan penghubung antara Desa PandumaanSipituhuta dengan Desa Simataniari, Kecamatan Parlilitan. Tahun 1920-1980-an, masyarakat Desa Simataniari menggunakan jalan ini untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari ke Onan Pollung Universitas Sumatera Utara Pekan. Onan Pollung ini berada di Desa Pollung, namun semenjak tahun 1985-an, warga Simataniari tidak lagi berbelanja ke Onan Pollung karena sudah ada di Kecamatan Parlilitan. Masyarakat adat di dua desa ini pada umumnya hidup dan menjadikan Tombak Haminjon sebagai mata pencaharian utama yang mereka sebut martombak, yakni kegiatan atau pekerjaan mengambil kemenyan ke tobak kemenyan. Setiap keluarga suami dan anak laki-laki dewasa pada umumnya bekerja sebagai petani kemenyan. Setiap hari senin akan berangkat ke tombak dan tinggal disana untuk manige mengambil getah kemenyan dan akan pulang ke desa pada hari kamis, jumat dan atau sabtu. Sehingga suasana desa ini sangat sunyi dengan kehadiran kaum laki-laki pada hari-hari dimana mereka martombak. Demikian kehidupan warga 2 desa ini berlangsung dari generasi ke generasi, tanpa pernah mendapat gangguan dari pihak mana pun. Dari hasil kemenyan ini lah warga dua desa ini dapat menghidupi keluarga, menyekolahkan anak, dan memenuhi kebutuhan atau keperluan hidup lainnya. Sebagai tanaman langka dan termasuk jenis tanaman yang dilindungi endemic, pohon kemenyan adalah produk unggulan dari Kabupaten Humbang Hasundutan, dan hanya bisa tumbuh di daerah tertentu dengan kondisi tanah tertentu. Demikian hal nya di desa ini, menurut pengalaman warga, dengan beralih ke pekerjaan lain dengan mengembangkan jenis pertanian lain, kondisi tanah kurang mendukung untuk itu. Sehingga hanya dengan martombak lah yang bisa mereka lakukan di desa ini. Universitas Sumatera Utara

2.2. Kondisi Hutan