Batu Cik Kabau BP-EB-PRM-02 - Repositori Universitas Andalas BP EB PRM 02

27 keagungan dan kebijaksanaan Adityawarman sebagai raja yang banyak menguasai pengetahuan, khususnya di bidang keagamaan. Dalam hal ini, keagamaannya adalah Buddha Mahayana aliran Tantrayana sekte Bhairawa dan di dalam Prasasti disebut sebagai sutatha bajra daiya atau Buddha yang baik, kuat bagaikan kilat. Adityawarman diganggap sebagai cikal bakal keluarga Dharmaraja. Adityawarman menggunakan nama rajakula di dalam salah satu gelarnya, yaitu Rajendra Maulimani-wammadewa. Salah satu Prasasti ini berisikan pertanggalan saat penulisan Prasasti ini, yang juga menyebutkan nama penulis Prasasti ini. Salah satu isinya lagi menyebutkan akan nama wilayah kerajaan Adityawarman. Sebenarnya cerita dan isi yang pasti akan Prasasti ini tidak begitu bisa diketahui sekali, tapi secara garis besar sedikit banyaknya begitulah kira-kira yang dapat diketahui. Mitosnya tentang batu ini tidak ada yang benar, sedikit informasi yang didapat dari tulisan itu yang sudah dikelola oleh pemerintah. kebenarannya akan cerita ini, setidaknya dibuktikan dengan ada bukti dari batu tersebut. Masyarakat meyakini bahwa cerita masa itu benar-benar ada. Mitos batu Prasasti Pagaruyung I ini sebelumnya dahulu, ceritanya Prasasti Pagaruyung ini bernama Prasasti Bukik Gombak, karena batu ini dulunya ditemukan di Bukik Gombak. Mitosnya batu ini diyakini masyarakat akan cerita asal nama wilayah kerajaan Adityawarman. Mitos Prasasti Pagaruyung I merupakan mitos yang berfungsi sebagai alat pendidikan bagi masyarakatnya. Sampai sekarang pun mitos ini masih memenuhi fungsi dalam kehidupan masyarakat pemiliknya. Jadi, kalaupun tidak akan menjadi rujukan mendasar, maka minimal mitos Batu Prasasti Pagaruyung I merupakan releksi terhadap pentingnya struktur sosial adat khususnya daerah Tanjung Emas. 28

b. Batu Prasasti Pagaruyung II

Batu Prasasti Pagaruyung II ini keutuhan wujudnya sudah tidak terjaga dengan baik, sekarang batu ini sudah pecah terbagi dua. PadaBatu Prasasti Pagaruyung II ini tulisannya bagus, indah dan rapi serta goresannya yang lebih dalam. Hurufnya Jawa Kuno dengan bahasa Sanskerta, tapi sekarang melihat keadaan tulisannya yang rusak maka karena itu pembacaan yang dilakukan tidak dapat menghasilkan kalimat yang utuh. Isi yang terkandung dalam Prasasti ini belum bisa dapat dijelaskan secara lengkap, karena terjemahan yang didapatkan ketika itu meloncat-loncat. Batu Prasasti Pagaruyung II ini keutuhan wujudnya sudah tidak terjaga dengan baik, sekarang batu ini sudah pecah terbagi dua. PadaBatu Prasasti Pagaruyung II ini tulisannya bagus, indah dan rapi serta goresannya yang lebih dalam. Hurufnya Jawa Kuno dengan bahasa Sanskerta, tapi sekarang melihat keadaan tulisannya yang rusak maka karena itu pembacaan yang dilakukan